Alina menapakkan kakinya di Jepang. Walaupun ini bukan pertama kalinya ia ke negara ini. Tetapi, ini adalah kali pertamanya ke sini untuk melanjutkan studinya. Walaupun Alina harus menunggu setengah tahun lagi untuk pendaftaran ulang menjadi mahasiswa di sana.
Suasana baru, hati yang baru. Alina telah siap merajut hidupnya di negara tetangga. Untungnya di sini, Alina tidak sendirian, ada papanya yang kebetulan sudah lama tinggal di Jepang. Papanya jarang pulang ke Indonesia, karena masalah bisnisnya yang di sini membuatnya sibuk dan tak ada waktu luang untuk sekedar melepas rindu dengan keluarga di Indonesia. Mamanya dan Alina yang sering bolak-balik untuk jenguk papanya.
"Akhirnya, aku menetap di sini juga. Heh, lucu juga sih. Kalau cuma gara-gara putus cinta terus kabur ke sini hahaha," ucapnya dalam hati.
"Halo..." Seseorang mendekat dan melambaikan tangannya.
Alina mengernyitkan dahinya merasa tak mengenal orang tersebut. Pria itu berjalan mendekati Alina dan tersenyum tampan.
"Ehem... Permisi. Perkenalkan saya adalah Julian Daniswara. Kamu pasti adiknya Briant kan?" ujar Danis sambil mengulurkan tangannya.
"Hah!! ini yang namanya kak Jul itu? Terus dari mana dia tahu kalau aku adik kak Briant?" tanyanya dalam hati Alina.
Alina masih terdiam mengamati pria ini dari atas sampai bawah. Alina setengah tidak percaya kalau ini benar teman kakaknya yang sempat dibicarakan. Tampan juga, wkwk. Ya meskipun masih tampan kak Arvin. Loh, kok jadi bahas dia lagi sih.
"Halooo??" seru pria itu dan melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Alina.
"Ahh.. Maaf, iya saya Alina adiknya kak Briant. Ngomong-ngomong saya harus panggil Anda?" tanya Alina.
"Danis," ujarnya singkat sambil menguraikan senyumnya.
"Tapi kak Briant bilang panggil aja kak Jul," canda Alina.
"Ahh, dasar Briant sialan! Terserah kamu manggil aku apa. Maaf tadi pasti nunggu lama ya?" ujarnya sambil mengambil alih koper yang dibawa Alina.
"Ahh, enggak kok. Aku manggilnya kak Juli aja ya, haha.." candanya lagi.
"Masa orang keren kaya aku dipanggil Juli sih. Gak mau!! Oh iya. Jangan ada embel-embel kak. Aku gak suka," balasnya sedikit kesal pada Alina.
Alina tak hentinya tertawa.
"Ternyata dia manis juga kalau lagi tertawa lepas begini," batin Danis.
"Tadi katanya terserah? Aku sudah memutuskan untuk panggil kamu Juli okey?" kekeh Alina.
Danis mendengus kesal. Tetapi kenapa sedikit bahagia juga ketika Alina manggil dia Juli. Seperti panggilan kesayangan.
"Terserah kamu saja," ujar Danis.
Mereka berjalan meninggalkan tempat dan masuk ke dalam mobil. Danis melajukan mobilnya ke rumah papanya.
"Jul. Langsung ke tempat papa kah kita?" tanya Alina yang duduk di samping kemudi.
"Emangnya kamu mau ke mana? apa nggak capek? istirahat saja dulu," ujar Danis yang masih fokus mengemudi tanpa melirik Alina sedikitpun.
Alina memanyunkan bibirnya karena kesal. Ia ingin melepas penatnya dengan jalan-jalan. Ia tak mau buru-buru ke rumah papanya. Ya walaupun ia sangat merindukan papanya.
"Ayolahh... Aku belum capek kok.. Yaa.." pinta Alina dengan wajah sok imutnya.
Danis melirik Alina. Kenapa begitu imut. Sampai Danis bingung antara menolak dan tidak. Danis masih berpikir-pikir.
"Memangnya mau ke mana?" tanya Danis memastikan.
"Terserah, hehe. Bawa aku ke mana saja," ujarnya senang.
"Baiklah..." ucap Danis pasrah dan akhirnya menuruti permintaan Alina.
Tak lama setelah itu, mereka sampai di sebuah restoran. Karena mungkin Alina lapar setelah perjalanan itu. Danis kebingungan mau membawa Alina ke mana. Mau diajaknya jalan-jalan tetapi Danis takut Alina kelelahan nantinya. Alhasil hanya restoran ini yang ada dipikiran Danis.
"Waahh... Boleh juga sih ke sini. Aku sudah lapar dari tadi," ujar Alina dan segera turun dari mobil diikuti oleh Danis.
"Dasar!! Kalau lapar kenapa nggak bilang dari tadi hemm?" tanya Danis.
Alina tak menghiraukan Danis. Ia berjalan memasuki restoran dan segera mencari tempat duduk. Alina memesan beberapa menu.
Danis mengikuti Alina. Benar-benar seperti anak kecil yang kegirangan mendapat permen. Danis duduk di depan Alina.
Alina tiba-tiba sedih. Dirinya teringat dengan kenangan saat pertama kali bertemu dengan Arvin. Dasar kenangan yang menyebalkan!!, umpatnya.
"Ini anak aneh banget, tiba-tiba senang tiba-tiba sedih. Apasih yang dipikirkannya. Jadi penasaran," gumam Danis yang dari tadi memperhatikan perubahan raut muka Alina.
Beberapa saat kemudian pesanan datang. Alina ceria lagi dan pikirannya teralihkan. Mereka menikmati hidangan tanpa ada kata yang terucap di antara mereka. Alina yang sibuk dengan makanannya sedangkan Danis sibuk dengan pikirannya yang dari tadi tak hentinya memperhatikan Alina.
Setelah acara makan-makan selesai. Danis berniat membawa Alina ke rumah papanya untuk istirahat. Namun lagi-lagi Alina menolak dan menyuruh Danis membawanya jalan-jalan. Hari ini ia akan habiskan waktunya untuk bersenang-senang. Karena setelah ini jangan harap kenangan tentang Arvin akan kembali lagi. Biarlah kenangan itu hanyut bersama tawanya.
Mereka menghabiskan waktu sampai larut malam. Setelah puas, Alina akhirnya mau kembali ke rumah untuk istirahat. Sebenarnya, dari tadi Danis juga sudah lelah, namun ia tahan demi Alina. Karena ini merupakan amanat dari orang tua Alina dan kakaknya yang harus menjaganya saat di sini.
Mobil memasuki halaman rumah yang luas. Di mana lagi kalau bukan rumah Jovan (papa Alina). Karena papanya orang yang super sibuk. Jarang sekali pulang. Meskipun ia tahu hari ini Alina akan mengunjunginya.
Mobil telah terparkir di depan garasi. Danis melirik Alina yang sepanjang jalan sudah tidur. Mungkin karena kelelahan. Danis mencoba membangunkan Alina. Namun Alina hanya menggeliat kecil. Danis mengguncang tubuh Alina sedikit kasar. Tetap saja, Alina tak membuka matanya dan masih asik dengan dunia mimpinya.
"Apa aku harus menggendongmu ke dalam kamarmu? sangat merepotkan," gerutu Danis yang mendapati Alina tak kunjung bangun dari tidurnya.
Akhirnya mau tak mau ia harus menggendong Alina. Pelayan rumah membukakan pintu utama dan mereka memasuki kamar Alina sesuai intruksi dari pelayan rumah. Danis merebahkan Alina dengan pelan dan menyelimutinya. Danis duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan Alina. Tanpa sadar tangannya bergerak mengusap pipi Alina dengan lembut. Membelai rambut Alina dan tersenyum tipis.
"Apa yang aku lakukan sih. Ingat Danis, kamu harus menjaga Alina. Jangan mengecewakan tuan Jovan dan Briant. Tapi, setelah diamati ternyata dia manis juga hemm..." gumam Danis yang sedari tadi senyum-senyum sendiri.
Danis beranjak dari kamar Alina. Meminta pelayan rumah untuk menjaga dan mengurus Alina nanti ketika bangun.
"Bi, nanti tolong hubungi tuan Jovan kalau anaknya sudah di rumah. Saya mau pamit pulang dulu. Selamat malam," pamit Danis.
"Iya tuan muda. Bibi akan segera menghubungi tuan. Tuan muda hati-hati di jalan. Selamat malam," ucap bibi dengan sopan. Arvin bergegas menuju mobilnya dan pulang.
Danis memang sering ke rumah tuan Jovan. Membahas masalah perusahaan ataupun sekedar menjenguk tuan Jovan. Ia dipercaya sebagai asisten pribadi tuan Jovan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Maura
visual thor
2023-05-20
0
Kris Wanti
semoga bisa jadi obat patah hati 😁😁😁
2020-03-31
4
lia cantik
Thor Alina jangan dengan danis dong biar dengan arvin aja
2020-03-31
6