Hari ini Syahila dan Rendra akan pulang ke rumah Rendra. Syahila sedang membereskan barang barangnya dan juga barang Rendra. Syahila terlihat sedikit sulit berjalan lepas, karena dia merasa ada sesuatu yang masih mengganjal di antara kedua pahanya.
"Apa perlu ku gendong, sepertinya kamu begitu sulit untuk berjalan bebas," bisik Rendra.
"Aku tidak tahu kenapa rasanya milik mu masih menancap di dalam sana," bisik Syahila.
"Apa kamu perlu kursi roda? Kamu sepertinya sangat tersiksa melangkah," kata Rendra.
"Bukan begitu ... bukan cuma masih perih tapi milikmu seakan masih menancap di sini," rengek Syahila sambil meng isyarat pada miliknya.
"Sabar ya sayang, nanti juga rasanya hilang jika kamu terbiasa, makanya jangan pelit, kita harus sering sering melakukannya, agar kamu terbiasa dengan kehadiranku," bisik Rendra.
Rendra dan Syahila keluar dari hotel, di ikuti petugas hotel yang mendorong kereta yang membawa koper-koper mereka.
"Sepertinya ada yang tidak mampu berjalan," kata Effan memandangi Syahila berjalan nampak aneh.
"Sayang .... " rengek Syahila tidak terima digoda Effan.
"Kita balas di mobil nanti sayang," Rendra membelai pucuk kepala Syahila.
Setelah semua keper masuk, Rendra dan Syahila pun duduk berdampingan di kursi belakang Effan. Sedang Effan mulai melajukan mobil meninggalkan hotel dan menuju arah pulang ke rumah.
Effan melihat spion di depannya, Rendra terus bermesraan dengan Syahila.
"Okey bos, maaf, saya tidak akan menggoda nona lagi, tapi tolong kasihani lah jomblo abadi di depan kalian," rengek Effan. Karena tidak tahan dengan suara kecapan dan juga bayangan yang dia lihat di spion depannya.
Rendra tersenyum, dia kembali pada posisi normal, bukan menepel pada istrinya lagi.
"Makanya cepat nikah!" Seru Rendra.
"Iya bos, entar nanti kalo ada yang mau, saya nikahin secepatnya," jawab Effan.
Kini mobil Effan memasuki area rumah Rendra, para pembantu berbaris menyambut nyonya mereka. Mereka pun melangkahkan kaki masik ke dalam rumah.
Rendra langsung mengangkat tubuh Syahila.
"Sayang ... turunin aku, aku malu," rengek Syahila.
"Ngapain malu, kamu itu istri aku!" Seru Rendra, dia terus melangkah menggendong Syahila menaiki tangga. Rendra menurunkan Syahila tepat di depan pintu kamar, karena ia harus membuka kunci kamar itu terlebih dahulu.
"Bukannya ini kamar rahasia kamu?" Tanya Syahila.
"Iya, ini kamar rahasiaku, kamar ini khusus untukku jika sudah menikah, sekarang jadi kamar kita," seru Rendra.
Setelah pintu terbuka Syahila dan Rendra memasuki kamar itu. Syahila berlari ke arah balkon, namun dia hanya menatap pemandangan dari balik kaca. Rendra langsung memeluknya dari belakang.
Rendra menyibakkan rambut Syahila kesamping, lalu menciumi ganas ceruk leher tersebut. Rendra membalik tubuh Syahila menghadapnya. Lalu mereka berpangutan dalam.
"Lagi ...." bisik Rendra.
" Lagi...?" Tanya syahila. Dia menggidik, baru pagi tadi melakukannya Rendra meminta lagi.
"Heemm ...." sahut Rendra.
Rendra melepas bajunya lebih dulu. Lalu mendudukkan Syahila di meja kecil yang ada dekat mereka. Rendra bermanja di setiap lekuk tubuh istrinya.
"Ganti posisi," bisik Rendra. Rendra meminta Syahila memanjakan dirinya.
Rendra mengangkat Syahila, Syahila merungut, karena keasyikannya terganggu.
"Maaf, nanti lagi aku ingin menuntaskannya sekarang," bisik Rendra.
Dia pun menuntaskan ke inginan yang terus minta lagi dan lagi. Selesai dengan tugas di tempat tidur, kini mereka mandi bersama. Di kamar mandi mereka menghabiskan banyak waktu, mereka melakukan apa yang mereka inginkan.
Selesai dari kamar mandi Syahila duduk di meja rias, sedang Rendra terus memandanginya.
"Apa?" Tanya Syahila.
"Kamu belum mengambilkan bajuku." rengek Rendra.
Syahila segera bangkit mengambil baju buat Rendra, lalu membantu memakaikannya.
"Terima kasih istriku ...." ucap Rendra sambil memojokkan Syahila dan melahap bibir istrinya tersebut
"Iya sama-sama suamiku sayang," jawab Syahila.
Mereka saling pandang.
"Aku sangat bersyukur bisa bertemu kamu saat itu, aku tidak pernah merasakan hidup seperti ini sebelumnya," bisik Rendra yang terus memandangi wajah Syahila.
Mereka betah mengurung diri di kamar mereka. Bermacam kegiatan yang mereka lakukan, namun pasti berkahir dengan mandi keringat dan pacuan nafas.
***
"Sayang ... habis makan siang kita ziarah ke makam ibu yuk," ajak Rendra.
Syahila mengangguk dengan semangat.
Selesai makan siang Rendra dan Syahila langsung ke makam ibu Rendra. Di pusara ibu Rendra setelah selesai baca do'a Rendra menabur bunga di pusara ibunya.
"Bu, aku penuhi janji ku bu, lihat, dia benar-benar jadi istri ku yang sebenarnya," kata Rendra. Syahila memeluk Rendra.
"Bu, aku akan berusaha menunaikan janjiku pada ibu, membahagiakan anak ibu yang sangat luar biasa ini," seru Syahila sambil memandangi wajah Rendra.
"Sya, kita ke rumah ayah yuk, sudah tiga hari kita tidak bertemu ayah,"
Tentu saja Syahila tidak menolak, dia juga sangat merindukan ayahnya.
Setelah meninggalkan pemakaman, mobil Rendra melaju menuju ruko Mukhlis.
Muhklis yang baru selesai menutup toko tersenyum lebar melihat dua orang yang berjalan sambil bergandengan menuju ke arahnya.
"Kenapa tidak bilang kalau kalian kemari?" seru Mukhlis melihat siapa yang menghampirinya.
"Sengaja ayah," sahut Rendra yang tidak melepaskan pelukannya pada Syahila.
"Ayah ... apa kami boleh menginap di sini?" Tanya Rendra.
"Tentu saja boleh nak, ini juga milikmu, Ayo Sya, ajak suamimu ke atas, ayah masih ada pekerjaan di sini," seru Mukhlis.
Dira dan Amin sangat iri melihat kemesraan pengantin baru itu.
Syahila dan Rendra langsung naik ke lantai dua dan bersantai di sana.
Syahila yang terbiasa menempel pada Rendra tidak canggung selalu menempel pada suaminya, walau di ruangan itu juga ada Juned.
"Kamar kita mana?" Tanya Rendra.
Syahila menunjuk ke marah kamarnya.
"Ayo kita kesana," Rendra menarik Syahila masuk kedalam kamar.
Rendra terus melakukan apa yang dia mau dalam kamar itu.
"Sayang ... kita baru saja lho selesai," rengek Syahila.
"Aku ingin melakukannya juga di sini, biar semua tempat yang kita kunjungi jadi saksi percintaan kita," ucap Rendra terus mendalami maksudnya.
***
Mereka menghabiskan waktu di rumah Mukhlis. Mukhlis sangat bahagia melihat kebersamaan Rendra dan Syahila. Sedang Juned hanya diam di pojokan.
Rendra dan Mukhkis berbicara banyak hal, dari bisnis dan lainnya. Sedang Syahila tersenyum melihat keakraban suami dan ayahnya.
"Ayo kita istirahat nak, sudah malam," seru Mukhlis.
Mereka semua masuk ke kamar masing-masing.
***
Di kamar Syahila.
"Bebs, selama ini kita bermain mode bebas dan liar, ayo sekarang kita coba mode senyap," goda Rendra.
"Ihhhh sama aja," rengek Syahila.
"Tidak sama," seru Rendra.
Mereka kembali memulai malam mereka. Setelah selesai keduanya tertawa kecil.
"Ayo tidur, besok pagi kita harus pulang," seru Rendra.
***
Pagi-pagi Juned sudah bergelud di dapur, sarapan pagi pun sudah juned siapkan di meja makan. Juned berusaha santai melihat Syahila dan Rendra yang keluar kamar dengan rambut yang basah.
Syahila merasa risih, karena hairdrayernya tidak dia bawa, namun tidak dengan Rendra, dia menyeringai bangga melihat rambut Syahila yang basah.
Mereka semua sarapan pagi, setelah selesai sarapan, Syahila dan Rendra kembali pulang, sedang Mukhlis melanjutkan rutinitasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Kenza al_el
banyak yg patah hati di tinggal nikah sm syahila ya 😅
2021-08-27
0
Nurul Hayatiyah
otak ku traveling....mode senyap gmn lg tuh?!
2021-03-10
0
Sumiyati
mode silent ye Rend
2020-08-25
2