Rendra begitu santai menatap layar laptopnya.
"Sayang, kamu nggak bohongin ibukan?"
"Bohong?" Rendra heran
"Apa ini hanya pernikahan bohongan, seperti di novel atau di film? Ibu nggak rela kalau kamu melakukan hal demikian "
"Bu … ini pernikahan beneran, bukan mainan, semua sudah di urus Effan, penghulu, saksi, semua nya. Mungkin setengah jam lagi mereka semua sudah di sini," sahut Rendra.
"Berjanjilah, kalau kamu tidak akan menceraikan Syahila, walaupun ibu sudah mati "
Rendra mengangguk.
"Ibu ingin mendengar sumpahmu!"
"Bu, aku mencintai Syahila segenap hatiku, aku tidak akan menceraikannya walaupun ibu pergi dari kami,"
Puspa tersenyum.
"Andai tubuh ibu lebih bertenaga sedikit, ibu sangat ingin berteriak mengungkapkan kebahagiaan ibu,"
"Ibu akan semakin sehat, karena nanti menantu ibu setia menemani ibu, menemani Rendra di sini," kata Rendra.
"Sudah ya bu, aku mau bersiap untuk menghalalkan wanitaku,"
Rendra segera bersiap lalu mengganti baju santainya dan memakai jas yang serasi dengan gaun panjang yang dia belikan buat syahila, yang dibawakan Effan asisten pribadinya.
Tok tok tok,
Suara ketokan pintu, Rendra segera membuka pintu sambil membenarkan dasinya. Setelah dibuka ternyata pak Mukhlis yang duduk di kursi roda, ditemani perawat laki-laki serta Syahila yang nampak anggun dengan gaun yang dia kenakan.
"Om ... ayo masuk semua kenalan sama ibu. " Rendra mempersilahkan semuanya masuk, kecuali perawat laki-laki itu.
"Pagi nyonya," sapa Mukhlis.
Ayah Syahila dan ibu Rendra pun berkenalan.
"Nyonya sakit apa?" Tanya pak Mukhlis.
"Yah ... macam-macam pak, komplikasi gak bisa disebut satu-satu," kata Puspa.
"Bapak sendiri bagaimana keadaannya?" Tanya Puspa.
"Saya sekarang lebih baik bu," jawab Mukhlis.
"Pak nitip rendra ya, Rendra anak tunggal saya, ayahnya meninggal lima tahun yang lalu, kalau saya meninggal, dia gak punya orang tua lagi," kata Puspa.
"Jangan begitu bu, optimis! Semoga lebih baik kedepannya, semoga ibu juga lebih sehat panjang umur, hingga kita bisa melihat kelahiran cucu-cucu kita nanti." sahut Mukhlis.
Puspa hanya tersenyum.
Effan datang bersama tiga orang. Yaitu, satu orang penghulu dan dua orang saksi. Effan langsung mempersiapkan untuk ijab kabul di hadapan ibu Rendra. Semua orang kini menempati posisi mereka masing masing.
"Mas kawin nya 100.000 rupiah," kata Effan menyerah kan bingkai kecil yang berisi uang 100.000.
"Apa? Seratus ribu?!" Puspa geram dengan mahar yang Rendr berikan.
"Jangan pandang maharnya bu, yang penting sah!" seru Mukhlis.
Puspa terpaksa menuruti.
"Silahkan semua sudah siap?" Tanya Effan.
Penghulu menerangkan apa saja yang akan di ucap Rendra dan Mukhlis.
"Apa kalian faham?" Tanya penghulu.
Rendra dan Mukhlis mengangguk.
"Silahkan jabat tangan ayah calon istri anda." pinta penghulu kepada Rendra.
Akad nikah pun dimulai. Dengan lancar Rendra mengucapkan ijab kabul.
"Bagaimana para saksi?" Tanya penghulu.
"SAHH!!!" Kata kedua saksi.
Rendra menyematkan cincin ke jari manis Syahila, kemudian Syahila pun menyematkan cincin ke jari Rendra, Syahila menyalami tangan Rendra dan rendra mencium kening Syahila.
Pupsa sangat bahagia menyaksikan anaknya menikah di depan matanya.
Effan menelpon seseorang, lalu berjalan menuju pintu dan keluar, tidak lama Effan masuk lagi ia membawa kotak-kotak makanan, lalu keluar lagi dan kembali masuk membawa dus minuman.
"Silahkan dinikmati," kata Effan memberi kotak nasi kepada semua yang di ruangan itu, lalu memberikan minuman.
"Maaf seadanya ya, karena ini rumah sakit " kata Effan.
"Ini lebih dari cukup," kata salah satu saksi.
"Ibu mau makan?" Tanya Syahila, ibu menggeleng.
"Kalian makan lah," sahut Puspa.
Syahila berjalan mendekati ibu dan memeluknya.
"Syahila, sekarang kamu sudah menjadi bagian keluarga ibu sayang, sudah makan dulu sana," lirih Puspa.
Semua orang menikmati makanan mareka. Setelah semua selesai, penghulu dan saksi pamit pulang.
"Fan, tolong bagikan makanan ini pada perawat di luar," pinta Rendra.
"Baik." sahut Effan.
"Oh ya pak Mukhlis, kamar perawatan anda sudah saya pindahkan, kasian Syahila terlalu jauh berjalan jika bapak masih di bawah sana, sekarang kamar bapak di kamar sebelah." terang Effan.
"Iya, kalau ayah dekat sini, kami mudah memantau keadaan ayah, aku sudah jadi menantumu, boleh kan aku memanggilmu ayah?" Tanya Rendra.
Mukhlis tersenyum dan memeluk Rendra.
"Syahila, kamu harus fokus merawatku sekarang, karena ada perawat khusus yang merawat ayahmu di kamar sebelah," Rendra mengedipkan matanya
Syahila melotot memandangi Rendra.
"Sayang ... antar ayah ke ruangannya, ayah pasti lelah, setelah itu kembali kemari, aku butuh kamu di sini," lirih Rendra.
Syahila pergi mengantar Ayahnya ke kamar yang berada di sebelah ruangan ibu Rendra.
Kini hanya Rendra dan ibunya yang ada di kamar ini.
"Apakah masih ada mimpi ibu yang inginkan? Mimpi ibu yang belum terwujud?" Tanya Rendra.
"Ibu bahagia nak, ibu sangat bahagia, Ibu hanya ingin kamu menjaga istri kamu dan mencintainya, binalah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah bersama Syahila."
"Apa ibu ingin aku menikahi tiga perempuan lagi? Sakinah , Mawaddah, Warahmah, di mana aku menemukan sisanya bu?" Rendra berusaha bercanda.
"Kamu nakal sekarang," lirih Puspa.
"Aku bahagia bisa lihat ibu tersenyum," seru Rendra
"Rendra ingat janjimu pada ibu, kalau kamu tidak akan menceraikan Syahila hanya karena ibu sudah tidak ada, jika kau melanggar janjimu, maka hatimu tidak akan pernah tenang "
"Aku berjanji bu, selama Syahila tidak menginjak harga diriku, aku tidak akan menceraikannya "
"Syahila bukan wanita sembarangan sayang," kata Puspa.
____________
Di kamar baru Mukhlis, Mukhlis sudah berbaring di ranjangnya.
"Dek, boleh keluar sebentar," pinta Mukhlis pada perawat yang menjaganya, perawat itu pun keluar dari kamarnya.
Kini hanya Mukhlis dan Syahila di kamar itu.
"Nak, maukah kamu berjanji pada ayah?"
Syahila mengangguk.
"Nak, mengabdilah pada suamimu,berbakti padanya, jangan pikirkan ayah, pikirkan keluargamu nanti, berjanjilah pada ayah, kalau kamu akan tetap mendampingi suamimu bagaimanapun dia nanti. Lihat apa yang dia berikan pada ayah, ayah tidak akan mampu membayar semua ini sekalipun ayah banyak uang. Perhatiannya pada ayah. Berjanjilah, kamu tidak akan meminta cerai darinya. berjanjilah," pinta Mukhlis.
"Aku berjanji ayah," Syahila menangis, karena berjanji pada suatu yang tidak mungkin bisa dia penuhi.
"Sudah … sudah, pergi sana temani suami mu dan suruh perawat itu masuk kembali," ucap Mukhlis.
"Baik ayah," sahut Syahila.
Syahila keluar dari kamar ayahnya, lalu menyuruh perawat itu masuk, Syahila langsung masuk ke kamar mertuanya.
"Syahila … sini sayang peluk ibu," pinta Puspa. Syahila pun mendekati Puspa ingin memeluknya.
"Tidak, peluk aku dulu," lirih Rendra menangkap Syahila dan mengurung tubuh mungil Syahila dalam pelukannya.
Ada perasaan aneh yang Syahila rasa karena perlakuan Rendra.
Puspa tersenyum melihat kelakuan Rendra. Syahila melepaskan pelukan Rendra, lalu memeluk Puspa. Puspa membalas pelukan Syahila.
Tiba-tiba Effan masuk membawa tas travel, lalu meletakannya disudut ruangan, karena tugasnya selesai, Effan pun pamit pergi pada Rendra.
Kebahagiaan Puspa sungguh terpancar pada rona wajahnya. Dokter yang menanganinya pun tersenyum.
"Selamat pak Rendra, ibu anda sungguh bahagia." lirih Dokter. Dokter pergi dari ruangan itu.
Air mata Rendra menetes, segera ia sapu. Dia begitu bahagia melihat ibunya, tidak pernah dia melihat ibunya sebahagia ini.
Jam menunjukkan jam 11 Rendra hanya rebahan si sofa berbantal paha Syahila. Puspa sangat bahagia melihat pemandangan ini.
Rendra sengaja bermanja ke pada Syahila di hadapan ibunya. Dan bersikap romantis di hadapan ibunya.
Rendra tengah mandi.
"Syahila!!!" Teriak Rendra dari kamar mandi.
Syahila yang duduk santai di samping Puspa terperanjat.
"Rendra memanggilmu, datangi sana," pinta Puspa.
Syahila segera beranjak menuju kamar mandi.
"Ada apa kau memanggilku," kata Syahila yang berdiri didepan pintu kamar mandi.
Rendra menarik Syahila masuk kedalam kamar mandi. Sengaja Rendra dan Syahila berdiam lama di kamar mandi, agar Puspa menduga kalau mereka tengah melakukan hubungan suami istri di dalam kamar mandi.
"Berapa lama kita diam di dalam sini?" Bisik Syahila.
"Yah ... kira-kira aja, anggap aja kita sedang akhhemmm," kata Rendra.
Lumayan lama mereka mengurung diri di kamar mandi.
"Baju-baju kamu sudah aku sediakan, nanti ambil aja dalam tas yang di sudut ruangan." lirih Rendra.
"Iya,"
"Iiihh ... itu apa ya? Apa itu ular?" Kata Rendra.
"Akh ...." pekik Syahila, namun mulutnya di bekap Rendra.
"Bukan, itu cuma tali," seru rendra. Syahila pun lega.
Di luar puspa tersenyum mendengar jeritan Syahila, sudah lama mereka di kamar mandi mereka belum juga keluar. Puspa sangat Bahagia.
"Tunggu!!!" Rendra menarik Syahila kehadapannya, lalu mengacak rambut Syahila.
"Kamu apa-apaan si?"
"Sudah diam!!!" Ucap Rendra.
Rendra memberi stempel merah di leher Syahila. Jantung Syahila seakan meledak saat Rendra melakukan itu.
"Basahi rambutmu sebelum keluar." pinta Rendra.
"Nggak mau," sahut Syahila.
Rendra mendorong Syahila, hingga Syahila terjebak di bawah guyuran Shawer.
"Rendra!" Teriak Syahila.
Namun Rendra malah keluar meninggalkannya.
"Kamu tunggu, aku ambilkan baju ganti buat mu." kata Rendra, Rendra keluar mengambil tas lalu dia berikan ke Syahila, yang masih di kamar mandi, setelah itu ia duduk di sofa.
Puspa tersenyum memandangi Rendra yang mengacuhkan pandangannya.
Syahila keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, Puspa tersenyum melihat tingkah mereka. Di tambah Syahila yang salah tingkah dengan pandangannya, karena mata puspa tertuju pada tanda merah yang ada di lehernya.
"Kalau mau puas dan bebas, kalian pulang aja kerumah," kata Puspa melirik Rendra.
" Ibu ...." lirih Rendra
"Sayang ... jaga ibu ya, kamu kan udah mandi sekarang giliran aku mandi." seru Rendra mentoel hidung Syahila.
Rasanya ingin melompat Puspa melihat pemandangan didepan matanya.
*****
Malam hari Syahila dan Rendra tidur di lantai beralas matras tipis. Rendra sengaja mengurung Syahila dalam pelukannya, agar ibunya bahagia melihat itu.
Rasanya puspa tidak ingin menutup matanya melihat pemandangan didepannya. Namun kantuknya membuat matanya harus terpejam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
pipi gemoy
orkay mahar nya 100
Rendra sama dengan menjatuhkan harga diri nya sendiri 👻
itu sih tips buat OB 😂
2024-12-01
0
Enung Samsiah
iiiihhhh,,,, massa sirendra itu mas kawin cuma 100ribu,,,,kan bos tega bngettt, minimal mas 10 gemuk gitu,,, aaaahhhh sebbeelll
2023-06-08
0
yuyun cahyaningrum
Rendra pinter pura"
2021-05-09
0