Club

Hari pun berlalu jarum jam pun selalu berputar. Tidak terasa hari yang ditunggu pun tiba dimana pengumuman kelulusan akan diumumkan. Seluruh kelas tiga angkatan Vara dinyatakan lulus. Nampak raut bahagia serta tarikan nafas lega dari seluruh murid di sekolah itu.

Kepala sekolah pun mengumumkan jika nilai tertinggi jatuh kepada Rangga. Para murid sudah bisa memastikan itu. Selain ketampanan dan kekayaan yang dimiliki Rangga ia juga merupakan sosok dengan kepintaran di atas rata-rata yang tidak perlu diragukan lagi.

Di usia remaja, Rangga sudah memiliki saham di hotel orang tuanya, beberapa cafe dan juga sering ikut membantu pekerjaan di perusahaan milik keluarganya.

"Wah selamat bro, kecerdasaan lo gak perlu diragukan lagi." ucapan selamat pun datang dari teman Rangga, Alex.

"Wah wah jangan lupa traktirannya bro di club sepupu lo aja kayak biasanya." ujar Danu.

"Gue setuju kali ini sama lo Dan." ujar Adit.

"Atur aja sama kalian yang mana enaknya." ujar Rangga.

"Oke! Nanti malam langsung eksekusi." Lanjut Adit cepat.

"Sip lah terserah kalian saja!" balas Rangga.

***

--- Malam hari di club ---

Di sudut ruangan VIP Rangga bersama teman-temannya pun tampak merayakan hari kelulusan. Dengan ditemani beberapa gelas wine yang sudah ada di hadapan mereka sebagai pelengkap acara kumpul. Mereka memang sudah terbiasa dengan kumpul yang seperti ini. Tapi tidak pernah melampaui batas wajar. Hanya sekedar minum walaupun sering dilarang oleh kakak sepupunya, tapi tetap saja mereka tidak pernah menghiraukannya. Hanya untuk menghilangkan stres, katanya.

"Gimana buat acara prom night diadain di club kakak lo aja ngga? Seru kali dari pada di hotel kurang menantang." ujar Alex.

"Gue sih terserah anak-anak aja gimana maunya, kalau mereka oke gue ngikut aja."

"Sip deh! Bakal gue omongin sama panitia prom night yang lain."

"Acaranya malam minggu besok kan"? Buat cancel booking hotel amanlah, lagian juga hotel itu punya bokap lo kan ngga hahaha."

"Iya, suka hati lo aja yang mana lo suka," jawab Rangga malas, entah mengapa malam ini dia tidak bersemangat seperti biasanya, karena tuntutan untuk kuliah di luar negri, mungkin. "Nanti gue omongin sama Rey buat booking club untuk acara kita, kalau sudah fix nanti gue kabarin lagi." tanjut Rangga.

"Sip bro, lo emang paling bisa diandalkan." canda Alex.

Rangga pun nampak tak memperdulikan omongan Alex lagi, ia hanya sibuk dengan lamunannya. Desakan orang tuanya yang memaksa untuk melanjutkan pendidikan ke luar negri. Jujur saja Rangga sangat enggan untuk melanjutkan pendidikan ke luar negri. Karena menurutnya di sini pun dia juga bisa mendapatkan pendidikan yang terjamin dan juga bisa mengelola usaha yang sudah lama dirintisnya. Alasan orang tuanya pun cukup di maklumi olehnya, karena selain bisa kuliah dia juga bisa mengontrol perusahaan cabang papanya di Amerika yang sedang berkembang.

"Masih galau aja lo Ngga, terima aja kali kemauan orangtua lo. Lagian enak kali kuliah di luar negri sekalian cuci mata liat cewek-cewek bule." ujar Danu terkekeh.

"Cewek aja yang ada di otak kecil lo Dan." ujar Adit.

"Ya emang bener kali yang gue omongin, kapan lagi coba kuliah sambil cuci mata hahahaha."

"Wah, bener juga sih." lanjut Adit terkekeh geli.

"Arghhhh, bingung gue mikirinnya." ujar Rangga sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Kapan jadinya lo berangkat ke Amerika Ngga?" tanya Danu.

"Dua minggu lagi gue berangkat, bokap gue juga udah siapin keperluan gue selama di sana jadi tinggal berangkat aja."

"Kalau lo pusingin masalah cafe, lo tinggal kasih tanggung jawab ke orang kepercayaan lo aja. Libur kan lo bisa juga kali balik ke sini. Apa gunanya jet pribadi keluarga lo kalau gak digunain dengan semestinya." kekeh Alex.