Arvin dan Alina sama-sama terluka. Arvin yang akan dinikahkan dengan anak rekan bisnis papanya, dan Alina yang harus melepaskan Arvin. Mereka berdua tak mampu berbuat apa-apa. Takdir memang kadang menyakitkan. Mengikhlaskan orang yang dicintai untuk orang lain, memang sesuatu yang berat. Katanya, puncak dari cinta adalah mengikhlaskan. Tapi nyatanya mengikhlaskan itu sakit. Mengikhlaskan itu tak semudah kata-kata yang dilontarkan dari mulut saja.
Waktu terus berjalan, menyisakan luka dan kenangan. Andai saja Alina waktu itu menerima lamaran Arvin, tentu saja keadaannya tak akan seperti ini. Cinta yang selalu terucap antara keduanya kini menjadi luka.
Biarlah orang berkata apa. Biarpun dikata alay atau apalah itu, nyatanya patah hati sangat menyakitkan. Biarpun akhirnya harus mengikhlaskan, tetapi semua butuh waktu. Satu tahun, dua tahun bahkan bertahun-tahun.
Lika-liku kehidupan yang dijalani Arvin dan Alina sungguh berat. Apakah ini artinya mereka tidak dapat bersama lagi. Apakah ini artinya cinta mereka cukup sampai di sini dan mencoba mengubur semua kenangannya dalam-dalam.
Hubungan yang harusnya baik-baik saja. Yang harusnya bahagia seperti biasanya. Itu semua bagai mimpi. Mimpi yang ingin mereka ulangi. Tapi nyatanya, dunia tak mengizinkan.
Satu minggu sudah waktu berlalu. Erika, anak rekan bisnis papanya sudah kembali ke Indonesia. Acara pernikahan pun dipersiapkan. Arvin tak peduli dengan semua itu. Baginya hanya Alina yang pantas menjadi istrinya. Setiap hari tak hentinya Arvin mencari Alina. Namun Alina hanya acuh tak mempedulikan.
Sudah seperti orang gila karena dimabuk cinta. Antara Arvin maupun Alina tak ada yang bahagia. Sampai suatu saat Arvin mengirim pesan kepada Alina agar ia memberinya satu kesempatan. Melihat kegigihan Arvin yang terus mencarinya membuat Alina tak tega. Bagaimanapun ia masih mencintainya.
Sore itu, Alina dan Arvin bertemu di sebuah kafe. Alina datang lebih dulu dan duduk menunggu Arvin.
"Kak Arvin mana sih, lama amat," ucap Alina sambil memandangi ke arah pintu masuk.
"Katanya janjian pukul 15.00, ini sudah pukul 16.00 masih belum datang juga," gerutunya lagi karena Arvin tak kunjung datang.
Beberapa saat kemudian, Arvin datang dengan tergesa-gesa. Napasnya tak beraturan. Ia duduk menghampiri Alina.
"Maaf sayang...aku terlambat," ujarnya sambil mengatur napasnya yang tak beraturan.
"Dari mana? Aku sudah nunggu satu jam di sini dan baru datang? Kak Arvin tu sebenarnya serius gak sih sama Alina?" tanya Alina yang sedikit emosi.
"Maaf sayang, dengerin aku dulu. Jangan marah-marah lagi dong," ucap Arvin.
Arvin menjelaskan apa yang terjadi padanya saat perjalanan ke sini. Ternyata, papanya menyewa bodyguard untuk berjaga di depan rumahnya. Mengingat waktu pernikahan tidak banyak lagi. Papanya khawatir Arvin melarikan diri. Setelah bersusah payah mengelabuhi dan mencoba kabur, akhirnya Arvin bisa keluar dari rumahnya. Meskipun sempat dikejar.
Mendengar penjelasan Arvin, hatinya luluh dan merasa sedih dengan keadaan Arvin. Bagaimanapun ini semua bukan kemauannya. Arvin berjanji akan mengupayakan agar ia tak menikahi Erika. Karena itu ia sangat butuh dukungan dan kepercayaan Alina.
Selama berhari-hari Alina terus merasa sedih dan menangis. Alina sangat mencintai Arvin. Ia harus kuat dan percaya pada Arvin. Itu yang mereka butuhkan sekarang. Saling percaya satu sama lain.
"Baiklah, kali ini aku akan percaya padamu sayang, jangan mengecewakan aku lagi," ucap Alina dan menitikkan air mata.
Arvin menyeka air mata Alina dengan lembut. Ia merasa sedih melihat air mata Alina yang keluar karena dirinya. Arvin menggelengkan kepalanya, seraya mengatakan jangan bersedih, semua akan baik-baik saja. Alina tersenyum cantik dan mengecup tangan Arvin.
Mereka meninggalkan kafe dan masuk ke dalam mobil. Arvin langsung menarik tangan Alina dan memeluknya dengan erat. Rindu yang beberapa hari ini sempat tertahan. Arvin begitu merindukan Alina begitu juga sebaliknya. Mereka terbiasa menghabiskan waktu bersama. Semoga ujian cinta ini segera berakhir.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Alina hanya duduk-duduk saja di rumahnya. Karena perkuliahannya sedang libur dan tak ada kegiatan yang mengisi hari-harinya. Mamanya sempat khawatir dengan kondisi Alina yang sekarang lebih pendiam. Kakaknya pun sepulang dari kantor juga selalu menghiburnya dan mengajaknya bercanda.
Alina selalu bungkam jika ditanya siapa orang yang tega menyakitinya. Ia hanya diam dan tak bercerita apa-apa. Bahkan pada kakaknya sekalipun. Ia yakin bisa melewati semua ini.
Alina tak ingin melakukan apa-apa. Rasanya ada sebagian dari dirinya yang hilang. Melamun, hanya itu yang Alina lakukan. Pertama kali merasakan indahnya cinta. Dan pertama kali merasakan kehilangan dan ternyata itu sakit. Namun ia yakin, Arvin akan kembali padanya.
Tok...tok...tok...
Suara pintu diketuk.
"Permisi.."
Suara seseorang dibalik pintu. Alina berjalan menghampiri pintu dan membukanya.
"Ya..." jawabnya sambil membuka pintu.
"Selamat siang, ada kiriman undangan untuk pak Briant," ucap orang itu.
"Oh, terima kasih.." jawab Alina dan menerima undangan tersebut.
Alina berjalan ke dalam dan membuka undangan tersebut. Undangan pernikahan? Siapa? Teman kak Briant kah? Tanya nya yang semakin penasaran. Mungkin saja Alina kenal dan dia bisa pergi ke resepsinya bersama-sama. Saat membuka undangannya dan membacanya, Alina terkejut.
'Arvin Alvaro Mahardika dan Erika Pranogo'.
Waktu pernikahan lusa. Diadakan di sebuah hotel bintang lima. Alina semakin tak percaya. Apa ini artinya Arvin benar-benar menikahi tunangannya dan memilih meninggalkan Alina. Alina menelan salivanya dengan kasar dan menitikkan air matanya. Bukan lamaran yang ia terima tetapi undangan pernikahan.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, Arvin adalah teman Briant. Teman kakaknya sendiri. Kenapa ia tak pernah mengetahui hal ini. Jika ia bercerita kepada kakaknya, apakah kakaknya akan membantunya. Atau malah menasihatinya agar meninggalkan Arvin yang akan menikah. Apakah Alina akan siap, meninggalkan Arvin. Melupakan cinta dan kenangannya. Melupakan segalanya tentang Arvin.
Sakitt....ini benar-benar sakit. Apakah kemarin Arvin menemuinya itu juga palsu. Arvin berjanji akan menggagalkan pernikahannya itu semua apakah hanya omong kosong belaka. Kenapa...
Rasa sakit karena ditinggal pergi masih bisa ia tahan. Tetapi ini sakit karena merasa dikhianati. Namun Alina tak percaya begitu saja. Ia masih punya sisa kepercayaannya dan memilih menunggu Arvin. Ia yakin, Arvin tak akan pernah mengingkari janjinya.
"Meskipun undanganmu sudah disebar, tapi aku tetap yakin kak.. Kamu akan menjemputku dan membawaku pergi. Tolong, jangan kecewakan aku lagi.. Aku mohon kak,"
ucap Alina lirih dan masih memegangi undangan tersebut.
Masih ada waktu. Jika hari ini Arvin tak datang. Masih ada esok hari. Alina tak mau gegabah. Ia yang memberikan Arvin kesempatan mempertahankan cintanya. Jadi, ia juga harus percaya sepenuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Caroline Irawati
Makin seru aja... lanjuuutttt...
2021-04-15
0
Heny Ekawati
percaya aj lo sama arvin yg gk bisa berontak dri ayahx
2020-12-31
0
Lia Trienda
terharu😣😣
2020-06-28
0