Arvin seperti orang bodoh yang tak bisa mempertahankan orang yang ia cintai. Jangankan bertemu, menghubungi lewat ponselnya saja tidak dapat ia lakukan. Ia seperti tahanan yang dipenjara di rumahnya sendiri. Semenjak kedatangan Erika, papanya menutup semua akses yang berhubungan dengan gadis itu. Siapa lagi kalau bukan Alina. Gadis yang mengacaukan kehidupan anaknya, pikir Mahardika. Gadis yang berani mencintai dan membuat Arvin membangkang perintahnya. Dari dulu, Arvin hanya nurut dan tak mengucapkan penolakan sedikitpun atas apapun yang Mahardika atur untuknya.
Erika memang menyukai Arvin dari ia masih anak-anak. Karena mereka tumbuh bersama dari kecil hingga dewasa. Kesempatan inilah yang Mahardika manfaatkan untuk memperluas jaringan bisnisnya. Mahardika tak peduli Arvin setuju atau tidak. Semua ini Mahardika yang memutuskan.
Erika, gadis cantik dan anggun yang mampu memukau setiap mata yang memandangnya. Lekuk tubuh yang seksi dan rambut yang tergerai panjang. Menebar senyuman yang mampu menghipnotis banyak orang. Banyak pria tergila-gila padanya. Namun Erika tidak pernah mempedulikan. Hanya Arvin yang ia cintai. Namun Arvin hanya acuh tak mempedulikan hal ini.
Mendengar berita perjodohannya kala itu sungguh berita yang menggembirakan bagi Erika. Terlebih lagi bahwa calon suaminya adalah Arvin. Tak ada yang lebih membahagiakan dari ini. Lain Erika lain juga dengan Arvin. Dulu, ia tak pernah peduli dengan apa yang papanya atur untuk kehidupannya. Semenjak Arvin mengenal Alina, ia mulai mengenal apa itu cinta. Ia mulai membantah setiap apa yang diucapkan papanya. Karena itu dianggap mencampuri kehidupannya dan tak pernah memberikan kebebasan padanya untuk memilih.
Lagi-lagi, ancaman papanya berhasil membuatnya tak berkutik. Ia sangat takut jika Alina terluka karena papanya. Arvin akan berusaha melindunginya meskipun harus mengorbankan cintanya.
Klek
Suara pintu kamar Arvin terbuka. Terlihat Erika berdiri di sana dengan menebar senyum manisnya. Arvin hanya menoleh sesaat dan tak berbuat apapun. Arvin sangat membenci Erika.
"Kak.." suara Erika dan ia berjalan mendekati Arvin.
"Keluar!!." sentak Arvin.
Erika terkejut dan masih diam di tempat. Ia meremas bajunya karena takut.
"Apa kau tuli? Aku bilang keluar!!" bentak Arvin lagi.
Erika sangat ketakutan. Ia belum pernah melihat Arvin semarah ini kepadanya.
"Maaf kak, om Dika meminta kak Arvin segera turun," jawabnya dan berjalan meninggalkan kamar Arvin.
"Kenapa? Apa selama ini aku masih belum bisa mengisi hatimu kak? Aku mencintaimu dengan tulus dan sepenuh hatiku. Aku bahkan tak peduli bahwa ini adalah pernikahan karena bisnis. Siapa gadis itu? Gadis yang kau pertahankan itu kak.. Pasti dia sangat beruntung bisa memiliki cintamu yang tak pernah bisa aku miliki," ucap Erika dalam hatinya dan menahan tangisnya.
Arvin belum juga beranjak dari kamarnya. Ia tak mau bertemu dengan rubah tua yang menjadi papanya itu. Besok adalah hari pernikahannya. Arvin masa bodoh dengan semua itu. Otaknya tak bisa berhenti memikirkan Alina.
"Di mana anak sialan itu? Beraninya dia tidak mematuhi perkataanku?" tanya Mahardika pada Erika yang baru saja turun.
"Sebentar lagi kak Arvin akan turun," balas Erika menebar senyumnya.
"Dasar anak tidak tahu diuntung!" umpat papanya.
Arvin berjalan gontai menuju ruang tamu. Tak ada semangat sedikitpun diraut wajahnya. Tatapannya yang dingin dan tanpa ekspresi, membuat orang merinding.
"Mau berapa lama kamu berada di kamar hah?" tanya Mahardika yang langsung berdiri melihat kedatangan Arvin.
Arvin hanya diam membungkam mulutnya.
"Ini bukan kemauan Arvin, kenapa Arvin harus antusias?" tanyanya sinis.
"Kau!!" suara papanya meninggi sambil menunjuk ke arah Arvin.
Lita yang dari tadi melihat kekacauan ini berusaha melerai. Meski tak berpengaruh banyak, namun mampu membuat keduanya diam. Mereka menjelaskan kepada Arvin tentang acara pernikahannya besok. Mereka juga meminta Arvin dan Erika mencoba gaun pernikahannya. Karena semua serba buru-buru, tak ada waktu untuk fitting gaun. Arvin hanya menurut seperti apa yang dikatakan papanya. Mahardika kembali menekankan kepada Arvin jika ingin kekasihnya selamat, maka Arvin cukup diam dan menyelesaikan acara pernikahan dengan tenang.
"Cih, lagi-lagi Alina kau jadikan ancaman!" ucap Arvin dalam hati dan mengepalkan tangannya.
Acara pernikahan memang diadakan sangat mendadak. Sebelumnya sempat ada bahasan mengenai pernikahan mereka. Untuk tanggal dan bulannya masih lama, sekitar enam bulan lagi. Tetapi, Mahardika mempercepatnya agar tidak banyak masalah yang timbul yang bisa merugikan bisnisnya. Semakin cepat semakin bagus, bisnisnya juga akan cepat berkembang. Haha, ayah macam apa yang tega menjual kebahagiaan anaknya sendiri.
"Kenapa kak Arvin hanya diam saja. Apakah ia sedang memikirkan gadis itu lagi? Bahkan tinggal besok acara pernikahan kita kak, kau bahkan tak memikirkan ini. Setidaknya, pikirkan harga diri keluarga kita," ujar Erika dalam hati yang sedari tadi mengamati Arvin.
"Sudah kan pa?" ujarnya karena tidak ingin berlama-lama di sini.
Arvin beranjak pergi sebelum papanya menjawab. Arvin menuju ke taman belakang rumah. Erika yang melihat Arvin pergi langsung menyusul. Duduk di samping Arvin yang tanpa bertanya dulu.
"Aku tahu kok kak. Aku tak pernah bisa mengisi hatimu. Tapi, inikan hari pernikahan kita, setidaknya kak Arvin bersikap dewasa dan tak mementingkan ego sendiri," ucap Erika sambil menatap lurus bunga-bunga yang ada di taman.
"Kalau kamu tahu itu. Kenapa kamu tidak menggagalkan pernikahan ini saja? dan pergi mencari pria lain yang bersedia menggantikanku. Aku yakin di luar sana banyak pria yang bersedia," balas Arvin dengan sinis.
"Kak!! Aku sangat mencintaimu...apakah aku tidak bisa berada di hati kakak sedikitpun?" ucap Erika memelas.
"Sampai kapanpun aku akan tetap membencimu Erika. Kamu adalah orang nomor dua yang paling aku salahkan setelah papaku. Aku tak peduli dengan pernikahan ini," balas Arvin dengan penuh penekanan.
Air mata Erika mengalir membasahi pipi. Ia menunduk meratapi kesedihannya.
"Tapi kak, setidaknya pikirkan keluarga kita," pinta Erika kembali.
"Apa aku terlihat seperti orang yang tak pernah memikirkan keluarga, heh? Jika aku mau, aku akan melarikan diri bersama Alina. Tapi aku masih memikirkan harga diri kalian, yang bahkan kalian tak pernah memikirkan keinginanku sedikitpun," ucap Arvin penuh meninggi.
Arvin berdiri dan melangkah meninggalkan Erika. Ia berhenti sejenak dan menoleh ke arah Erika.
"Dan ingat, aku tak pernah menganggap pernikahan ini ada! Jadi, apapun yang aku lakukan setelah menikah nanti. Kau tak berhak ikut campur termasuk hubunganku dengan Alina," ucapnya dan beranjak pergi.
Erika hanya bisa menangis. Kata-kata Arvin begitu melukai hatinya. Bagian mananya yang Arvin tak sukai dari dirinya. Erika sudah melakukan segala cara untuk mendekatinya namun semua hanya sia-sia. Ia seolah menjadi penghalang cinta antara Arvin dan Alina. Andai Alina tak masuk ke dalam hubungannya, semua pasti berjalan seperti semestinya. Alina.. Gadis sialan itu!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
LAILI 27-12-07
Benci sama erika dan papanya yg mementingkan bisnisnya aja 😥😥
2020-09-19
0
Erlin
Erika menggali lubang utk diri sendiri. asdh tau g di cintai tp msh nekat. Derita loh..
2020-09-17
0
🐱🐈 Khairunnisa 🐈🐶
cinta,,,,,cinta,,,,cip,,,cip,,,cip,,,..
2020-03-25
0