"Eh lihat deh, bukannya itu wanita yang boss cari." Salah satu pengawal Arvin menyadarinya.
"Iya benar, aku akan telepon boss. Kamu awasi kemana wanita itu pergi."
"Baik."
Tuttt...tuutt...
"Ya, ada info apa?"
"Boss, kami sudah menemukan wanita yang boss maksud."
"Tetap awasi, aku akan segera kesana."
"Siap boss."
Arvin bergegas menuju mall. Ia sangat bahagia, akhirnya ia menemukan wanita yang beberapa hari ini sudah mengganggu pikirannya. Bahkan sampai menyuruh bawahannya mengawasi mall itu. Ini sungguh gila. Benar-benar gila. Sepanjang perjalanan ia tak hentinya tersenyum.
30 menit kemudian.
Arvin sampai di parkiran mall. Ia berlari menuju tempat yang telah diinfokan oleh bawahannya. Tiba-tiba..
Braakkk...
Arvin tak sengaja menabrak seorang wanita. Yang tak lain adalah Alina.
"Maaf..." ucap Arvin dengan rasa bersalahnya.
"Ahh...minumanku...duhh, jadi basah kan bajuku. Lain kali hati-hati dong!" Alina mendongak keatas. Ia kaget, pria yang ia tabrak itu...pria yang waktu itu memperhatikan dia dan teman-temannya.
Arvin pun tak kalah kagetnya. Pasalnya, wanita yang ia cari beberapa hari ini, berada dihadapannya.
Deg
Deg
Deg
Jantung Arvin berdegub kencang. Tak salah lagi, ia telah jatuh cinta pada wanita ini.
"Terus bagaimana ini, bajuku basah. Minumanku tumpah." Alina berdecak kesal.
"Emm..bagaimana kalau sebagai permintaan maaf, aku traktir kamu saja."
"Makasih, tapi gak perlu. Aku bisa beli sendiri," Alina bergegas pergi meninggalkan Arvin. Namun, Arvin terus mengikutinya.
"Ayolah... Nona, tolong jangan tolak permintaan maafku. Aku benar-benar tidak sengaja tadi. Aku buru-buru."
"Sudah aku bilang kan gak perlu. Lagian hanya sebotol minuman saja."
Alina berjalan menuju tempat duduknya. Dan Arvin tentu saja masih mengikutinya.
"Alina...siapa itu? Pacar baru ya?" tanya Dewi dengan penuh curiga.
"Waahh. Ganteng banget. Kenalin dong," goda Sinta.
"Ehm...maaf, tadi aku tidak sengaja menabrak dia hingga minumannya tumpah. Aku disini mau menggantinya dan mentraktir kalian. Apakah boleh?"
Tentu saja, apapun akan Arvin lakukan. Karena kesempatan tidak datang dua kali. Ia bahkan sampai menawarkan diri mentraktir Alina dan teman-temannya. Hari ini, Arvin harus mengetahui siapa nama wanita itu dan setidaknya ia bisa mendapatkan nomor teleponnya juga.
Alina hanya menatap pria itu dengan kesal. Bahkan, ia tak memperdulikan apa yang dilakukan pria itu. Alina sudah terlanjur badmood.
"Apakah aku boleh duduk di sini?" tanya Arvin.
"Tentu saja," sambut Sinta dengan senang hati. Pria ini sungguh tampan.
"Oiya, namaku Arvin..kalian??"
"Oh hai..Aku Sinta, dan ini Dewi."
Sinta menatap Alina memberikan isyarat, namun Alina abaikan.
"Aku ke toilet sebentar. Mau membersihkan bajuku dulu." Lalu Alina bergegas menuju toilet.
Di toilet.
"Sial banget sihh.. Apaan coba? Dasar pria aneh. Baru bertemu saja udah main traktir segala. Emangnya aku gak bisa apa beli minuman sendiri," gerutunya sambil membersihkan baju yang ketumpahan minuman tadi.
Tiba-tiba, pria itu masuk ke dalam toilet. Yang sontak membuat Alina kaget bukan main. Secara, ini toilet wanita. Apa yang dia lakukan di sini.
"Ehh...apa yang kamu lakukan di sini?"
"Mencarimu," jawab Arvin dengan singkat.
"Gausah ke sini juga kali. Ini toilet wanita loh, kamu gila ya!"
Tapi Arvin tak memperdulikan perkataan Alina. Ia berjalan mendekati Alina. Alina semakin takut. Dirinya berjalan mundur dan ternyata sudah menabrak dinding di belakangnya.
Alina bergegas pergi, tangannya di cekal oleh Arvin. Alina panik bukan main. Mau apa pria ini. Gak mungkin kan, berbuat mesum di sini.
"A-apa yang kamu lakukan. A-aku akan teriak kalau kamu gak lepasin aku." Rasa gugup menyelimuti Alina. Ia merasa ketakutan.
"Hem.. Teriak saja. Gak akan ada yang mendengar kok," ucap Arvin sambil terkekeh.
Wajah Arvin mulai mendekat, menepis jarak di antara mereka. Sumpah demi apa, pria ini sungguh gila.
"Apa dia akan menciumku?" ucap Alina dalam hati. Ia hanya bisa memejamkan mata. Dirinya tak bisa kemana-mana.
Alina mencoba membuka matanya. Menatap pria itu. Sungguh jaraknya sangat dekat. Hembusan napas pria itu dapat ia rasakan. Alina menelan saliva. Mencoba mencari cara agar bisa kabur dari pria gila ini.
"Aku hanya mau minta nomor handphone kamu." Arvin masih menatap wanita pujaannya itu.
"Gak...aku gak mau memberikan nomor hp ku," ucapnya dengan kesal.
"Kamu hanya punya dua pilihan sekarang. Aku menciummu atau kamu memberikan nomor Hp kamu," tutur Arvin sambil memperhatikan wajah cantik Alina. Arvin sungguh terpesona. Ingin sekali ia mencium bibir imut itu. Namun ia tahan. Beberapa kali ia menelan saliva. Sungguh, menggoda.
Deg
Deg
Deg
"Bagaimana jika aku tak memilih keduanya?" ucap Alina dengan melihat ke sembarang arah. Mencari-cari cara agar bisa kabur dari pria gila ini.
"Berarti kamu ingin aku cium?" tanya Arvin dengan sedikit menggoda.
"Aku baru kali ini, bertemu pria gila sepertimu yang tidak tahu malu," Alina dibuat semakin kesal dengan pria ini. Berani sekali pria gila ini memaksanya seperti ini.
Arvin terkekeh. Apapun yang dilakukan Alina semakin membuatnya gemas. Apalagi bisa sedekat ini. Rasanya, jantungnya mau loncat keluar. Dia benar-benar dibuat gila oleh gadis ini.
"Aku hitung sampai tiga. Jika kamu masih diam, berarti aku anggap kamu setuju aku cium," tegasnya sambil menatap Alina tanpa berkedip.
Alina semakin bingung. Tak tahu lagi harus berbuat apa. Beberapa kali ia hanya bisa menelan saliva. Berharap ada seseorang yang datang menyelamatkan dia dari jeratan pria gila ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
t@r¡t@
Lahh alina yg mo dicium knapa aku yg dagdig dug yea🤭🤭🤭
2022-06-19
0
Caroline Irawati
Alina... oh Alina...
2021-04-11
0
Heny Ekawati
baru ketemu kedua kali mau main cium aj bikin illfil kan
2020-12-31
0