Chrys. Fae Light yang waktu itu pernah muncul di hadapanku secara tiba-tiba, sama seperti saat ini. "Kenapa kamu bisa disini?"
Meskipun ruangan masih gelap, aku tetap bisa merasakan matanya yang menjelajahiku. "Gak tahu. Memangnya apa yang sedang kau lakukan disini?"
Aku menatapnya tercengang. Kenapa dia malah balik bertanya? "Ini...gubuk ini kan milikku!"
"Oh ya?" Chrys berjalan menjauhiku, lalu sibuk melihat-lihat benda-benda milikku. Ia mengangkat salah satu boneka beruang coklat yang sudah robek, memperlihatkan busa di dalamnya. "Sejujurnya, aku tidak sedang mencarimu. Tapi sepertinya takdir berkata lain."
Aku sudah bangkit berdiri dan berjalan mendekati pintu keluar. "Ka-kalau begitu, apa yang akan kau lakukan?" Bisikku gugup.
Chrys meletakkan kembali boneka itu dan menoleh kepadaku. Fae itu tersenyum, membuat wajahnya semakin tampan. "Entahlah. Karena aku juga tidak ada kerjaan, mungkin aku akan menetap disini."
Ia tiba-tiba menghilang. Aku seketika panik, dan menoleh kesana kemari untuk mencarinya lagi. Sinar kuning merebak, hampir membutakan pandanganku. Aku spontan mengangkat tanganku dan menutupi mataku.
"Bagaimana? Kau tak keberatan kan?" Ia berbisik tepat di telingaku. Aku menjerit, alhasil tinju mendarat di wajahnya. Chrys mundur ke belakang.
"Jangan dekati aku!" Teriakku. "Kau Fae jahat! Kau sudah menuduhku macam-macam, mengganggu kehidupanku. Lalu kau juga melukai Jon, membuatku harus tinggal di wilayah Fae!"
Dahinya berkerut-kerut. Ia tampak kebingungan sekaligus tidak menunjukkan rasa bersalah. "Aku melakukan itu?"
Aku mengepalkan tanganku. Berani-beraninya Fae ini tidak mengaku perbuatannya. Seketika aku berharap aku akan segera terbangun dari mimpiku. Mungkin ini hanya masa depan atau semata-mata halusinasi. Mungkin sosok yang berada di hadapanku bukanlah Chrys. Aku juga heran kenapa aku bisa memimpikan Fae jahat itu.
Benar juga. Aku mematung. Aku mempunyai misi. Aku harus segera mencari sarang Krilie dan bangun dari mimpiku.
Chrys memandangku dengan tatapan penasaran. "Jadi, aku mau tahu apakah-"
Aku tak sempat mendengar pertanyaannya. Tubuhku lagi-lagi merasa terkoyak. Pandanganku menjadi buram dan kepalaku serasa mau pecah. Aku menjerit, namun tiada suara yang keluar dari tenggorokanku.
***
Kei tidak yakin sudah menunggu berapa menit di luar tenda Clara. Perasaan khawatir mulai merasukinya. Sebenarnya ia takut dan agak kasihan dengan gadis manusia itu. Kemampuan melihat masa depan lewat mimpi memang sangat tidak biasa, dan Kei takut akan ada resiko.
Salah satunya jika gadis itu tidak bisa bangun dari mimpinya.
Kei mengusir pikiran negatif itu jauh-jauh. Ia memang punya kebiasaan memikirkan hal terburuk yang mungkin terjadi. Inilah alasannya mengapa ia seringkali salah paham terhadap perasaan seseorang.
Termasuk temannya yang sedang berdiri di sampingnya.
"Lama amat," gumam lelaki itu. Rio menguap. Gerakannya itu membuatnya terlihat semakin muda, meski Fae itu berpuluh-puluh tahun tuanya. Jangka umur Fae tidak pernah dipermasalahkan. Kei pernah bertemu dengan sepasang Fae dengan jarak umur 200 tahun.
Lagi-lagi. Kei menggeleng-geleng. Memangnya aku akan berpasangan dengannya? Sudah jelek, jahil pula.
"Aaa!!" Suara teriakan dari dalam tenda sontak membuyarkan lamunannya. Ia langsung menepis kain tenda dan melihat ke dalam. Gadis manusia itu sudah bangun dengan mata terbelalak. Tubuhnya bermandikan keringat dan tangannya meremas selimut.
"Ada apa?" Tanya Rio khawatir. "Ceritakan langsung mimpimu kepada kami."
"Aku..." gumam Clara. Ia tiba-tiba memegang dahinya, menguburkan kepalanya di lengannya.
"Tak apa-apa," Dain berusaha menenangkannya. Kei berjalan mendekati Clara, kemudian menepuk pelan pundaknya. "Kau sudah bersama kami."
"Aku melihat-" Pernapasan gadis itu masih tidak beraturan. "Tunggu sebentar." Ia lagi-lagi memijat dahinya. "Biar kuingat."
"Krilie?" Tanya Rio. "Kau harus bisa mengingatnya."
"Sshhh." Kei menaruh telunjuknya ke bibir. "Diam. Biarkan dia mengingatnya sendiri."
Akhirnya suasana menjadi hening, hanya terdengar suara napas berat Clara. Gadis itu sesekali menyentuh dahinya sendiri. Rio dan Dain kembali ke luar tenda, memberi tempat privasi.
Gadis itu terlihat memprihatinkan. Ia tak bisa membayangkan perasaannya saat ini. Kalau ia tidak lagi mengingat isi mimpinya, artinya semua ini sia-sia. Mungkin mereka harus berpisah dan Clara bisa balik lagi ke kehidupannya sebagai seorang manusia.
"Aku ingat," katanya tiba-tiba. Kei langsung berkedip, tersadar bahwa ia lagi-lagi melamun. "Ingat? Apa yang kau ingat?"
"Samar-samar," imbuh Clara, "aku tidak melihat adanya Krilie. Aku malah bertemu dengan Chrys."
"Apa yang ia lakukan dalam mimpimu?" Kei menggeleng-geleng. "Apa kau melihat sesuatu yang ganjil, seperti misalnya pemandangan yang mengerikan?"
"Kurasa tidak," katanya. "Sepertinya tidak terjadi apa-apa."
"Jadi, itu artinya di masa depan kamu akan bertemu dengannya?" Tanya Kei.
Clara terdiam. "Apa kau pikir ini sesuatu yang berbahaya?"
"Sesuatu yang ada hubungannya dengan Chrys pasti berbahaya," Kei berusaha menjelaskan. Ia lalu bangkit berdiri, menuntun Clara keluar tenda. "Untuk sementara, jangan gunakan kemampuanmu. Aku takut Chrys bisa melacak keberadaanmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, semangat 😊
2020-11-29
1
ARSY ALFAZZA
sambungan dukungan boomlike
2020-11-03
1
Dewi Ws
💓💓💓💓💓
2020-10-31
1