Sehabis menyalami ketiga teman bundanya Yura pun merentangkan tangan mungilnya untuk di gendong Vara. Vara pun langsung mendudukkan gadis kecil itu di atas pangkuannya.
"Kakak Aidan kemana? Kok gak keliatan sayang?" tanya Vara heran.
"Kakak Aidan masi bobo bun, nda mau Yula mangunin tadi." jawabnya.
Sahabat Vara pun hanya melihat interaksi antara ibu dan anak itu dan sesekali tersenyum.
"Anak kamu lucu banget sih Ra, tapi wajahnya kok gak mirip-mirip banget sama kamu malah kebanyakan mirip.... " ujar Riri terputus menyadari kebodohannya.
"Yula milip syiapa tante?" tanya Yura.
"Emm...." Riri pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Milip syiapa tante? Kok tante nda jawab Yula." ujar Yura cepat.
Riri pun memandang kedua sahabatnya itu meminta pertolongan dan yang ditatap hanya mengangkat bahunya bingung dan Vara hanya tersenyum menanggapi kebingungan sahabatnya.
"Yura mirip sama ayah, sayang. Tapi ada bagian-bagian dari wajah Yura yang mirip sama bunda. Ini, ini, ini dan ini." menunjuk Alis, mata, hidung dan bibir Yura. Vara yang melihat kebisuan sahabatnya pun menjawab pertanyaan putrinya yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari Riri.
"Tante kenal sama ayah Yula? Ayah Yula lama sekali tante nda pulang-pulang. Kata bunda ayah lagi cali uang yang banak buat beli mainan Yula dan kakak Aidan." ucap Yura semangat.
"Emh... Kenal, ayah Yura kan satu sekolah sama tante dulu." jawab Riri.
Tiba-tiba Aidan pun datang memutuskan pembicaraan mereka.
"Mereka siapa bunda?" tanya Aidan dingin.
"Sahabat bunda waktu sekolah dulu, Aidan salim dong sama sahabat bunda." ujar Vara sambil mengelus rambut Aidan yang berantakan. Aidan pun langsung menyalami ketiga sahabat bundanya seperti yang dilakukan Yura sebelumnya.
"Ini mah fotokopiannya si Rangga banget Ra. Mirip banget tau sebelas dua belas, tampan dan dingin banget. Ya gak gais." ujar Melani. Mereka pun menganggukkan kepala sebagai jawaban. Dan Vara hanya tersenyum menanggapinya.
"Aidan, ajak Yura makan siang dan minum susu dulu kebelakang. Bunda mau lanjutin bicara sama teman-teman dulu." ujar Vara lembut.
"Iya bunda." jawab Aidan. Lalu beranjak dari tempat duduknya dan manggandeng tangan Yura kebelakang.
***
Setelah Aidan dan Vara beranjak dari tempat duduknya. Mereka pun melanjutkan pembicaraan yang tertunda tadi.
"Apa kamu gak berniat buat mempertemukan mereka sama ayahnya Ra?" tanya Nadia dengan hati-hati takut menyinggung perasaan Vara.
"Entahlah, aku rasa sekarang belum. Kalian kan tau sendiri betapa bencinya dia kepadaku. Aku juga tidak yakin dia mau menerima dan mengakui anak-anakku. Dia bahkan menuduhku perempuan yang tidak benar malam itu." jawab Vara lirih.
"Tapi bagaimana pun juga mereka berhak tau siapa ayahnya, Ra. Apa kamu tidak kasihan melihat mereka menanti ayahnya pulang." ujar Melani.
"Untuk sekarang biarlah seperti ini dulu, aku masih belum siap bertemu dengannya lagi." ujar Vara lagi.
"Baiklah Ra. Semoga keputusan kamu memang sudah benar kali ini." ujar Melani pasrah.
"Ya sudah yuk pesan dulu makanannya, kalian cobain makanan di sini. Kali ini gratis deh untuk para sahabat aku yang makin cantik ini."
"Aku senang nih yang gratis gini." ujar Riri terkekeh.
"Emang gak pernah berubah kamu Ri. Masalah makanan aja nomor satu." jengkel Nadia, dan Riri hanya terkekeh mendengarnya.
Selesai makan mereka pun berpamitan karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan hari itu. Rasanya Vara sangat bahagia bisa berjumpa kembali dengan ketiga sahabatnya itu.
***
Kini Vara tengah berada di dalam kamar menemani si kembar yang hendak terbang ke dunia mimpi.
Puk, puk, puk.
Terlihat Vara sedang mengepuk bokong Yura yang sudah menjadi kebiasaan Yura sebelum tidur.
"Bunda, kapan kita main ke taman belmain. Yula pengen ke sana bundaaa..." rengek Yura.
"Iya besok kita ke taman bermain. Sekarang Yura tidur dulu ya." bujuknya.
"Holeeeeee.... Janji ya bunda besok kita ke taman belmain?" ujar Yura dengan mata berkedap kedip.
"Kamu berisik banget sih Yura. Kan sudah bunda bilang besok kita ke taman bermain." kesal Aidan.
"Bundaaaa kakak Aidan jahad."
"Sudah, anak-anak bunda yang tampan dan cantik sekarang waktunya tidur, besok kita akan pergi ke taman bermain. Kalau Yura tidak tidur juga bunda batalin nih perginya."
"Iyah bunda Yula mau bobo, dipeyuk sama bunda yah." ujar Yura yang langsung memeluk bundanya.
"Dasar manja." cebik Aidan.
"Bunnnn.."
"Tidur atau tidak jadi pergi." tegas Vara.
"Iya bunda." jawab keduanya. Dan tak berselang lama si kembar pun terlelap meninggalkan sang bunda yang masih terjaga dengan lamunannya.
Vara pun memikirkan perkataan sahabatnya tadi siang yang membuat kegundahan di dalam hatinya. Di satu sisi ia ingin anak-anaknya bertemu dengan ayah kandungnya, tapi di sisi lain ia masih merasakan sakit hati atas penghinaan yang Rangga toreskan di hatinya.
Apa keputusanku sudah benar kali ini? Aku masih sangat takut jika berjumpa dengannya. Apa dia akan mengakui Aidan dan Yura sebagai anaknya. Tidak, tidak. Keluarganya adalah keluarga terpandang tidak mungkin dia dan keluarganya mau mengakui anak yang terlahir dari rahim orang biasa sepertiku. Biarlah seperti ini saja, aku pasti sanggup berperan menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anakku. Batin Vara bergejolak.
.
.
.
Hallo para pembaca, jangan lupa tinggalkan jejak yaaa. Like, komen dan votenya jangan lupa. Supaya authornya lebih semangat nulisnya. Terimakasih ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
վօօղíҽ̀࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Aidan & Yura kali yaa bukan Aidan & Vara 🤔
2022-07-29
0
MD tri
sedih😣😢
2022-07-23
0
Siti Aisyah
semoga perjuangan vara berakhir gembira..dan kelak bisa bertemu dgn ayah nya anak.anak..
2022-05-08
0