Di perjalanan Yura masih saja menangis, karena baru kali ini gadis kecil itu di marahi dan membuat ia sangat ketakutan. Rasanya Yura tidak mau lagi di ajak bundanya pergi ke perusahaan itu lagi. Vara pun hanya bisa menenangkan Yura dengan mengelus tangan mungilnya yang melingkar di pinggang Vara. Vara pun akhirnya tetap sesuai dengan rencana awalnya untuk mengajak kedua anaknya bersantai di taman kota dan mereka pun mengiyakan.
Sesampainya di taman kota Yura sudah tidak menangis lagi, tapi masih terlihat jelas ketakutan di raut wajah kecilnya itu. Vara sangat kesal dengan sikap Audi yang membentak anaknya seperti itu. Vara akhirnya membelikan es krim untuk Yura dan Aidan untuk mengalihkan ketakutan Yura.
Huh.. Kenapa sih Audi tidak pernah berubah. Selalu saja menghina orang lain yang di anggapnya rendah. Dan kenapa aku dengan begitu bodohnya tidak mengetahui bahwa perusahaan itu milik Rangga. Dia masih saja seperti dulu. Tetap tampan dan yang pasti masih membenciku. Dari sikapnya tadi aku semakin tidak yakin memberitahukan bahwa Aidan dan Yura adalah anaknya. Pasti dalam pemikirannya aku tetaplah wanita murahan. Sudahlah tidak perlu aku fikirkan lagi. Batin Vara.
Di sela lamunannya Vara pun tersentak kaget akan orang yang memegang pundaknya dari belakang. Ia pun memutar kepalanya dan melihat orang yang selalu mengejarnya dulu. Ya, orang itu adalah Fero yang tidak sengaja melihat Vara di taman itu.
"Vara! Ternyata gue gak salah orang. Udah lama banget kita gak ketemu Ra. Lo makin cantik aja Ra. Lo kemana aja selama ini Ra? Dan mereka ini siapa?" tanya Fero dengan kening yang mengkerut.
"Eh, iya Fero. Sudah hampir 5 tahun kita gak ketemu ya. Kamu tetap gak berubah ya masih aja seperti dulu. Satu-satu dong nanyanya." ucap Vara terkekeh.
Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehehe, jadi gimana Ra? Lo selama ini kemana aja dan anak-anak ini siapa? Ponakan lo?"
"Bukan... Mereka ini anak-anak aku Fer."
Terkejut. "Hah? Yang beneran lo Ra? Elo udah nikah?"
"Aku belum menikah, Fer." jawab Vara lirih.
Tersentak kaget. "Maksud lo gimana Ra? Terus gimana ceritanya Ra? Ada yang bisa lo jelasin ke gue??? Dan, anak lo yang cowok kenapa mirip banget sama Rangga. Jangan bilang..."
Menundukkan kepala dan menghela nafas. "Kamu benar Fer, mereka anak-anak aku dan Rangga."
"Apa?? Bagaimana ceritanya Ra? Bukannya dia benci banget sama lo?"
Vara pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya dan nampak wajah Fero yang memerah menahan amarah yang bergemuruh di dadanya.
"Brengsek!!! Coba aja gue datang acara waktu itu... Pasti semuanya gak akan begini Ra!!"
"Sudahlah Fer. Aku sudah mengikhlaskan semuanya. Kalau aku membenci kejadian itu, sama saja aku membenci kedua anakku. Karena dari kejadian itu, aku di percaya menjadi ibu di usia yang masih muda. Aku sangat bahagia dianugerahkan anak-anak baik seperti mereka."
Mengepalkan tangan menahan amarah. "Jadi sampai sekarang anak-anak lo gak tau siapa ayahnya dan Rangga juga gak tau kalau dia sudah punya anak dari perbuatan bejadnya?"
"Belum, kadang aku juga bingung harus bagaimana lagi memberi alasan kepada anak-anakku Fer. Mereka selalu saja menanyakan keberadaan ayahnya." ucap Vara lirih.
Aidan dan Yura yang hanya fokus ke eskrim di tangan pun mengalihkan pandang mereka ke arah Fero.
"Om ini siapa bunda?" tanya Yura.
"Teman bunda sayang... Namanya om Fero."
"Temennya ayah juga bunda?" tanyanya lagi.
"Ehm.. Iya sayang."
"Om, apa om tau dimana ayah Yula dan kakak dimana? Yula nda pelnah jumpa sama ayah om. Bunda selalu bilang ayah mau pulang tapi nda pulang-pulang." adunya.
"Om juga tidak tau. Kalau Yura dan Aidan mau, kalian boleh memanggil om dengan sebutan daddy."
"Daddy?"
Feru hanya menganggukkan kepala seraya tersenyum.
Vara pun melototkan matanya ke arah Fero sedangkan yang ditatap hanya acuh saja.
"Benelan om? Holeee Yula dan kakak Aidan jadi punya 2 ayah dong. Asyikk, asyikk... Nanti Yula bisa bilang sama teman-teman kalau Yula punya ayah dua."
Apa-apaan sih Fero!
"Iya beneran. Jadi Yura dan Aidan jangan sedih lagi kalau di bilang tidak punya ayah." ucap Fero membelai kepala Yura.
"Asyikk.. Kakak kita punya ayah dua loo.. Nanti teman-teman nda akan ejek kita lagi."
"Hem.." jawab Aidan singkat.
Ini anak sama bapak gak ada bedanya. Batin Fero melirik Aidan.
"Hem.. Kalau gitu kami pamit duluan ya Fer. Aku mau ke rumah Nadia dulu mau ngumpul sama yang lain." pamit Vara.
"Oke! Lo hati-hati di jalan ya Ra. Anak daddy juga hati-hati ya di jalan." ucap Fero sambil membelai kedua kepala anak Vara.
"Iya daddy." ucap keduanya kompak.
***
--- Rumah Nadia ---
"Apa?? Kamu mau di jodohin sama Adit dan sebulan lagi menikah?? Yang benar aja Kamu Nad!? Dan kamu menerima perjodohan ini??" ucap Riri kaget.
"Ya mau gimana lagi. Kalian kan tau sendiri aku gak bisa menolak permintaan orang tuaku."
"Jadi Adit juga menerima perjodohan ini Nad?" tanya Melani.
"Iya. Cuma dia menuduhku yang bukan-bukan. Dan juga menyuruhku membatalkan perjodohan ini."
"Menuduh bagaiman Nad?" tanya Melani lagi.
"Dia berkata bahwa aku yang meminta dijodohkan dengannya."
"Kurang ajar!! Emang mereka berempat gak ada bedanya!! Selalu saja menuduh kita yang tidak-tidak!!" kesal Riri.
"Minta di bejek-bejek tuh mereka!" lanjut Melani.
"Sudahlah. Kalian jangan menambah beban fikiran Nadia lagi." ucap Vara menengahi.
"Kamu jadi orang terlalu baik banget sih Ra! Kamu kan juga bagian dari korban mereka." kesal Riri.
"Aku cuma tidak mau menyimpan dendam saja Ri."
"Sudahlah mau gimana lagi. Intinya kita jadi penggiring pengantin untuk Nadia bulan besok." ucap Melani.
"Huh.. Iya." ucap Riri pasrah.
"Kamu yang sabar ya Nad. Semoga dengan berjalannya waktu Adit akan bisa bersikap baik dengan kamu." ucap Vara.
"Iya Ra, semoga saja. Dan juga semoga aku selalu kuat berhadapan dengan tingkah lakunya yang semena-mena." jawab Nadia.
"Aamiin..." ucap ketiganya kompak.
Kenapa aku dan sahabatku harus selalu berurusan dengan Rangga dan temannya. Bulan besok aku pasti akan bertemu lagi dengannya dan menerima sikap dingin dan tatapan bencinya terhadapku. Agh.. Biarkan saja! Untuk apa aku memikirkannya. Batin Vara.
"Eh anak-anak kamu mana Ra kok gak keliatan dari tadi?" tanya Melani.
"Ohh itu, mereka tadi aku suruh bermain di taman belakang sama bi Inah. Kebetulan bi Inah juga lagi buat kue jadi anak-anak diminta bi Inah untuk mencicipinya." jawab Vara.
"Ya sudah ayo kita makan, tadi aku sudah minta tolong bi Inah buat nyiapin makanan buat kita. Ra kamu panggil si kembar gih." ucap Nadia.
"Ya sudah kalau gitu aku ke belakang dulu." balas Vara.
.
.
.
Selamat membaca ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Amelya Putri
bulan depan otor🙏😂
2022-09-06
0
Amelya Putri
bulan dpn 🙏😂
2022-09-06
0
Murni Aneka
bingung dgn alur tahunnya thor, udah 5 thn anak mereka kan otomatis 4 thn dari awal tpi tdi blg yura dan syifa udah akrab hampir sthn brarti hampir mau 6 thn thor🙏
2022-08-04
0