Hari ini Vara, ibu dan kedua anaknya pun akan kembali ke kota yang pernah mengukir kenangan-kenangan yang masih membekas di memory Vara. Baik kenangan manis bersama ibu dan ayahnya, kebersamaan bersama sahabat-sahabatnya maupun kenangan pahit yang ia jadikan sebagai anugrah yang menciptakan adanya dua bocah kecil yang menjadi permata hatinya saat ini.
Di dalam perjalanan Yura tak henti bercerita tentang kebahagiaannya akan tinggal di kota. Ia sangat senang akan perjalanan kali ini. Bayangan pergi ke taman bermain dan mendapatkan teman baru pun tak luput dari keiingan gadis kecil tersebut. Sesekali ia bernyanyi menghilangkan kebosanan di dalam perjalanan.
"Bundaaa, apa nanti teman-teman balu di sana inda akan jahad-jahad mengejek Yula dan kakak Aidan nda punya ayah lagi?" rengek Yura.
Vara pun tersentak akan pertanyaan putrinya yang membuat remukan di jantungnya saat itu juga. Alasan Yura tidak mau lagi main keluar rumah sendiri di desa adalah ejekan dari teman-temannya yang selalu saja mengucilkannya dan Aidan yang tidak memiliki ayah seperti mereka.
Vara pun mengelus rambut putrinya yang sudah memanjang itu dengan sayang. "Semoga nanti teman-teman baru Yura dan kakak Aidan baik dan seru di ajak main ya. Yura harus jadi anak yang baik nanti dan tidak boleh nakal." ucap Vara.
"Yula nda nackal bundaa.... Teman-teman yang suka nackal sama Yula, ejek-ejek Yula dan kakak nda punya ayah. Kapan ayahpulang keljana bundaaa.. Yula mau ketemu ayah sepelti teman-teman." mata gadis kecil itupun sudah digenangi air mata.
"Nanti kalau ayah sudah punya uang yang banyak, ayah pasti pulang. Sekarang ayah lagi ngumpulin uang buat beliin Yura dan kakak Aidan mainan yang banyak." jawabnya.
"Benelan bundaa? Asyikkk asyikk.. Kakak Aidan, kata bunda ayah mau beliin kita mainan yang banak loo..." adunya pada sang kakak yang berada di bangku seberang bersama neneknya.
"Beneran bunda?" tanya Aidan dengan mata berbinar dan hanya di balas dengan anggukan kepala oleh Vara.
"Sudah sekarang Yura dan Aidan tidur saja. Perjalanan masih jauh, biar tidak pusing nanti saat sampai di kota." Ujar ibu yang sudah melihat raut kesedihan di mimik wajah putrinya.
Sesampainya di kota, Vara dan ibunya pun memutuskan untuk pergi ke rumah mereka dulu yang sudah lama ditinggalkannya. Rumah itu nampak tak terawat dengan ilalang tinggi yang tumbuh hampir di sekeliling rumah. Keesokan harinya pun Vara beserta ibunya membersihkan halaman rumah mereka dengan di temani si kembar Aidan dan Ayura yang sibuk bermain di teras rumah.
***
Beberapa hari ini Vara dan ibu pun sudah mulai sibuk untuk pembukaan cafe baru milik pamannya yang sudah di serahkan kepada Vara dan ibunya yang diberi nama AA Cafe. Sudah hampir dua minggu cafe di buka yang semakin hari semakin ramai saja pengunjungnya. Selain harga yang relatif murah, lokasi cafe pun dekat dengan kampus sehingga banyak mahasiswa/i yang mampir untuk menghilangkan kejenuhan saat kuliah untuk sekedar minum ataupun mengisi perut mereka yang kosong.
Siang itu nampak Vara sedang menunggu kedatangan para sahabatnya setelah tadi pagi ia memutuskan untuk mengabari sahabat-sabahatnya bahwa ia sudah kembali ke kota. Sesekali Vara meremas ujung baju yang dikenakan memikirkan banyaknya pertanyaan yang akan ditanyakan para sahabatnya itu.
Di ujung pintu masuk ketiga sahabatnya yang melihat pun langsung berlari ke arah Vara dan langsung memeluk Vara secara bersamaan. Air mata pun tak terbendung dari ketiga sahabatnya itu karena kerinduan yang sudah lama mereka rasakan akhirnya terbayar sudah.
Vara pun mengajak mereka untuk duduk di kursi yang sudah ia persiapkan. Begitu banyak pertanyaan di benak mereka yang ingin mereka tanyakan kepada Vara saat itu juga.
"Sekarang ada yang bisa kamu jelasin kepada kami Ra?" tanya Nadia sendu.
Vara pun menceritakan semua kejadian yang terjadi kepadanya empat tahun yang lalu dan sesekali air mata lolos begitu saja di pelupuk matanya. Ketiga sahabat Vara pun nampak geram akan Rangga yang sudah menghancurkan masa depan sahabatnya. Di sela ceritanya nampak gadis kecil Yura berlari dengan mata sayunya ke arah Vara dan ketiga sahabatnya.
"Bundaaaa kemana aja? tadi Yula cali-cali bangun tidul bunda inda ada di kamal dan di dapul." rengeknya.
"Bunda lagi kumpul sama teman-teman bunda sayang, Yura ayo salim sama tante-tantenya." Yura menyalami kegita sahabat bundanya yang di balas dengan senyuman oleh mereka.
.
.
.
Hallo para pembaca, jangan lupa tinggalkan jejak yaaa. Like, komen dan votenya jangan lupa. Supaya authornya lebih semangat nulisnya. Terimakasih ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
wahyu widayati
oh yura....kasihan bgt kau nak....untungnya kau udah hidup bahagia dg rey walau awalnya hrs melalui lika-liku yg tajam....🙂
2024-05-06
0
Amalia Khaer
suka klo yura bilang 'inda" ahaha gemessshh
2022-09-21
0
Neli Syantik
saya terbawa arus cerita ikutan nangis
2022-05-28
0