Mia sebenarnya merasa tidak rela uangnya dikirim untuk pak Baskoro. Alasannya karena Haji Hamid sudah memberinya uang bulanan, belum lagi uang itu akan digunakan untuk berjudi dan mabuk-mabukkan. Semenjak Mia menikah dengan Haji Hamid, pak Baskoro semakin menjadi. Mabuk dan judinya sudah tersohor di seluruh penjuru kampung. Memalukan dan menyedihkan. Mia merasa sangat malu dan sedih karena setelah mabuk atau kalah berjudi, ibunya pasti akan menjadi sasaran kemarahan pak Baskoro.
Mia duduk di meja makan dengan wajah yang sangat kusut. Piring berisi nasi dan tumis genjer menjadi menu sarapan Mia. Eh, lupa. Ada goreng tahu dan kerupuk juga. Namun tidak lahap seperti biasanya, pagi ini Mia membiarkan sarapannya menemani lamunan Mia yang membayangkan nasib ibunya.
Betapa menderitanya bu Ningsih. Karena keadaan ekonomi yang buruk, bu Ningsih bertekad untuk menjadi TKW. Malangnya, bu Ningsih malah diperlakukan tidak senonoh oleh majikannya. Akhirnya ia pulang membawa Mia dalam rahimnya.
Setelah itu, siksaan lahir batin selalu diterima oleh bu Ningsih. Siapa lagi kalau bukan suaminya sendiri. Ya, pak Baskoro adalah orang yang selalu menyiksa bu Ningsih. Namun sesering apapun bu Ningsih menginginkan perceraian itu, pak Baskoro tak pernah mengabulkannya. Pak Baskoro ingin mendapat keuntungan dari istrinya itu.
Selama ini, pak Baskoro selalu meminta uang bulanan pada bu Ningsih. Ia menjadikan bu Ningsih sebagai ladang uangnya. Bu Ningsih akan bekerja dari pagi sampai malam hanya untuk membiayai mabuk dan judi suaminya. Setelah bu Ningsih sakit-sakitan, pak Baskoro kehilangan ladang uangnya. Sampai akhirnya, pak Baskoro memutar kepalanya untuk berpikir mencari ladang uang lain. Ya, Mia.
Mia sudah bekerja sejak dia masih SMP. Sampai akhirnya Mia harus berhenti sekolah karena tuntutan dari pak Baskoro. Dari mulai jadi buruh cuci dan setrika, sampai akan di jual pada Koh Yong. Pemilik cafe yang menjual wanita-wanita malam.
Mia bergidik mengingat semua perjalanan hidupnya yang begitu pelik. Haji Hamid cukup lama memperhatikan sikap Mia. Mengambil menu sarapan namun malah melamun. Bukan Mia yang ia kenal.
"Hap," Haji Hamid menepuk tangan di depan wajah Mia yang terlihat masih melamun.
"Ahh," Mia terperanjat. Betapa terkejutnya Mia saat melihat ada Haji Hamid membuyarkan lamunannya. "Ada apa, Pak Haji?" tanya Mia.
"Itu, ada lalat di dekat piringmu. Mungkin lalatnya lapar," ucap Haji Hamid.
"Hah? Sejak kapan ada lalat di rumah Pak Haji?" tanya Mia tak percaya.
"Sejak mulutmu terbuka cukup lama. Jadi mengundang kedatangan lalat. Makanya lain kali kalau melamun itu mulutnya di tutup rapat," goda Haji Hamid.
"Ah, Pak Haji. Mulut Mia tak sebau itu." Mia cemberut mendengar godaan Haji Hamid.
Sedangkan Haji Hamid hanya terkekeh melihat reaksi Mia.
Mia memulai sarapannya dengan cepat. Habis, kenyang tapi tak dinikmati olehnya. Makanan itu masuk tanpa rasa. Ah, tak apa. Yang penting lambungnya aman. Cacing di perutnya tidak akan demo.
Selesai sarapan, Mia menyusul Haji Hamid. Mia meminta bantuan agar Haji Hamid bisa membuat pak Baskoro menceraikan ibunya. Mia tak ingin ibunya terus-terusan ditekan oleh pak Baskoro. Haji Hamid sempat menolak karena tak ingin terlibat terlalu jauh dalam keluarga Mia yang amburadul itu. Namun rengekan Mia akhirnya meluluhkan hati Haji Hamid.
"Nanti aku pikirkan ya!" ucap Haji Hamid.
"Jangan cuma dipikirkan, dilakukan atuh Pak Haji. Ya? Bantuin Mia." Mia memohon agar Haji Hamid segera membantunya.
"Ih, iya. Bawel sekali sih Mia?" dengus Haji Hamid.
"Ah, Pak Haji. Terima kasih banyak. Mau mia buatkan Kopi?" tanya Mia.
"Tidak, terima kasih." Tolak Haji Hamid.
"Teh hangat?" tanya Mia lagi.
"Tidak usah," jawab Haji Hamid.
Haji Hamid segera beranjak dari kursinya dan masuk ke kamarnya agar tak diganggu oleh Mia. Bahaya, Mia kalau sudah seperti itu biasanya susah diatasi. Pawang Mia sudah tidak ada. Biasanya Dev selalu bisa mengatasi Mia yang membuat Haji Hamid darah tinggi.
"Pak Haji, makasih ya. Jangan lupa janjinya. Kalau bohong dosa. Nanti kalau meninggal mayatnya tidak diterima bumi. Sekalinya diterima langsung dilempar ke nera--" ucapan Mia terhenti saat Haji Hamid keluar dari kamarnya dan meneriaki Mia.
"Miaaaaaaa, berhenti atau," teriak Haji Hamid sambil mengepalkan tangannya ke arah Mia.
Mia segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Mia mengangguk-anggukkan kepalanya, sebagai jawaban kalau Mia akan menuruti semua ucapan Haji Hamid.
"Bagus," ucap Haji Hamid dengan mengangkat kedua jempol tangannya.
Haji Hamid segera masuk kembali ke dalam kamarnya dan menutup pintunya dengan cukup keras, hingga membuat Mia terkejut. Mia tak menyangka kalau ucapannya membuat Haji Hamid semarah itu. Tapi mungkin karena moodnya belum bagus setelah ditinggal oleh Dev.
Mia duduk kembali di sofa itu sambil menonton televisi. Sesekali matanya melihat ke arah kamar Haji Hamid. Berharap kalau Haji Hamid akan keluar dan membahas tentang usahanya untuk perceraian orang tuanya. Namun nyatanya Haji Hamid sampai saat ini tidak menunjukkan batang hidungnya. Mungkin Haji Hamid sangat marah atas ucapan Mia yang mengatainya akan masuk neraka.
Ah bukan! Haji Hamid sedang memikirkan permintaan Mia. Haji Hamid duduk di sofa kamarnya. Kepalanya memikirkan hal yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya.
"Kenapa aku harus ikut campur dalam rumah tangga orang? Padahal rumah tanggaku sendiri tidak sehat. Ah, Mia. Kau membuatku pusing," gumam Haji Hamid.
Haji Hamid memijat kepalanya pelan dengan sedikit memberinya balsem. Aroma dan kehangatan balsem membuat pikiran Haji Hamid sedikit tenang.
Ia berdiri dan meraih berkas-berkas yang sudah disiapkan dari jauh-jauh hari. Pembagian harta untuk keluarga Mia. Ah, Haji Hamid mendapat ide cemerlang. Dengan harta itu, ia akan membuat pak Baskoro meninggalkn istrinya. Cukup menggiurkan sepertinya bagi pria yang sangat matre itu.
Bagaimana tidak, isinya cek sebesar satu milyar. Terbayang bagaimana pak Baskoro menghitung angka nol di belakang angka satu. Matanya pasti akan membulat sempurna.
Haji Hamid tersenyum penuh kemenangan. Bercerai atau tidak dengan bu Ningsih, cek itu akan tetap ia berikan pada pak Baskoro. Ya, anggap saja sebagai uang terima kasih karena sudah mengenalkan Mia dalam hidupnya. Selain itu juga, dengan uang sebanyak itu tidak akan membuat pak Baskoro mengganggu Mia lagi. Apalagi kalau pak Baskoro benar-benar sudah menceraikan bu Ningsih. Tidak ada ikatan apapun antara Mia dan pak Baskoro.
Setelah ia yakin dengan ide cemerlangnya itu, ia segera menemui Mia untuk memberi tahu kabar yang akan membuatnya sangat bahagia. Haji Hamid keluar dari kamarnya membawa cek itu untuk ditunjukkan pada Mia dan memberi tahu idenya. Haji Hamid mencari Mia. Namun suara tv membuat Haji Hamid yakin kalau Mia sedang ada di sana.
Dengan cepat dan semangat Haji Hamid segera berjalan ke arah Mia.
"Mia, aku sudah punya i--" ucapan Haji Hamid terhenti saat melihat Mia sedang tertidur pulas di kursi.
Haji Hamid menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir kalau Mia bisa tidur dengan posisi duduk dan suara bising dari tv yang ada di depannya. Haji Hamid yang sudah sangat bersemangat berubah menjadi sangat malas. Ia mematikan tv dan segera kembali ke dalam kamarnya. Membiarkan Mia tidur di sana karena tak ingin mengganggu istirahatnya.
##############
Tap like gak lupa kan?
Terima kasih reader baik...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Nurcahyono Sajum
hayo lanjut terus
2023-02-22
0
UTIEE
baskoro.. buang ke laut saja
laki laki jurig.. pengeretan..
👹👹👹👹👹👹👹
2021-07-01
0
Siti Asmaulhusna
apa nnti tdk malah menjadi2 klo di kasih uang sgtu banyaknnya hanya u/ berjudi
2021-06-19
0