Setelah hari itu Yura dan Syifa pun sering bertemu jika pergi ke taman bermain. Kedua bocah itu pun sudah sangat dekat satu tahun belakangan ini. Di umur Yura yang sudah menginjak empat tahun, anak itu mulai sering mempertanyakan ayahnya yang tak kunjung pulang. Seperti sore itu, di cafe nampak Yura yang sedang menangis terisak meminta ayahnya untuk cepat pulang.
Sama halnya sewaktu di desa. Aidan dan Yura pun sering mendapat ejekan dari teman-temannya karena tidak memiliki ayah. Jika pun Yura sering berkata bahwa ayahnya sedang bekerja, tetap saja teman-temannya tidak pernah mendengarkan karena sudah lama mereka berteman ayah Yura tidak pernah menampakkan batang hidungnya di depan mereka.
"Huaaaaa Yu-la ma-u aa-yahhhhh... Ma-na aa-yah bun-daaaaa... Kena-pa ay-yah nda pulang-pul-lang... Aa-pa sebenel-nya Yuu-la dan ka-kak Ai-dan nda pu-nya aay-yah se-pelti ka-ta te-man-temann... Hiks.. Hiks..."
Tangisan dan isakan Yura pun menjadi pusat perhatian pengunjung di sana. Dengan cepat Vara membawa anaknya itu ke dalam kamar yang biasa ia tempati selama bekerja.
"Yura sayang... Yura dan kakak Aidan punya ayah, cuma sekarang ayah belum bisa pulang karena pekerjaan ayah masih banyak. Sudah nangisnya ya nak." bujuk Vara yang sudah berlinang air mata.
"Bunda pembohong!! Bilang saja kalau kami memang sudah tak punya ayah!! Bunda selalu bilang ayah akan pulang tapi sampai sekarang ayah juga tak kunjung pulang!!!!!" bentak Aidan dan langsung berlari keluar kamarnya.
"Aidaannnn." teriakan Vara pun tidak diperdulikan oleh Aidan.
"Bunda jahadddd..." Yura pun turun dari atas ranjang dan ikut berlari menyusul kakaknya.
Maafkan bunda nak. Maaf bunda belum bisa mempertemukan kalian dengan ayah yang selama ini kalian rindukan. Selama ini yang aku takutkan akhirnya terjadi juga. Aku tidak tau harus bagaimana lagi memberi alasan kepada anak-anak. Aku juga tidak mungkin mempertemukan mereka dengan Rangga. Aku fikir dengan kasih sayang yang aku berikan kepada anak-anak mereka sudah tidak memerlukan sosok seorang ayah lagi. Ternyata aku salah, mereka sama sepertiku yang sangat membutuhkan sosok seorang ayah.
***
"Anak-anak kenapa Ra? Kenapa mereka berdua menangis?" tanya ibu yang baru saja masuk ke kamar Vara.
"Mereka menanyakan ayahnya lagi bu." Sahut Vara lirih. "Sebaiknya aku susul anak-anak dulu bu, takut mereka pergi kemana-mana. Aku pergi dulu bu." ucap Vara.
Aidan pun berlari keluar cafe yang diikuti Yura di belakangnya. Pengunjung cafe yang melihat pun hanya mematung dan bertanya-tanya melihat saudara kembar itu berlari sambil menangis.
Vara pun dengan cepat menyusul anak-anaknya. Dilihatnya Aidan dan Yura sedang duduk di kursi depan cafe sambil menangis. Vara pun dengan cepat menghampiri anak-anaknya.
"Aidan, Yura. Kalian masih marah sama bunda nak?" ucap Vara lirih.
Namun Aidan dan Yura hanya diam saja tanpa berniat menyahut ucapan bundanya.
"Maafkan bunda ya nak, besok bunda usahakan bujuk ayah biar cepat pulang ya." ucap Vara lagi.
Masih dalam mode diam.
Menghela nafas. "Baiklah sebagai permintaan maaf bunda. Besok kalian ikut bunda anterin pesanan makanan orang yang bekerja di kantor. Sekalian kita jalan-jalan ke taman kota besok." bujuk Vara.
"Benelan bunda?" ucap Yura yang mulai luluh.
Hufh... Akhirnya bisa di bujuk juga.
"Beneran sayang... Habis kita anterin pesanan makanan, pulangnya kita jalan-jalan ke taman kota."
"Aidan juga ikut ya bunda." ucap Aidan yang juga sudah mulai luluh bujukan bundanya.
"Iyaa, Aidan dan Yura anak-anak kesayangan bunda ikut." jawab Vara yang mulai tenang.
"Hollee... Nanti beli gula kapas yah bunda..." pinta Yura dengan mata berbinar.
"Iya boleh."
Semoga besok-besok mereka tidak akan menanyakan lagi tentang ayahnya. Batin Vara.
***
"Apa kamu masih belum mau mempertemukan mereka dengan ayahnya Ra?" tanya ibu setelah Vara menidurkan anaknya di kamar.
"Belum kefikiran bu, Vara juga tidak tau ayah mereka dimana sekarang. Vara bingung harus bagaimana bu. Tidak mungkin Vara bilang bahwa ayah mereka sudah tidak ada, itu sama saja Vara menyumpahkan orang yang masih hidup bu."
"Bagaimana kalau kamu menikah saja Ra, dengan begitu anak-anak bisa merasakan kasih sayang seorang ayah."
"Vara tidak mau bu, lagian siapa juga yang mau menikah dengan perempuan yang sudah memiliki anak di luar nikah seperti Vara bu. Dan juga pasti keluarganya tidak akan merestuinya bu." lirih Vara.
"Atau kamu coba saja mempertemukan mereka dengan ayahnya Ra. Apapun pendapat dia nanti, setidaknya kamu sudah mempertemukan anak-anak dengan ayahnya."
"Vara takut dia tidak akan mengakui anak-anak bu. Dia bahkan sangat membenci Vara." ucap Vara yang sudah menangis.
"Sudah nak, jangan menangis." ucap ibu sambil Mengelus punggung Vara.
"Besok Vara fikirkan lagi bagaimana baiknya bu. Ibu tidurlah hari sudah larut."
"Kamu juga nak, jangan difikirkan lagi. Istirahatkan badan dan fikiran kamu."
"Baik bu."
***
---- Bandara ---
Terlihat pria tampan yang baru saja keluar dari dalam bandara dengan wajah dinginnya menggunakan baju kaos bewarna hitam dengan sepatu sport bewarna putih di kakinya dan tak lupa kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Banyak tatapan kaum hawa yang memandang takjub kearahnya karena tau pria yang sedang berada di hadapan mereka adalah seorang pemuda sukses yang tengah viral diberitakan di usianya yang masih muda dan sebentar lagi akan melanjutkan kepemimpinan orang tuanya dengan menjadi CEO di perusahaan milik papanya.
Alex, Danu dan Adit yang melihat kedatangan Rangga pun langsung memeluk sahabatnya itu ala laki-laki.
"Makin ganteng aja lo bro di negri orang, seneng banget keliatannya lo jumpa cewek bule tiap hari ." ucap Adit terkekeh.
"Sialan lo." ucap Rangga sambil meninju bahu Adit pelan.
"Kayak gak tau Rangga aja lo, dia kan paling anti sama yang namanya wanita." ucap Danu.
"Apa lo udah berubah selera bro? Jadi takut gue." ucap Alex bergedik ngeri.
"Sial! Masih normal gue. Makin gak bener aja lo pada semenjak gue tinggal." kesal Rangga.
"Hahahaha kan gak ada yang tau bro." ucap Alex terkekeh geli.
"Adit tu yang gak bener. Makin stress tu dia mau di jodohin sama Nadia teman sekolahan kita dulu." ledek Danu.
"Nadia temannya cewek sok polos itu maksud lo?" tanya Rangga.
"Yoi bro, siapa lagi Nadia di sekolah kita." jawab Danu.
"Lo tetap gak suka aja sama Vara, ngga. Padahal dia kan cantik, baik lagi. Otak lo mesti di cuci ni biar bersih dari fikiran kotor." ucap Adit.
"Lo gak tau aja aslinya gimana." kesal Rangga.
"Udah lah dit, Rangga tu mau di bilangin berapa kali juga gak akan denger." Ucap Danu menengahi. "Mending sekarang kita anterin nih anak ke rumahnya. Dah kangen gue masakan tante Mita. Keburu tengah malam nanti, udah lapar banget gue nunggu nih anak nyampe." lanjutnya.
"Nah saran yang bermanfaat nih, tadi kan tante Mita ngajakin kita makan di rumahnya." ucap Alex semangat.
"Lo sama gue aja Ngga. Kami bawa mobil masing-masing tadi." ajak Adit yang langsung disetujui Rangga. Dan mereka pun segera muluncur ke rumah Rangga.
.
.
.
Selamat membaca ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
evvylamora
si Rangga itu benci knp sih?? bingung
2023-01-17
0
Yuni
mosok pernah nidurin orang gk ad inget2nya sm sekali
2022-11-12
0
Sweet Girl
emang kamu masih Ndak mikirin n nyari, siapa yang kamu tidurin....
2022-04-15
0