Setelah makan malam, Vara pun memberanikan diri untuk memberitahukan keadaan yang sebenarnya kepada ibu dan neneknya. Vara pun menangis terisak di sela ceritanya, mengingat bagaimana nasib anaknya kelak yang akan lahir tanpa memiliki seorang ayah. Ibu dan nenek pun hanya bisa menenangkan Vara. Memberi semangat untuk tetap menjalani hidup demi anaknya kelak.
Selama masa kehamilan banyak sekali caci maki beserta sindiran warga sekitar terhadap Vara yang hamil di luar nikah. Vara hanya bisa bersabar menghadapinya. Karena nenek termasuk orang yang di segani di sana akhirnya kata-kata kasar yang di terima Vara pun hilang seiring dengan berjalannya waktu.
***
Pagi itu seorang perempuan tampak sedang mengendarai motor maticnya. Ia tidak sendiri pagi itu. Nampak di belakang dan di jok depan duduklah dua bocah kecil yang sedang riang gembira karena di ajak berkeliling desa oleh bunda tercinta. Sesekali gadis kecil itu bernyanyi dengan suara cadelnya yang membuat orang yang mendengarnya ingin tertawa saja.
"Bunda, Yula senang deh jalan-jalan liat sawah gini. Besok lagi yah bunda jalan-jalan sama kakak Aidan."
"Iya. Kalau bunda tidak sibuk ya kita jalan-jalan lagi liat sawah."
"Asyiiiikkk. Telimakacih ya bunda." ucap cadel anak itu.
Sudah 4 tahun setelah kejadian buruk yang menimpa Vara itu di lewatinya. Kini ia tengah berbahagia karena di usianya yang masih muda ia telah di percayakan menjadi seorang ibu dari kedua buah hatinya yang diberi nama Aidan dan Ayura. Sepasang anak kembar yang baru berusia tiga tahun itu tampak menggemaskan di pandang mata.
Wajah Aidan yang sama persis mewariskan gen ayahnya itu, membuat Vara sangat sulit melupakan wajah laki-laki yang telah menghancurkan masa depan yang sudah ia rancang sedemikian rupa. Begitupun dengan Ayura. Hanya sedikit kemiripan dari Vara yang ia turunkan kepada Yura. Hanya alis, mata, hidung dan bibir saja yang mirip dengan Vara. Selebihnya anak kecil itu lebih mirip dengan ayahnya, Rangga.
Nenek Vara pun sudah meninggal satu tahun yang lalu akibat penyakit yang di deritanya. Kini Vara hanya tinggal dengan ibu beserta kedua anaknya di rumah nenek dengan tetap menjalankan usaha warung nasi yang sedari awal sudah dirintis bersama sang ibu.
Setelah berkeliling desa Vara pun membawa kedua anaknya itu kembali ke rumah. Sesampainya di rumah nampak ibu sedang duduk di teras sambil bercengkrama dengan para tetangga. Vara pun langsung menurunkan kedua buah hatinya itu dari atas motornya. Si kecil Yura nampak berlari ke arah neneknya itu dengan raut wajah gembira.
"Nenekkkk.... Tadi Yula dan kakak Aidan abis jalan-jalan sama bunda seluuuuu." adunya pada sang nenek.
"Cucu nenek sudah pulang. Seneng ya jalan-jalan sama bunda?" tanyanya.
"Senengggg.. kapan-kapan Yula mau jalan-jalan lagi sama bunda boyeh kan nek?"
"Boleh dong sayang."
Yura pun mengekspresikan kebahagiaannya dengan loncat-loncat kesana kemari. Anak itu memang sungguh menggemaskan. Dibandingkan Aidan, Yura lebih banyak berbicara dan mudah akrab dengan orang-orang. Tetangga yang melihat tingkah Yura pun hanya tersenyum melihatnya.
"Aidan apa tidak senang habis jalan-jalan sama bunda?" tanya nenek.
"Senang nek. Cuma Yura sangat berisik di jalan tidak mau berhenti bicara." adu Aidan. Anak itu memang sudah lancar berbicara dibandingkan adiknya.
"Bundaaa.. Kakak Aidan jahaddd bilang Yula belisik." rengek Yura.
"Sudah-sudah, Aidan, Yura ayuk masuk ke dalam. Nenek lagi bicara sama tetangga jangan di ganggu." ucap Vara menengahi pertengkaran kedua anaknya yang baru saja akan di mulai.
Aidan pun menjulurkan lidahnya kepada Yura karena tidak mendapatkan pembelaan dari bundanya. Yang di balas Yura dengan mencebikkan bibirnya kesal karena di ejek kakaknya itu.
***
Deringan telefon pun mengalihkan ibu dari acara mononton TV malam itu. Ternyata kakak dari ibu yang menelefon. Ibu pun langsung menjawab telefon tersebut dan mengecilkan volume TV.
Cukup lama ibu berbincang dengan kakaknya itu. Terlihat keseriusan dari wajah ibu selama berbicara lewat telefon dengan kakaknya. Vara pun bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang ibu bicarakan dengan pamannya. Sehabis mematikan telefonnya. Ibu pun mengajak Vara berbicara di teras rumah dan si kembar pun melanjutkan acara mononton mereka.
"Ra. Tadi paman menawarkan kepada ibu dan kamu untuk mengelola cafe baru yang baru saja paman kamu buat di kota. Katanya ibu bisa menjadi koki di sana dengan menjual masakan yang bisa ibu jual saja dulu, nanti buat kedepannya bisa di tambah lagi menunya. Bagaimana menurut kamu Ra?" tanya ibu.
"Hufh.. Vara masih sulit rasanya untuk kembali ke sana bu." keluhnya.
"Kamu harus bisa mengikhlaskan semuanya nak, setidaknya kamu fikirkan anak-anak kamu yang sebentar lagi akan sekolah. Akan lebih baik jika mereka sekolah di sana nak." pinta ibu.
"Baiklah bu, kapan kita akan berangkat ke kota?" tanyanya.
"Lusa kita berangkat nak, paman sudah memesankan tiket untuk kita berangkat ke kota."
"Baiklah bu, Vara ikut saja. Ayo masuk bu, tidak baik angin malam untuk kesehatan." ibu menganggukkan kepala sebagai jawaban.
.
.
.
Jangan lupa kritik, saran dan dukungannya, terimakasih ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
devaloka
udah brojol aja 🤣
2023-08-21
2
Amelya Putri
menelfon thor no menelefon 😂
2022-09-06
0
Yuni Shopia
ceritanya bagus ga bertele²
2022-08-10
0