"Satu..." ucap Arvin dengan pelan dan lembut. Membuat Alina semakin gusar. Alina benar-benar takut dan bimbang.
"Dua..." Pria itu tetap melanjutkan hitungannya. Pandangan Arvin semakin lekat menatap Alina. Namun, Alina masih diam mematung tanpa berkata sepatah katapun. Membuat Arvin agak gelisah, bilamana nanti sampai hitungan ketiga Alina belum juga menjawabnya. Apa Arvin harus mencium Alina sungguhan? Padahal itu hanya ancaman saja, agar Arvin mendapatkan nomor Hp Alina.
"Ti..."
"Oke..aku akan kasih tahu nomor Hp aku," jawab Alina cepat. Alina sangat takut bila pria gila ini sampai melakukan hal aneh kepadanya. Terlebih lagi hanya ada mereka saja di dalam toilet.
Alina menatap Arvin sejenak. Memasang wajah kesal. Bisa-bisanya dia dibuat tak berkutik seperti ini. Hembusan napas antara keduanya beradu. Menambah suasana semakin hening. Mereka hanya diam mematung dan saling memandang. Entah sudah berapa lama posisi seperti ini mereka tidak menyadarinya.
"Handphone ku ada disaku celana sebelah kiri. Kamu ambil sendiri," suara Arvin didekat telinga Alina. Memecahkan lamunan Alina. Alina kaget, kenapa juga harus mengambil sendiri.
Alina masih memandang Arvin dengan penuh kekesalan. Ingin rasanya memukul wajahnya. Namun apa daya, ia hanya seorang wanita.
Tangan Alina bergerak ke arah saku celana Arvin. Ia mengambil Handphone itu dan langsung membukanya. Handphone nya memang tidak dikunci. Jadi ia bisa langsung mengetik nomer teleponnya di Hp tersebut.
Setelah selesai menyimpan, Alina memandang Arvin kembali. Memperlihatkan kepadanya bahwa nomornya telah disimpan. Terlihat Arvin tersenyum bahagia.
"kamu telepon balik" ucap Arvin lagi. Arvin hanya ingin memastikan kalau itu benar-benar nomornya Alina. Alina yang kesal sedari tadi langsung mendial dan memanggil nomor tersebut. Tak lama kemudian, Hp Alina berdering. Ia memperlihatkan kepada Arvin. Arvin tersenyum puas. Akhirnya, ia berhasil mendapatkan nomor tersebut.
"Kembalikan ke saku ku lagi" ucap Arvin.
Dengan penuh kekesalan, Alina langsung mengembalikan Hp tersebut ke tempat semula. Namun, saat Alina ingin memasukkan Hp nya kembali, secara sengaja Arvin memundurkan kaki kirinya. Sehingga membuat Alina sedikit maju kedepan. Dan...
Cup
Alina tanpa sengaja mengecup bibir Arvin. Mereka sontak kaget. Membelalakkan mata mereka lebar-lebar. Sadar akan posisinya, Alina langsung mendorong Arvin. Ia menutup wajahnya karena malu. Keadaan sedikit canggung. Sedangkan Arvin hanya mengusap bibirnya dan tersenyum.
"Manis." Arvin tersenyum ke arah Alina yang masih menutup wajahnya.
"Dasar, pria gila. Brengsek.!!" umpat Alina.
"Hehe..terima kasih nona" Arvin pun keluar, saat diambang pintu ia melambaikan tangannya ke Alina.
"Jangan ganti nomor Hp kamu. Kalau sampai itu terjadi, aku akan menculikmu," Arvin berucap sambil mengedipkan mata sebelah kiri. Lalu ia pergi meninggalkan Alina. Arvin berjalan menuju ke tempat teman Alina tadi. Ia tak hentinya tersenyum. Merasa bahagia dan mungkin sedikit gila hahaha.
"Maaf, saya ada kepentingan mendadak tidak bisa menemani kalian. Tetapi tenang saja, semua sudah saya bayar kok," pamit Arvin kepada Sinta dan Dewi.
"Yaahh...gak ketemu lagi dong," ucap Sinta sedikit bersedih hati. Memanyunkan bibirnya. Arvin hanya tersenyum kepada mereka.
"Kak, kalau memang sibuk gak apa-apa kok hehe, terima kasih sudah ditraktir," ucap Dewi sambil memegang pundak Sinta seolah menenangkannya.
"Terima kasih ya, maaf gak bisa menemani."
Arvin berjalan meninggalkan mereka. Sebenarnya ia tidak ada kepentingan sama sekali. Arvin hanya canggung ketika nanti bertatap muka dengan Alina yang mungkin akan marah kepadanya. Sebab itu ia memilih pergi.
Sedangkan Alina masih terdiam mematung. Masih kaget dengan apa yang terjadi tadi. Ia memegang bibirnya lalu menutup wajahnya yang memerah.
Alina berjalan menuju wastafel. Mencuci muka dan berdiam sejenak. Alina menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan pelan. Lalu berjalan meninggalkan toilet.
Sesampainya di meja teman-temannya, Alina menoleh ke kanan kiri mencari-cari Arvin yang dari tadi tidak kelihatan. Temannya tersebut memperhatikan Alina yang tampak aneh.
"Lin, cari apa sih?" tanya Dewi sambil mengikuti Alina menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Di mana pria gila itu? Kok gak ada?" tanya Alina balik. Ia masih kesal dengan kejadian tadi.
"Oh, kak Arvin ya? Tadi sih bilangnya ada keperluan mendadak gitu. Jadi pulang duluan, memangnya kenapa sih?" jelas Sinta sambil memandang Alina dengan tatapan penasaran.
"Dasar brengsek!! Awas aja ya. Bukannya minta maaf malah kabur. Dasar!!" maki Alina dalam hati. Ia benar-benar marah. Jelas saja Alina marah, mana ada orang yang meminta nomor Hp dengan pemaksaan seperti itu. Berlebihan sekali. Dasar.
Melihat tingkah Alina, Sinta dan Dewi hanya saling memandang dan mengangkat bahunya.
"Aku pulang duluan. Bye!" Tanpa menunggu jawaban temannya, Alina langsung bergegas pergi.
Kedua temannya semakin bingung dengan tingkah Alina. Mereka mencoba memanggil Alina tetapi tidak dihiraukannya. Mereka ingin menyusul dan bertanya apa yang sudah terjadi. Tetapi sayang, makanan itu belum mereka habiskan. Apalagi jarang-jarang dapat traktiran. Mereka duduk kembali dan menikmati makanan tersebut. Dan mereka sepakat akan bertanya setelah pulang dari mall.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
t@r¡t@
yea ampun Alvin malak minta no hp😆😆😆
2022-08-07
0
Liesdiana Malindu
kok bisa??
padahal hanya maju sedikit,, kemudian bibir mereka gak sengaja ketemu, berarti tinggi Arvin dan Alina sama donk
Krn kalau arvin lbih tinggi berarti Alina harus jinjit dulu atau Arvin nya yg nunduk baru bisa pas utk bersentuhan bibir,, berarti ciumannya d sengaja Thor, itu hasil analisa ku lho.
2021-09-10
0
Reihan Reihan Azha
baguuss cerita nya thorr lanjuuut
2021-07-31
0