Di dalam mobil sangat hening. Tak ada kata yang terucap di antara mereka. Sesekali Arvin melirik Alina yang memanyunkan bibirnya dan menatap ke arah luar jendela mobil. Arvin tersenyum puas. Dan fokus melajukan mobilnya ke sebuah tempat.
"Ehm..mau ke mana sih kak?" tanya Alina
"Kencan lah..memangnya mau ke mana lagi," jawab Arvin sambil melirik Alina.
"Apaan sih, baru kenal kemarin sudah berani ngajak kencan," ketusnya dengan nada sewot.
"Yaa...gak apa-apa kan. Toh kamu juga mau kan?" ucap Arvin
"Haha...kalau enggak karena dipaksa tadi, aku juga gak mau tuh. Lagian ni ya, kakak tuh gak ada kerjaan banget ya?" ketus Alina
"Ada lah..ini kan juga kerjaan. Merjuangin orang yang dicinta," ucap Arvin dengan menaik turunkan alisnya.
Alina hanya diam tak menjawab kata-kata Arvin. Percuma saja, meskipun bersikeras tetap saja ia kalah bicara. Selain itu, Alina malas bila berurusan dengan pria yang baru ditemuinya kemarin tanpa sengaja. Beberapa saat kemudian, mobil Arvin sampai di sebuah taman kota. Dengan pemandangan yang sejuk dimata. Pepohonan rindang di tepi taman menambah asrinya tempat itu. Sangat cocok untuk kencan ataupun jalan-jalan sore.
"Kok ke sini?" tanya Alina yang tidak mengerti maksud Arvin membawanya ke taman.
"Kan tadi sudah aku bilang mau kencan. Lupa??" sahutnya dengan santai.
Lalu Arvin turun dari mobil dan bergegas membukakan pintu Alina. Alina turun dan merasa tak percaya. Bahwa mereka akan kencan di hari kedua mereka bertemu. Secepat itukah? Mereka berjalan beriringan menuju taman. Arvin membeli minuman dan juga makanan ringan. Lalu mengajak Alina duduk di gazebo. Alina hanya diam dan mengamati lingkungan sekitar.
"Kenapa? Gak suka tempatnya?" tanya Arvin karena melihat ekspresi Alina yang sepertinya kesal.
"Bukan masalah itu. Aneh aja sih, kita gak sedekat ini kan sebelumnya? Tapi dengan semudah ini kita pergi jalan-jalan?" ucap Alina menyelidik. Hampir tak percaya ia bahkan tak menolak diajak Arvin.
"Jodoh mungkin" ucap Arvin singkat sambil meminum minuman yang ia bawa.
Mereka saling mengenal masing-masing. Bertanya dari mulai nama, kerjaan dan juga tempat tinggal. Walaupun Alina masih kaku dan tak akan bicara jika tidak ditanya. Alina memang sengaja cuek. Karena memang belum benar-benar mengenalnya. Untuk apa harus antusias.
Hari semakin sore. Terasa cukup jalan-jalannya. Mereka bergegas pulang. Tak lupa juga mereka mampir ke rumah makan.
Pukul lima sore Alina sampai di depan kost diantar Arvin. Alina turun dari mobil berpamitan dan mengucapkan terima kasih. Arvin menganggukkan kepala dan tersenyum. Arvin melesatkan mobilnya dan Alina memasuki kostnya.
Dengan malas Alina menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya. Ia sangat lelah hari ini. Mengingat jadwal kuliahnya yang padat ditambah lagi jalan-jalan sampai sore. Kakinya sangat pegal. Alina memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan penatnya.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Arvin pun sampai di rumahnya. Seperti biasa, rumahnya nampak sepi karena ia hanya tinggal sendiri. Ditemani dua pelayan rumahnya. Arvin tidak tinggal bersama orang tuanya. Arvin ingin mandiri dan juga untuk persiapan jikalau ia sudah menikah nanti. Tidak mau merepotkan keluarganya. Arvin berjalan menuju kamarnya. Menaruh tas kerjanya dan membuka jas dan melonggarkan dasinya. Ia bergegas menuju kamar mandi. Setelah bersih diri ia duduk di sofa. Diambilnya laptop dan membukanya. Hari-harinya di rumah hanya ia isi dengan berkutat di depan laptop. Sesekali memandangi foto Alina yang nampak manis. Tak lupa setiap selesai mengerjakan pekerjaannya, Arvin menghubungi Alina. Entah hanya menanyakan kabar atau hanya basa-basi saja. Waktu semakin malam. Arvin merebahkan tubuhnya dan bersiap istirahat untuk menyambut esok yang cerah.
"Kalau saja ada kamu Lin, pasti nyenyak banget tidurku. Ingin deh, buru-buru halalin kamu hehe," gumamnya dalam hati sambil membayangkan wajah Alina dan tersenyum. Lalu Arvin memejamkan matanya.
Hari-hari berikutnya pun sama. Alina dan Arvin semakin hari semakin dekat saja. Alina tak menolak jika Arvin menemuinya dan mengajaknya keluar. Entah hanya sekedar makan ataupun ketemuan. Namun, Alina masih saja menampakkan sikapnya yang cuek. Setiap malam sebelum tidur mereka menyempatkan diri untuk video call.
Tak terasa dua bulan sudah mereka saling mengenal. Tak disangka juga dari yang awalnya tanpa sengaja bertemu kini malah semakin dekat.
Sore itu...
Arvin nampak sibuk mempersiapkan sesuatu. Ia memesan sebuah kafe dan mengaturnya sedemikian rupa agar nampak romantis. Ya, ia ingin menyatakan cintanya kepada Alina. Karena Arvin benar-benar serius dengan hubungannya. Syukur-syukur jika Alina setuju menikah muda, pikirnya. Setelah memastikan semua beres, Arvin bersiap-siap untuk menjemput Alina.
"Sayang, aku sudah ada di depan," suara Arvin dengan lembut saat menelepon Alina.
"Iya kak, sebentar," ucap Alina dengan mengapit teleponnya dengan bahunya karena ia tengah bersiap. Beberapa detik kemudian Alina keluar.
"Kak, maaf lama," ucap Alina
"Meskipun lama tetap aku tungguin kok, hehe," sahut Arvin. Ia meraih pinggang Alina dan menggiringnya masuk ke mobil. Arvin melajukan mobilnya.
"Kak, memangnya kejutan apa sih yang sudah kak Arvin siapkan untuk Alina. Jadi penasaran deh," tanya Alina. Karena dari kemarin Arvin meminta Alina mengosongkan semua jadwalnya untuk hari ini. Arvin bercerita bahwa ia akan memberikan sebuah kejutan kepada Alina.
"Sabar dong, nanti juga tahu. Kalau aku beritahu sekarang, gak seru dong."
Alina hanya berdecak kesal. Entah apa yang dipikirkan. Memanyunkan bibirnya dan sesekali menatap Arvin yang tengah fokus mengemudi. Sedangkan Arvin tersenyum geli melihat tingkah Alina yang seperti itu, menggemaskan. Sesaat, mereka sampai di kafe yang sudah Arvin persiapkan.
"Ayo sayang, turun," ajak Arvin
Alina hanya mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju kafe. Mereka disambut oleh beberapa pelayan yang mengarahkan mereka ke meja makan.
Alina terkejut tak percaya. Tempat yang begitu indah dan romantis. Sunyi, hanya ada suara biola yang kalem menambah kesan semakin romantis. Lampu yang redup dan bunga mawar yang menghiasi dinding kafe. Sungguh, nuansa romantis yang benar-benar memukau. Alina dan Arvin sampai di mejanya. Mereka duduk dan pelayan menyajikan makanan dan minuman.
"Kak, ini yang katanya kejutan itu?" tanya Alina tak percaya. Arvin tersenyum dan menggenggam tangan Alina yang berada diatas meja.
"Bukan," jawab Arvin sambil memandang wajah Alina.
"Lalu?" tanya Alina kembali.
Arvin berdiri dan berlutut di samping kanan Alina. Memegangi kedua tangan Alina yang sontak membuat Alina kaget.
"Kak, apa yang kamu lakuin? Cepat bangun," bisik Alina karena merasa tak nyaman dengan perlakuan Arvin.
"Aku bukanlah orang yang romantis Lin. Jujur, sejak bertemu denganmu aku langsung jatuh hati padamu. Rasanya rindu jika aku tidak bertemu denganmu. Aku sungguh-sungguh denganmu. Maukah kamu merajut cinta dan kasih bersamaku?" ucap Arvin panjang lebar, dengan hati-hati. Matanya terus menatap Alina dengan lekat.
Seketika Alina tertawa tak henti-hentinya. Dan menarik tangan Arvin seraya mengajaknya berdiri. Arvin bingung dengan tingkah Alina. Pasalnya, ia sangat gugup karena ini yang pertama kalinya. Arvin hanya mengernyitkan dahinya. Tak mengerti apa yang dipikirkan Alina. Suasana yang romantis seketika pecah dengan tawa Alina. Kemistri yang sudah ia bangun untuk moment bahagianya ini malah dirusak dengan tawa Alina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Caroline Irawati
Hahahaha... rasain kamu Arvin.. dikerjai sama Alina. Bingung to kamu melihat Alina tertawa keras...
2021-04-12
0
Heny Ekawati
kok ketawa si dasar abg
2020-12-31
0
Adamson Ryuu
Bertamu di chat storyku GANTENG VS CANTIK. Novel juga ada TINDAS SAJA AKU. Kritik dan saran saya trima. Terima kasih😉
2020-03-31
1