"Kak Arvin nembak Alina nih ceritanya?" ucap Alina disela-sela tawanya. Arvin hanya mengernyitkan dahinya bingung dengan tingkah Alina.
"Kak, gak perlu seromantis ini kok. Berlebihan banget. Gimana kalau aku ternyata menolak. Kan sayang, sudah buang-buang tenaga. Buang-buang uang pula".
"Jadi....kamu menolak nih, pacaran denganku?"
"Mmm...gimana ya jawabnya... Kak Arvin kadang nyebelin sih. Tapi baik juga kok," ucap Alina bergaya sedang berpikir menimang-nimang keputusannya untuk menolak atau menerimanya. Arvin mendekatkan tubuhnya pada Alina. Meraih pinggang Alina dan mengeratkan pelukannya. Suasana hening tanpa ada kata yang terucap di antara mereka. Mereka sama-sama merasakan debaran dalam hati. Arvin memejamkan matanya menikmati pelukan itu. Alina hanya bisa diam dan menuruti Arvin.
"Jangan pergi meninggalkanku Lin. Aku serius sama kamu," ucap Arvin ditelinga kiri Alina. Hembusan nafas yang teratur dirasakan oleh Alina. Dan itu membuatnya merinding. Lalu Arvin mengecup telinga Alina yang sontak membuatnya kaget. Alina mendorong pelan tubuh Arvin. Tatapan mereka saling beradu.
"Kak, aku juga cinta sama kamu," katanya malu-malu dan langsung menyembunyikan wajahnya didada Arvin. Arvin yang mendengar jawaban itu langsung tersenyum bahagia dan mengeratkan pelukannya. Arvin mengecup kening Alina dengan lembut dan lama.
"I love you sayang..." ujar Arvin.
"I love you too kak Arvin.." jawab Alina.
Setelah acara pengungkapan perasaan selesai. Arvin mengeluarkan sebuah kotak kecil dan dibukanya serta diperlihatkan pada Alina. Alina menutup mulutnya seraya tak percaya. Arvin menghadiahkan sebuah kalung emas dengan liontin berbentuk hati. Arvin memakaikannya pada Alina. Dan mengecup punggung tangan kanan Alina.
Alina yang mendapat perlakuan yang begitu romantis hanya tersenyum malu-malu. Sungguh bahagia, semoga ini awal yang baik bagi mereka. Mereka duduk kembali menikmati makanan yang sudah disediakan. Ini terlalu membahagiakan bagi mereka yang sedang dimabuk cinta. Denting jam pun berganti. Menggantikan malam yang semakin sunyi.
Tepat pukul 21.00 mereka memutuskan untuk pulang. Karena Arvin ada rapat besok pagi. Seperti biasa, Arvin mengantar Alina hingga depan kostnya. Memastikan bahwa Alina baik-baik saja dan selamat sampai kost. Mereka saling melambaikan tangan. Arvin melesatkan mobilnya dan Alina masuk ke dalam kostnya.
Ternyata dua sahabatnya sudah menunggunya di depan pintu kamar Alina. Alina yang masuk dengan wajah sumringah kaget ketika melihat mereka.
"Ciee...ada yang lagi senang nih..." ucap Sinta.
Lalu Sinta mendekati Alina dan menepuk bahunya. Ia menatap Alina dengan tatapan menyelidik meminta penjelasan. Sedangkan Dewi hanya menatap mereka berdua dengan senyum manisnya. Alina mengajak mereka masuk ke kamarnya. Di dalam, Alina mengganti pakaian dan bersih diri. Beberapa menit kemudian, Alina merebahkan tubuhnya di atas ranjang menyusul sahabatnya yang sudah dari tadi menunggunya.
"Guys, tahu gak..hari ini aku seneeeeng banget," ujar Alina memecah keheningan di antara mereka.
Dewi dan Sinta membalikkan badannya dan posisi mereka telentang.
"Kenapa Lin? Habis menang lotre ya?" ujar Dewi sekenanya.
"Lebih dari itu. Kak Arvin tadi nembak aku. Dan lebih parahnya lagi, aku diberi hadiah kalung loh," ujar Alina sambil memperlihatkan kalung emas pemberian Arvin. Wajahnya memerah ketika mengingat moment membahagiakan itu.
"Serius?" tanya Sinta dan Dewi secara bersamaan. Dan mereka berdua langsung terduduk. Mengatupkan tangannya menutupi mulutnya seraya tak percaya. Sedangkan Alina hanya melihat mereka dengan santai.
"Jadi, akhirnya pangeran tampanku pacaran sama sahabatku sendiri? Oh my God. Jadi, aku gak ada kesempatan dong sama pangeran aku," ujar Sinta lebay. Dan langsung dijitak oleh Dewi. Sinta yang merasa kesakitan mengelus-elus jidatnya.
"Jangan khayalan mulu yang kamu gedein. Otak noh, biar pinteran dikit," sahut Dewi sambil tertawa geli. Karena di antara mereka bertiga, Sinta lah yang paling lebay.
"Wahh, sumprit ya.. Kamu hebat banget bisa dapetin pangeran tampanku," ujar Sinta sambil mengguncang tubuh Alina yang masih telentang. Alina hanya pasrah melihat kelakuan sahabatnya itu. Kemudian Alina menceritakan semua hal yang dialami ketika bersama Arvin hingga hari ini. Sinta dan Dewi sangat antusias mendengar curhatan Alina. Hingga mereka ketiduran karena kelelahan.
Pagi hari...
Alina mengerjap-ngerjapkan matanya karena ia mendengar dering Hp nya. Diraihnya Hp tersebut yang berada di nakas samping tempat tidurnya. Dengan rambut yang masih acak-acakan, ia duduk di tepi ranjang. Memperhatikan layar Hp nya, tertera nama 'Lafyu' yang sebelumnya ia berinama 'pria gila'. Karena sudah berpacaran, Alina mengganti sebutan tersebut. Alina tersenyum cantik dan menjawab teleponnya.
"Pagi sayang..." ujar Alina dengan suara khas orang baru bangun tidur.
"Pagi... Aku sudah di depan kostmu sayang, keluar dong," ucap Arvin yang bersandar di samping mobilnya. Merapikan bajunya dan melirik jam yang ada di tangan kanannya.
Alina terbelalak kaget. Berlari menuju jendela dan mengintip. Benar saja, Arvin sejak kapan berada di depan kostnya. Dengan gelagapan, Alina meminta Arvin menunggunya sejenak. Seenggaknya Alina bersiap mandi dan merias diri. Buru-buru Alina memasuki kamar mandi. Menyalakan kran dan mulai membersihkan diri. Tak butuh waktu lama. Alina sudah bersiap dan bergegas keluar. Tetapi sebelum itu, Sinta dan Dewi yang baru bangun menatap Alina bingung.
"Mau ke mana Lin. Pagi-pagi sudah rapi banget," tanya Dewi dengan malas dan beranjak bangun.
"Mau keluar sebentar sama kak Arvin. Oiya, jangan lupa tutup pintu dan kunci kamarku ya. Aku nitip jagain. Aku buru-buru nih. Bye," ujarnya sambil memasukkan dompet dan Hp nya ke dalam slingbag. Lalu bergegas keluar. Dewi dan Sinta hanya mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan Alina. Di luar nampak Arvin yang tengah menunggunya. Alina berjalan mendekati Arvin. Lalu Alina memeluk Arvin sekilas dan Arvin mengecup kening Alina.
"Kenapa selalu gak ngabarin dulu sih kak kalau mau ke sini. Kan aku harus siap-siap dulu. Jangan kalau sudah di sini baru ngabarin. Iya kalau aku di kost. Kalau aku sedang keluar gimana?" gerutu Alina
Arvin hanya bersedekap di depan Alina.
"Pagi-pagi bukannya dapat morning kiss malah dapat omelan nih. Padahal sudah jauh-jauh loh ke sini.." ujar Arvin dengan tampang memelas.
"Salah kakak sendiri gak ngabarin dulu," ucap Alina sambil menjulurkan lidahnya ke arah Arvin. Arvin hanya tersenyum melihat tingkah Alina yang menggemaskan. Mereka masuk ke dalam mobil dan Arvin mulai melajukan kemudinya.
"Bukannya semalam bilangnya mau rapat ya kak, kok malah ngajak Alina pergi sih?" tanya Alina karena memang semalam Arvin berkata ada rapat penting pagi-pagi. Arvin memandang Alina sekilas dan tersenyum tampan.
"Rapatnya aku tunda. Lagian aku kangen banget sama kamu. Aku mau jalan-jalan dan nonton. Menghabiskan waktu seharian bersamamu sayang.." ujar Arvin.
Arvin melirik dan meraih tangan Alina. Arvin mencium punggung tangan Alina dan menggenggamnya dengan erat. Alina hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Kemudian menyenderkan kepalanya di bahu Arvin. Menikmati alunan musik yang ia putar. Selang beberapa menit mereka sampai di mall. Arvin memarkirkan mobilnya. Mereka turun lalu berjalan menyusuri mall. Arvin mengajak Alina makan terlebih dahulu. Karena Alina belum sarapan begitupun Arvin. Mereka memesan beberapa menu dan langsung menikmatinya.
"Sayang, kita jalan-jalan dulu aja ya. Shopping-shopping dan terserah kamu mau kemana aja. Nontonnya agak sorean aja," ujar Arvin ditengah ia menikmati makanannya.
"Terserah," ucap Alina dengan mengangkat bahunya. Sebenarnya, ke mana saja Alina mau, yang terpenting bisa selalu bersama Arvin. Walaupun hanya makan di pinggir jalan pun ia rela.
Setelah selesai, Arvin dan Alina berjalan melanjutkan tujuannya. Beberapa kali mereka mampir ke toko baju dan aksesoris. Arvin membelikan beberapa tas, baju, sepatu dan aksesoris lainnya. Meskipun Alina sudah menolak dan tak mau dibelikan. Arvin tetap kekeh membelikannya. Dan lagi-lagi, Alina hanya pasrah dan menerima pemberian Arvin. Sepanjang perjalanan Arvin selalu memeluk Alina dari samping. Mengeratkan tangannya dibahu Alina. Sesekali Arvin mengecup kening Alina. Membuat wajah Alina memerah. Arvin memperlakukan Alina dengan penuh perhatian dan kelembutan. Katanya, semakin laki-laki mencintai seorang wanita, semakin lembut pula perlakuannya. Dan itu yang tengah Alina rasakan.
Pukul 15.00
Mereka bergegas menuju bioskop yang ada di mall tersebut. Arvin membeli tiket masuk dan beberapa camilan dan juga minuman. Mereka memasuki bioskop dan duduk di bangku mereka. Setelah selesai menonton, mereka memutuskan untuk pulang karena merasa lelah setelah berjalan seharian.
Diparkiran tampak sepi. Hanya beberapa saja yang lalu lalang memarkirkan mobil mereka. Setelah sampai di samping mobil, Arvin langsung menarik tangan Alina dan mendorongnya pelan hingga bersandar di samping mobil. Arvin menatap Alina dengan lekat. Pandangan mereka beradu. Arvin memiringkan kepalanya dan perlahan mendekati wajah Alina.
Cup
Arvin mengecup bibir Alina dengan lembut. Memejamkan matanya, menikmati kecupan itu. Alina hanya bisa menelan saliva dan memejamkan mata. Hati mereka berdebar. Perlahan kecupan Arvin berubah menjadi lumatan lembut dan semakin menuntut. Arvin menahan tengkuk Alina dan mereka saling menikmati. Alina berusaha membalas kecupan Arvin.
Napas antara keduanya tersengal. Arvin melepaskan bibir Alina dan mengecupnya sekilas. Arvin tersenyum tampan. Arvin menyudahi aktivitasnya. Mendekatkan keningnya dengan kening Alina.
"Maaf..." ucap Arvin lirih.
"Iya...tapi lain kali jangan di tempat umum seperti ini kak. Aku malu kalau sampai ada yang lihat," ujar Alina dan kemudian menundukkan wajahnya karena malu.
"Iya sayang...terlalu terbawa suasana tadi," ujar Arvin sambil menaikkan dagu Alina dan membelai pipinya . Arvin membukakan pintunya dan melesat pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Tari
lanjut
2021-08-04
0
Caroline Irawati
suit... suiittt....
2021-04-12
0
Cicika
gue ikut deg deg an... inget masalalu 😄
2021-03-01
0