Hari ini adalah hari pernikahan Arvin dan Erika. Suasana ramai di sebuah hotel bintang lima. Semua orang sibuk menyiapkan sana-sini. Mempelai wanita dan pria yang cantik dan tampan sungguh menambah kesempurnaan acara pagi ini.
Gaun putih yang menghiasi tubuh Erika hari ini menambah anggun dan cantiknya dia. Dengan sedikit polesan make up yang semakin menambah kesan natural namun elegan.
Arvin yang memakai setelan jas berwarna hitam yang menambah kesan formal namun terlihat tampan. Dirinya selalu gelisah. Dari beberapa hari kemarin, tak bisa menghubungi Alina. Senyum palsu yang coba ia tampilkan di depan para tamu tak bisa menutupi hatinya yang pilu. Semua tamu berhamburan datang. Menatap kagum keduanya. Sungguh pasangan serasi, pikirnya.
Alina yang beberapa hari tak mendapat kabar dari Arvin memberanikan diri untuk datang ke acara pernikahannya. Cih, acara pernikahan kekasih sendiri. Kenapa Alina masih keras kepala dan tak tahu malu untuk datang juga. Hatinya tak rela namun raganya melangkah ke sana.
Langkah kaki Alina terhenti saat melihat sepasang pengantin duduk berdampingan. Ingin Alina mencabik-cabik Arvin dan juga wanita yang ada di sampingnya. Namun ia masih punya urat malu dan tak ingin mengacaukan acaranya.
"Kau bohong lagi kak! Kau bilang akan datang menjemputku dan membawaku pergi bersamamu. Tapi apa ini? Kau bahkan menikmati acara ini dengan senangnya. Kalau bukan karena aku melihat undangan untuk kak Briant waktu itu, apa kau akan tetap merahasiakan semua ini kak. Aku akui wanita yang berada di sampingmu sangat cantik dan kalian terlihat cocok," ucap Alina dalam hati dan tersenyum masam. Yang sedari tadi memperhatikan mereka dari kejauhan.
Alina memberanikan diri mendekati mereka. Ingin mengetahui bagaimana reaksi Arvin melihat Alina berada di acara pernikahannya.
"Kak Arvin, selamat ya atas pernikahannya," ucap Alina menahan tangisnya yang sudah berada di samping Arvin.
Alina tersenyum masam, Arvin terkejut melihat Alina menghadiri acaranya. Bagaimana Alina bisa tahu di mana acara pernikahannya diadakan. Arvin meraih tangan Alina dan membawanya menjauh dari keramaian. Arvin memeluk Alina erat, karena ia sangat tersiksa beberapa hari ini. Tanpa Alina sadari, air matanya mengalir. Cukup lama mereka saling berpelukan. Erika yang penasaran membuntutinya dan melihat kemesraan mereka.
"Maaf, aku mengingkari janjiku lagi sayang," ucap Arvin bergetar menahan kesedihannya. Ia menempelkan keningnya dan kening Alina.
"Terserah kalau kamu mau membenciku atau tidak. Hanya ini yang bisa aku lakukan demi keselamatanmu sayang," ucap Arvin lagi.
Alina hanya diam dalam tangisnya. Senang, akhirnya bisa bertemu dengan Arvin. Sedih, karena sebentar lagi Arvin akan menjadi suami orang lain. Alina mendorong pelan Arvin agar sedikit menjauh darinya. Sedangkan Erika dari kejauhan masih memperhatikan mereka.
"Aku kecewa kak sama kamu. Kenapa tidak pernah cerita dari awal. Kenapa suka membohongi Alina seperti ini? Kenapa kak? Aku mohon setelah ini jangan pernah menghubungiku lagi kak. Cukup rasa sakit ini," ucap Alina
"Enggak...enggak...enggak... Jangan seperti ini sayang.. Hanya kamu yang aku cintai. Aku nggak peduli dengan pernikahan ini," balas Arvin meyakinkan Alina.
"Mungkin kak Arvin nggak peduli, tapi aku peduli kak! Aku nggak mau dicap sebagai perusak rumah tangga orang. Kak Arvin jangan egois," tekan Alina dan menatap lekat kedua mata Arvin.
Perasaan Alina campur aduk. Benci kepada pria yang berada dihadapannya ini. Kenapa begitu egois. Benci dengan keadaan seperti ini.
"Kamu tahu kak, kamu adalah orang yang paling aku benci seumur hidupku! Jangan pernah temui aku lagi, dan jangan pernah berusaha mencariku," ucap Alina penuh penekanan dan berjalan meninggalkan Arvin.
Tiba-tiba Arvin memeluk Alina dari belakang. Arvin tak peduli jika ada yang melihat mereka berdua. Arvin tak sanggup jika harus melupakan Alina. Alina meronta ingin melepaskan diri. Namun semakin Alina meronta semakin Arvin mengeratkan pelukannya.
"Lepas kak! Ada banyak orang di sini. Aku nggak mau dicap sebagai orang ketiga pengganggu hubungan kalian," ujar Alina meminta Arvin melepaskan pelukannya namun Arvin tak peduli.
"Terlihat jelas bahwa mereka saling mencintai. Namun, apa yang aku lakukan. Bahkan aku menyakiti mereka. Aku belum pernah melihatmu seperti ini kak Arvin. Apa dia begitu spesial dimatamu. Maaf.... Maafkan aku kak. Maaf akan keegoisanku yang ingin memikatmu untuk berada di sampingku," ujar Erika dalam hatinya.
Erika berjalan menghampiri Alina dan Arvin. Mereka sontak terkejut melihat kedatangan Erika. Dan melepaskan pelukan mereka.
"Maaf mengganggu kalian berdua, tapi acara pernikahan akan segera dimulai," seru Erika dan menatap dingin Alina.
"Ayo kak Arvin," ujarnya lagi dan menggandeng lengan Arvin.
"Jangan lupa, aku bisa saja mengadu kepada om Dika kalau Alina ada disini. Pasti kak Arvin nggak mau Alina kenapa-napa kan?" bisiknya pada Arvin.
Arvin mengepalkan tangannya. Bahkan Erika pun juga ikutan mengancamnya dengan memanfaatkan situasi ini. Arvin hanya bisa menuruti perkataan Erika.
Melihat Arvin melangkah meninggalkan Alina, membuatnya semakin sedih. Bahkan Arvin tak mengucap sepatah katapun.
Arvin dan Erika sampai di tempat upacara pernikahan. Pernikahan berlangsung dan sekarang Arvin sudah sah menjadi suami Erika. Senyum getir Alina torehkan saat mendengar mereka saling mengucap janji.
Tak kuasa melihat kenyataan ini, Alina berlari meninggalkan acara. Alina menangis tersedu-sedu dan terus berlari. Hatinya hancur saat ini. Tak ada lagi harapan untuknya kembali kesisi Arvin.
Tiba-tiba suara Briant mengagetkannya.
"Dek, kenapa ada di sini? Dan ini? Kamu nangis?" tanya Briant khawatir.
"Kak Briant?" ucapnya yang terkejut melihat kedatangan Briant.
"Kenapa dek? Cerita sama kakak," tanya Briant lagi semakin khawatir.
"Nggak apa-apa kok kak. Aku lagi ada masalah sedikit saja. Tapi kak Briant gak usah khawatir. Alina baik-baik saja," ucapnya dan menyeka air matanya.
"Kak Briant mau ke mana?" tanya Alina pura-pura tidak mengetahui bahwa kakaknya akan menghadiri acara pernikahan Arvin.
"Jangan sampai kak Briant tahu kalau aku adalah kekasih kak Arvin. Bisa-bisa ribut dan masalah akan panjang," gumamnya dalam hati dan mulai gelisah.
"Mm...kakak mau ke acara pernikahan sahabat kakak. Apa kamu mau ikut kakak? Lagian kakak juga sendirian ke sananya," pinta Briant.
"Aku lagi gak enak badan kak. Maaf, aku mau pulang aja," sahutnya cepat.
"Kakak antar ya?" tanyanya lagi yang tak tega meninggalkan Alina sendirian.
"Gak usah kak. Kakak kan harus datang ke acara pernikahan sahabat kakak. Beneran aku gak apa-apa," ujar Alina seraya menyunggingkan bibirnya mengukir senyum diwajahnya.
Briant mengangguk dan mengusap rambut Alina.
"Ya sudah. Hati-hati dek," ucap Briant.
Alina mengangguk dan tersenyum tipis. Sebenarnya hatinya masih sakit, tetapi di depan kakaknya ia pura-pura tak terjadi apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Reihan Reihan Azha
jadi ikut nyesek thorr
2021-07-31
0
Caroline Irawati
ah... Alina kasihan
2021-04-15
0
Heny Ekawati
pergilah lin tinggalin tuh si arvin yg gk bisa buat lo bahagia
2020-12-31
0