Rangga nampak fokus di kursi kebesarannya dengan setumpuk dokumen yang berada di hadapannya. Sesekali Rangga mengerutkan dahinya ketika melihat dokumen yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ketukan pintu mengalihkan perhatian Rangga ke asal suara.
"Masuk!"
Ceklek.
"Tuan, saya sudah mendapatkan informasi yang Tuan minta." ucap asisten Jo dan meletakkan subuah amplop di meja Rangga.
"Kerja yang bagus Jo."
Rangga menghentikan aktivitasnya dan membuka amplo yang diberikan Jo kepadanya. Rangga membaca setiap informasi yang didapatkan dengan perasaan bergemuruh membaca setiap kata yang tertera di sana.
"Apa ada lagi yang harus saya kerjakan Tuan?"
"Tidak perlu Jo. Nanti siang kosongkan jadwal. Saya akan mengurus semua ini sendiri."
"Baik Tuan."
Ternyata benar mereka anak-anak gue. Pantas saja gue merasakan perasaan aneh setiap melihat mata mereka. Ternyata Vara wanita yang gue tiduri malam itu. Dan dia masih perawan waktu itu. Agh sial!.
"Kirimkan alamat Vara kepada saya jo!" perintah Rangga.
"Baik Tuan. Sekedar informasi Tuan, jika Nona Vara dari pagi sampai sore biasanya berada di cafe miliknya. Jika Tuan ingin menemuinya siang ini anda bisa menemuinya di cafe yang akan saya kirimkan alamatnya nanti Tuan."
"Baik Jo."
"Saya permisi dulu Tuan." pamit Jo dan Rangga hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
***
Siang itu, seperti biasa Fero akan datang ke cafe milik Vara untuk makan siang jika tidak ada urusan di kantor. Yura yang melihat kedatangan Fero pun langsung berlari ke arahnya dengan merentangkan kedua tangannya. Fero yang mengerti pun langsung menggendong Yura dan mencium kening Yura yang tertutupi beberapa helai rambut sebagai poninya.
"Yula seneng deh daddy kesini. Daddy bawa apa tuh?" tunjuk Yura yang melihat paper bag besar yang berada di lantai dekat kaki Fero.
"Oh ini Daddy bawain hadiah Yura boneka kelinci dan untuk kakak Aidan daddy bawain bola. Ayo kita duduk dulu buka hadiahnya."
"Yula panggilin bunda dan kakak dulu yah daddy."
"Oke! Daddy tunggu di sini ya."
Vara pun datang bersama Aidan dan Yura.
"Eh Fero, udah lama Fer?"
"Baru aja nyampe Ra."
"Kamu mau makan apa? Biar aku buatin sekalian anak-anak mau makan siang."
"Seperti biasa aja Ra!"
"Oke! Di tunggu ya!"
"Sip!"
"Kakak, daddy bawain kita hadiah lo." Ucap Yura. Fero pun mengeluarkan hadiah untuk mereka.
"Ini buat Aidan dan ini buat Yura."
Mata Yura pun berbinar melihat hadiah untuknya. "Waaaa... Lucunyaa boneka buat Yulaa.... Yula suka sekali... Telimakasih dad."
"Terimakasih dad!" ucap Aidan.
Fero pun hanya tersenyum menanggapinya. Tak berselang lama Vara datang dengan makanan yang berada di dalam nampan.
"Yura sini daddy suapin seperti biasanya."
"Asyikk Yula suka disuapin."
"Cih, dasar manja." cebik Aidan.
"Bundaaaa.. Kakak jahaddd..." rengek Yura.
"Sudah-sudah ayo makan." ajak Ferlo.
***
Deheman dari seseroang mengalihkan mereka dari acara makannya. Mereka pun memutar kepala menghadap ke sumber suara.
"Rangga."
"Lo? Ngapain lo di sini."
"Gue ada urusan sama lo!" ucap Rangga menunjuk Vara.
"Urusan apa lo sama Vara?"
"Bukan urusan lo dan lo gak perlu tau." Ucap Rangga dingin. "Bisa kita bicara berdua?" tanyanya lagi.
"Ehm.. Ya sudah ayo ke ruanganku kita bicara di sana saja! Fer aku titip anak-anak dulu ya."
"Oke! Kalau dia ngapa-ngapain lo langsung hubungi gue."
"Kamu tenang aja Fer! Yura, Aidan. Makan sama daddy dulu ya."
"Baik bunda."
"Ayo!" Ajak Vara pada Rangga yang dari tadi menatapnya dengan tatapan dingin.
Kenapa dia menantapku seperti itu?
***
Sudah 15 menit Vara dan Rangga berada di dalam ruangan kerja milik Vara. Vara yang merasa Rangga tak kunjung membuka suara pun mencoba memulai percakapan. Walau di hatinya terasa bergemuruh berada satu ruangan dengan Rangga.
"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan?"
"Siapa ayah dari Aidan dan Ayura?"
Deg!
"Hah?"
"Gue gak akan mengulangi pertanyaan yang sama."
"Untuk apa kamu mencari tau siapa ayah anak-anakku? Dan, apa untungnya bagi kamu!"
Rangga yang kesal akan pertanyaannya yang tak mendapat jawaban pun mendekati Vara dan membuat Vara mundur beberapa langkah.
"Mau apa kamu Rangga!!"
Rangga pun mencengkam kedua bahu Vara yang nyaris tak menyisihkan jarak di antara keduanya.
"Lo tinggal jawab pertanyaan dari gue!! Siapa ayah dari anak-anak lo." bentak Rangga.
"Itu bukan urusan kamu!! Sekarang kamu keluar dari sini!!" ucap Vara yang sudah berlinang air mata.
"Apa benar bahwa mereka itu anak-anak gue? Jawab!!"
"Iya benar!! Mereka itu anak-anak kamu!! Sekarang mau kamu apa Rangga?! Apa belum cukup hinaan yang sering kamu lontarkan kepadaku dan merebut masa depanku!! Sekarang apa lagi??"
Rangga pun tersentak akan pernyataan yang keluar dari mulut Vara walaupun ia sudah mengetahui kebenarannya.
"Lepaskan tangan kamu Rangga, sakit." ringis Vara.
Rangga yang tersadar akan perbuatannya mencengkram kuat bahu Vara pun akhirnya melepaskan kepalan tangannya.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka yang menampakkan Aidan dan Yura di sana.
"Bundaa.. Daddy sudah pelgi katanya ada ulusan di kantol... Loh bunda kenapa menangis?" panik Yura.
"Bunda kenapa? Bunda diapain sama om ini?" tanya Aidan.
"Bunda tidak apa-apa. Aidan, Yura. Kalian ingin bertemu ayah kan?" tanya Vara sendu.
"Apakah ayah sudah pulang bunda? Sekalang ayah ada dimana bunda kenapa belum menemui kita?"
"Iya ayah sudah pulang, dan.. Om ini adalah ayah kandung kalian nak." ucap Vara lirih.
"Ayaah..." Teriak kedua bocah itu dan memeluk kaki jenjang milik Rangga.
"Huuaaa... Kenapa ayah lama sekali pulang... Yula dan kakak sudah lama ingin beltemu... Hiks.. Hiks.."
Rangga pun berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan kedua buah hatinya. "Maafkan ayah ya, kerjaan ayah sangat banyak di luar negri. Dan Juga..." ucap Rangga melirik Vara. "Bunda kalian tidak bilang jika sudah melahirkan anak-anak yang lucu seperti kalian."
Kenapa dia malah menyudutkanku!
"Kenapa bunda tidak bilang pada ayah? Pantas saja ayah tidak mengenali kami sewaktu kita di kantor ayah." timpal Aidan.
"Bunda hanya tidak mau menganggu ayah kalian bekerja." kilah Vara.
"Aidan, Yura. Kalian mau ikut ayah pulang ke rumah orang tua ayah? Ayah akan mengenalkan kalian pada nenek dan kakek."
"Apa maksud kamu Rangga?! Kamu mau memisahkan aku dengan anak-anak!! Itu tidak akan pernah terjadi!" hardik Vara.
"Lo apa-apaan sih! Gue hanya mau bawa mereka ke hadapan nyokap bokap gue gak lebih!" kesal Rangga. "Aidan, Yura. Ayo kita ke rumah nenek dan kakek. Mereka sudah menunggu kita di sana." ajak Rangga lagi. Karena sebelum Rangga menemui Vara ia sudah menghubungi kedua orang tuanya bahwa akan membawa seseorang ke rumah mereka dan orang tuanya pun mengiyakan.
"Bunda juga ikut kan ayah?"
"Iya.. Ayo kita berangkat."
Huh.. Kenapa dia selalu seenaknya saja! Bagaimana jika orang tuanya tidak terima akan kehadiran anak-anakku nantinya?.
.
.
.
Selamat membaca ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
devaloka
terlalu cepat sih ini
2023-08-21
5
Alaina Sulifa Kaplale
alurnya kecepatan. feelnya kurang dapat. tpi, ide ceritanya bagus kok
2023-05-22
0
Yulvita Darnel
kok langsung tembak pas aja tu, kenapa nggak berkelit dulu biar Rangga penasaran, atau uring-uringan dulu.
2023-03-03
0