Beberapa hari ini Mia benar-benar mengatur jadwalnya agar bisa mengerjakan tugas-tugasnya tanpa mengesampingkan kewajibannya sebagai seorang istri. Ya meskipun Mia tak melayani suaminya secara bathin, namun semua kebutuhan lahir suaminya Mia siapkan.
Kenyataan yang Mia ketahui tentang suaminya tak lantas membuat Mia menyalahkan Haji Hamid sepenuhnya. Semua yang Mia lakukan hanyalah porsinya. Tak ingin terlibat terlalu jauh, Mia bersikap seolah tak ada apa-apa diantara mereka.
Semua kebaikan yang Haji Hamid dan Dev berikan membuat Mia berpikir untuk menyembuhkan mereka. Walaupun Mia tidak tahu caranya seperti apa.
"Mia," panggil Haji Hamid.
"Iya, Pak Haji. Mau sarapan sekarang?" tanya Mia dengan sopan.
"Tidak, buatkan aku kopi dan teh segelas teh hangat untuk Dev," pinta Haji Hamid.
"Siap, Pak Haji." Mia mangangkat jempol kanannya dan tersenyum manis.
Haji Hamid membalas senyum Mia sebelum meninggalkan Mia yang masih sibuk dengan peralatan dapurnya.
Tak lama, Mia mengantar kopi dan teh hangat untuk Haji Hamid dan Dev ke ruang tengah.
"Ini," Mia menyimpan baki yang dibawanya di hadapan mereka.
"Mia, kau bangun jam berapa?" tanya Dev.
"Memangnya kenapa?" tanya Mia.
"Aku heran saja, masih pagi begini kau sudah menyelesikan semua tugas rumah." Rasa salut yang Dev simpan tak bisa dibendung lagi.
"Aku terbiasa bangun jam empat. Saat di rumahku dulu, beres-beres rumah jam lima juga beres. Kan rumahnya kecil. Kalau rumah Pak Haji kan besar, jadi Mia harus bangun lebih pagi.
"Kau jangan terlalu cape Mia. Sekarang kau sedang sekolah. Jangan sampai pekerjaan di rumah membuat nilaimu jelek," ucap Haji Hamid mengingatkan.
"Tenang, Pak Haji. Mia bisa beresin semuanya. Tugas sudah selesai dan dikirim ke email yang bu guru berikan."
Mia memang anak yang tekun. Bukan hal yang sulit saat Mia harus beradaptasi dengan cara belajarnya sekarang. Meskipun serba online, namun fasilitas dan dukungan yang diberikan oleh Haji Hamid dan dev membuat Mia lebih mudah.
"Waduh, yang sudah tahu email. Gaul ya sekarang?" goda Dev.
Ucapan Dev disusul oleh tawa dari Haji Hamid.
Berkat Mia, rumah yang besar itu tidak lagi sepi. Ada saja tingkahnya yang membuat Haji Hamid ataupun Dev merasa terhibur. Tanpa mereka sadari, setelah semakin dekat dengan Mia membuat mereka sedikit renggang. Tidak lagi banyak waktu yang mereka habiskan berdua. Mia selalu berada diantara keduanya sehingga memberi jarak untuk pisang makan pisang.
Anehnya, tak ada rasa rindu menggebu saat kedua pisang itu berjauhan. Adanya Mia membuat seperti ada kegiatan lain yang mengalihkan kegiatan saling makan pisang itu.
"Mia, besok kita ke rumah ibumu ya!" ajak Haji Hamid.
"Kenapa? Apa salah Mia Pak Haji?" tanya Mia dengan raut bingung.
"Hah? Apanya yang salah?" tanya Haji Hamid yang tak kalah bingung.
"Pak Haji mau mengembalikan Mia ke orang tua Mia kan? Mia janji tidak akan mempermasalahkan atau menceritakan tentang kalian pada siapapun. Mia janji. Ya paling tidak, jangan kembalikan Mia sebelum Mia lulus sekolah." Mia sudah mulai berkaca-kaca.
Sementara itu, Haji Hamid dan Dev malah kikuk salah tingkah karena Mia membahas tentang mereka.
"Tidak! Bukan itu Mia. Hari ini rumah ibumu selesai. Jadi besok kau boleh berkunjung ke rumah ibumu." Haji Hamid menutupi rasa kikuk itu. Berusaha menjelaskan maksud yang ingin disampaikannya pada Mia denga. setenang mungkin.
"Oh, maafkan Mia Pak Haji. Makasih ya Pak Haji. Mia senang sekali. Pak Haji lebih dari baik pada Mia. Semoga nanti Tuhan membalas kebaikan Pak Haji dari jalan yang tidak disangka ya!" ucap Mia dengan sangat girang.
Haji Hamid tak membalas ucapan Mia. Ganya tersenyum menatap kepolosan dan ketulusan wanita yang disebut sebagai istrinya itu. Merasa tidak pantas didoakan sebaik itu oleh Mia. Haji Hamid juga samgat mengakui kalau dosanya terlalu besar. Tak pernah mengharap semua kebaikannya pada Mia dibalas, ia hanya ingin sedikit dosa besarnya bisa diampuni.
Hari ini Mia mengerjakan semua tugas dengan begitu semangat. Karena besok, Mia akan mengunjungi orang tuanya. Rasa rindu yang sudah sangat besar itu tak mau diganggu dengan tugas sekolahnya. Ada kemungkinan Mia juga menginap di sana. Jadi Mia harus jaga-jaga supaya semua tugasnya bisa selesai lebih cepat.
Saking semangatnya, Mia tertidur di depan laptop yang masih menyala. Beruntung Dev ke sana, akhirnya Mia dipindahkan ke atas ranjangnya. Tak lupa Dev membereskan laptop dan buku yang berantakan itu. Buku kumal itu berhasil menarik perhatian Dev. Ia penasaran mengambilnya karena melihat ada nama Dev di sana. Dev membawanya keluar dari kamar Mia.
Duduk di tepi ranjang miliknya. Membuka buku kumal itu dari awal sampai akhir. Membaca setiap kisah yang ditulis Mia membuat Dev berkaca-kaca. Perihnya kehidupan Mia membuat Dev tahu dari mana semua sifat tangguh, cekatan dan jujur yang dimiliki wanita itu.
Sampai akhirnya Dev membaca kisah tentang dirinya yang masuk dalam buku catatan buku kumal itu. Matanya semakin merah menahan air mata yang berdesakan ingin keluar dari kelopak matanya. Dadanya terasa sangat sesak. Jantungnya berdebar-debar.
Betapa tulusnya rasa yang ada pada wanita itu. Dev membaca, Mia sangat bahagia berada diantara dirinya dan Haji Hamid. Padahal Dev dan Haji Hamid terasingkan bagi setiap orang yang tahu betapa busuknya mereka berdua.
Tak sedikit mereka yang menyatakan jijik secara terang-terangan. Namun berbeda dengan Mia. Masih ada rasa syukur dalam hatinya. Bahkan ada niat untuk membuat Dev dan Haji Hamid berubah.
Mia menyayangkan semua kebaikan yang diberikan Dev dan Haji Hamid, berbanding terbalik dengan sikap mereka yang belok.
Dev mulai menyadari, kalau kehadiran Mia selalu menghangatkan suasana dan melupakan 'kebelokan' yang terjadi diantara dirinya dan Haji Hamid. Namun untuk sembuh? Untuk kembali normal? Dev merasa hidupnya sekarang normal. Dev bahagia dengan hidupnya sekarang. Rasanya tak ada kata berubah dalam kepalanya.
Kau pikir aku power ranger Mia, bisa berubah. Aku berterima kasih untuk semua niat baik mu. Namun aku tidak janji akan bisa memenuhi keinginanmu. Aku mencintai Hamid. Hamid memang suamimu, tapi hatinya milikku. Kau tidak boleh merebutnya dariku.
Dev tersenyum miris setelah membaca buku kumal itu. Dev beranjak dan pergi ke kamar Mia untuk mengembalikan buku itu ke tempatnya. Tanpa mengetuk pintu, Dev masuk dan melihat Mia masih tidur dengan posisi yang sama.
"Kau anak baik Mia. Aku yakin kau tidak akan merebut Hamkd dariku. Kalau sampai kau macam-macam, akan ku cium kau. hehehe" ucap Dev pelan.
Dev masih ingat wajah takut Mia saat ia menciumnya dari jarak jauh. Hingga ia akan menjadikan itu sebagai senjatanya jika Mia macam-macam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Sely Ina
semoga Mia membawa kebaikan bagi Dev dan Hamid mereka berubah dan bertobat,
2023-01-05
0
Linda Saputra
lucu suka sama cerita nya
semoga Mia bisa mbawa kebaikan untuk Hamid dan dev
2023-01-02
0
mintil
ya memang. gak selalu alasan laki2 belok karna maunya. keadaan biasanya
2021-08-21
0