Mia tak habis pikir dengan apa yang didengarnya barusan. Pernyataan Dev meruntuhkan kepercayaannya pada Haji Hamid. Sebelumnya, Mia berpikir kalau suaminya adalah seorang panutan yang bisa menyayanginya layaknya seorang ayah pada anaknya.
"Mia tidak tahu harus bilang apa, Pak Haji." Sampai saat ini saja Mia tidak berani menatap bola mata Haji Hamid. Mia benar-benar takut.
"Mia, aku akan menceritakan semuanya padamu, hanya padamu. Dengarkan aku baik-baik!" ucap Haji Hamid.
Mia mengangguk dan menyiapkan telinga serta konsentrasinya dengan baik. Mia butuh penjelasan untuk semua ini.
Melihat Mia sudah siap mendengarkan, Haji Hamid mulai bercerita meskipun Mia masih menunduk. Mia mulai penasaran dengan ceritanya hingga perlahan wajahnya terangkat dan sesekali menatap pria tua itu. Jelas sekali raut wajah yang penuh dengan beban.
Mia tak menyangka jika patah hati membuat Haji Hamid berubah haluan seperti itu. Ada rasa sedikit ingin tertawa saat mendengar penuturan Haji Hamid. Mia yang tak pernah jatuh cinta dibuat bergidik dengan curhatan Haji Hamid.
Jadi kesimpulan yang bisa ditangkap oleh Mia dari penuturan Haji Hamid adalah Haji Hamid dan Dev memiliki nasib yang sama. Sama-sama dikhianati oleh wanita yang sangat dicintai. Haji Hamid menjalin hubungan asmara dengan kekasihnya dahulu selama 15 tahun. Cinta monyet sejak awal bertemu di SMA membuat Haji Hamid tak bisa berpaling dari kekasihnya itu. Semakin dewasa usia mereka, rasa itu tumbuh semakin besar dan serius. Ada rasa ingin menikahi kekasihnya itu sejak usia Haji Hamid menginjak usia 25 tahun.
Saat itu, hubungan asmara yang terjalin baru 10 tahun. Kekasihnya menolak untuk dinikahi, karena masih mengejar karirnya sebagai seorang model. Saat itu, Haji Hamid masih seorang pemuda gaul yang semakin mencintai kekasihnya ketika berpenampilan seksi. Menjelang usia 30 tahun, Haji Hamid menanyakan lagi hubungan mereka yang dirasa semakin renggang. Namun kekasihnya masih meminta waktu. Akhirnya Haji Hamid berangkat ke tanah suci untuk melakukan ibadah haji. Selama di sana, tidak ada komunikasi sama sekali.
Haji Hamid fokus dengan ibadahnya, sampai tak tahu kalau di Indonesia, kekasihnya sudah menikah karena hamil. Perasaan terluka luar biasa dirasakannya hingga tak ada di pikirannya untuk mencari kekasih lagi. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Dev. Lama bersama sebagai seorang teman, tiba-tiba rasa itu muncul begitu saja.
Jadi Mia tahu kenapa Haji Hamid pindah ke kampungnya, ternyata suaminya itu di usir saat tertangkap basah sedang berkencan dengan Dev. Di kampungnya, Haji Hamid berlindung dengan gelar hajinya. Berusaha menutup semua masa lalunya yang silam. Namun Dev hadir kembali dan benih cinta itu mulai tumbuh lagi.
Ketakutannya dengan lingkungan sekitar saar Dev ke sana, membuat Haji Hamid harus menikah agar tak ada yang mencurigai mereka. Dan pilihannya jatuh pada Mia. Haji Hamid tahu kalau suatu saat, Mia pasti tahu. Hanya saja, rasanya Mia akan lebih mengerti dirinya dari pada orang lain. Mia mengangguk paham.
"Lalu untuk apa Pak Haji mengurus Mia untuk sekolah? Apa gunanya untuk Pak Haji?" tanya Mia.
"Aku tahu kamu tidak melanjutkan ke SMA. Peluang kerja semakin sulit Mia, apalagi dengan ijazah SMP. Kau sudah membantuku, dan aku juga ingin membantumu. Aku ingin kau bisa mendapat ijazah. Kau juga harus kuliah. Kau pintar Mia," ucap Haji Hamid.
"Terima kasih Pak Haji," ucap Mia yang mulai bisa tersenyum.
"Pak Haji, Mia rindu ibu. Kapan Mia boleh ke sana?" tanya Mia.
"Nanti saja, setelah pembangunan rumahnya beres," ucap Haji Hamid.
"Pembangunan?" tanya Mia bingung.
"Oh, aku lupa memberi tahumu kalau rumah ibumu sedang di renovasi," ucap Haji Hamid.
"Benarkah?" tanya Mia. Matanya mulai berkaca-kaca menahan rasa terharunya.
"Iya," jawab Haji Hamid.
"Kenapa Pak Haji sangat baik padaku?" tanya Mia.
"Kau yang sudah sangat baik, kau anak penurut. Tanpa penolakan kau mau saja dinikahi olehku. Terima kasih Mia." Getar suara Haji Hamid membuktikan kalau ada rasa haru dalam dirinya.
"Pak Haji, kalau sudah merenovasi rumah ibu, aku tidak usah sekolah saja ya! Uangnya buat renovasi rumah saja." Mia merasa tak enak hati pada Haji Hamid.
"Tidak, Mia. Rumah adalah bekal untuk oranv tuamu. Untuk ibumu. Aku juga sudah menyiapkan kebun dan sawah untuk bapakmu yang serakah itu. Dan kamu, tak akan kebagian jika aku berikan harta. Bapakmu pasti akan merampasnya. Makanya aku ingin kamu sekolah. Aku ingin mewarisimu dengan ilmu. Semoga bermanfaat untuk masa depanmu," ucap Haji Hamid.
Mia benar-benar tersentuh. Pria itu ternyata baik. Suaminya terbelenggu dalam lingkar hitam bersama Dev. Semuanya karena Dev. Kalau saja Haji Hamid tak bertemu dengan Dev, mungkin hidupnya masih lurus tak belok seperti sekarang ini.
"Terima kasih banyak Pak Haji," ucap Mia dengan senyum bahagianya.
Rasanya bahagia saat melihat remaja cantik itu tersenyum. "Sama-sama. Kau istrirahatlah dulu, Mia. Aku akan kembali ke kamarku." Haji Hamid beranjak dari kamar Mia dan meninggalkan Mia. Baru dua detik pintu kamar Mia tertutup, Haji Hamid sudah membukanya kembali.
"Dan satu lagi. Jangan panggil aku Pak Haji. Aku tidak pantas dipanggil seperti itu olehmu. Kau sudah tahu betapa busuk dan menjijikannya diriku. Biarkan hanya orang kampung yang memanggilku seperti itu. Mereka tidak tahu apa-apa. Dan ku harap kau tidak membuka aibku pada mereka," ucap Haji Hamid.
Pintu sudah tertutup kembali saat Haji Hamid sudah selesai bicara, tidak memberikan kesempatan pada Mia untuk mengomentarinya. Lebih tepatnya itu adalah sebuah perintah.
Jangan panggil Pak Haji? Terus Mia harus panggil apa? Suamiku? Atau sayang? Ihh saingan sama Dev dong. Bisa-bisa Mia ditonjok nanti.
Mia bergidik membayangkan semua itu. Mia turun dari ranjangnya dan menatap ke luar jendela. Menampakkan pemandangan sawah yang sangat hijau. Mia membuka sedikit jendelanya. Segar, Mia menghirup udara segar itu sedalam-dalamnya. Menenangkan pikirannya dan mencoba mengambil hikmah dari setiap apa yang dilalui dalam hidupnya.
Tok.. Tok.. Tok..
suara ketukan pintu itu membuat Mia menoleh ke arah pintu.
"Mia,"
"Dev?"
"Ya, apa aku boleh masuk?" tanya Dev di balik pintu.
"Boleh, silahkan. Pintunya tidak dikunci Dev," jawab Mia.
Tak lama pintu terbuka. Dev senyum menghampiri Mia. Duduk di sofa kamarnya dan menatap Mia yang masih berdiri di dekat jendela.
"Mia, kau sudah tahu semua dari Hamid. Aku ke sini hanya untuk meminta maaf padamu. Aku cemburu. Aku takut Hamid akan mencintaimu. Maafkan aku," ucap Dev.
Mia tersenyum. "Tak apa Dev. Kau harus tahu kalau Haji Hamid tak akan mencintaiku. Beliau menganggapku hanya sebagai sahabat yang sudah membantunya."
Dev tersenyum. "Aku ingin memelukmu, tapi aku yakin kau takut padaku. Aku ucapkan terima kasih saja ya! Dan mmmuach," ucap Dev sambil mencium Mia dari jarak jauh itu.
Dev keluar dari kamar Mia tanpa pamit. Sementara Mia yang masih diam hanya bergidik melihat kelakuan Dev.
Ya Tuhan, untung Mia tidak pernah jatuh cinta. Mia takut. Jaga Mia Tuhaaaaaannn...
Mia menengadahkan tangannya memohon dijauhkan dari manusia seperti Dev.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Rahmawati Wati
ya knpa pak hjinya gay ada rsa gmna gitu
2023-02-06
0
mintil
kayaknya dev yang peran cweknya. ganjen soalnya
2021-08-21
0
Bunda'y Zahra
ceritanya cakep...
2021-07-15
0