"Jadi dia mengusirmu begitu saja?!"
"Shhhh!!" Aku menempelkan telunjukku ke bibir. "Jangan berisik, Kei!"
"Pria macam apa?!" Fae itu berkacak pinggang. "Jadi kau sudah putus dengannya?"
"Putus? Maksudmu apa putus?" Tanya Clora yang ternyata mendengar pembicaraan kami. Aku sedang berada di ruang makan bersama Kei di pagi hari. Setelah kejadian kemarin, aku terus menangis hingga akhirnya tertidur dan tidak keluar sampai pagi ini. Kei yang ternyata terlalu peka mengetahui perasaanku dan menyadari ada yang janggal. Akhirnya aku menceritakan semuanya kepadanya karena tak tahan menanggung semua ini. Wajar saja, Jon tak pernah bersikap seperti itu kepadaku dan hatiku dibuat sakit karenanya.
"Putus menurut manusia, saat dua orang bertengkar dan akhirnya tidak lagi menjalin hubungan," Kei menjelaskan dengan pedenya. Aku menggeleng-geleng. "Darimana kau mempelajari istilah-istilah itu?"
"Dari buku, tentu saja," katanya lagi dengan bangga. "Sebagai Ventus muda, aku wajib memperluas wawasanku."
Sambil mengabaikanku, Clora membuat secangkir teh panas untuk dirinya. Pagi hari Fae juga membutuhkan sesuatu untuk menghangatkan tubuhnya. "Pantas saja kemampuanmu sebagai seorang Ventus sangat rendah. Ternyata kamu lebih tertarik mempelajari ilmu manusia," katanya dingin. Kei mendengus. "Terus?"
"Terus?!" Clora tersenyum mengejek. "Kau itu seorang Fae, Kei! Jangan malah terjerumus ke dunia manusia!" Ia sengaja menciptakan suara keras dari gelasnya. "Aku tak percaya kenapa kau sampai bisa tertarik dengan makhluk kotor seperti mereka."
Rasanya seperti pisau yang langsung menancap pada hatiku. Clora baru saja mengatai-ngataiku secara tidak langsung. Kei sudah bangkit dan aku terkejut saat gadis itu memarahi temannya. "Jangan berkata seperti itu! Manusia bukan makhluk kotor!" Ia sampai menaikkan tangannya karena amarah. "Kenapa kamu berkata seperti itu?!"
"Kenapa memangnya?" Clora lalu melirikku dengan tatapan merendahkan. "Manusia cuma makhluk lemah, perusak, dan gak ada gunanya sama sekali." Ia lalu meneguk sisa minumannya dan pergi begitu saja.
"Gadis itu sangat-" Kei sudah mengepalkan tangannya. Namun sedetik kemudian, bahunya sudah diturunkan. Ia menghela napas. "Sabar, Kei, sabar..." Katanya kepada diri sendiri. Ia lalu menoleh kepadaku. "Clara, bagaimana kalau kamu berkeliling denganku?" Katanya sambil tersenyum.
"Berkeliling?" Aku menaikkan sebelah alisku.
"Iya, berkeliling. Sekalian untuk mengurangi stres." Kei menyeka keringat yang tiba-tiba muncul dari dahinya. "Tapi kau harus menyembunyikan penampilanmu, karena kau bukan seorang Fae." Ia sudah menarik tanganku, memaksaku untuk berdiri. "Ayo, cepatlah! Ini akan seru!" Katanya kegirangan.
***
Aku membeku saat melihat pantulanku di cermin kaca. Kei baru saja merombak penampilanku sehingga terlihat seperti seorang Fae, meskipun dalam hati aku bersyukur karena ia tidak menambahkan sayap palsu di belakang punggungku. Aku sudah memikirkan yang aneh-aneh, mungkin seperti bando kelinci atau kumis palsu yang harus kukenakan untuk menyembunyikan wujud asliku sebagai seorang manusia.
Aku berpikir terlalu jauh. Ternyata Kei hanya menyelipkan kuping palsu yang lancip dan mengeritingkan rambutku. Aku terlihat sangat berbeda, apalagi dengan sepatu hak yang harus kupakai agar tinggi badanku dapat menyamakan tinggi rata-rata seorang Fae.
"Wow, Clara, kamu terlihat sangat cantik!" Katanya sambil melempar jubah luaran untukku. "Sekarang, pakailah jubah ini. Tutupi juga wajahmu."
"Kenapa?" Tanyaku kebingungan. "Aku sudah berdandan susah-susah. Kenapa masih menutupinya segala?"
"Karena..." Kei tampak agak ragu-ragu. "Kau masih ingat waktu itu, kan? Yang mengetahui wajahmu cuma kami dan Chrys. Aku takut Fae itu bisa mengenalimu diantara keramaian." Kei lalu membantuku memasangkan jubah. Benar juga. Fae Light itu pernah melihat wajahku. Dia pasti bisa langsung mengenaliku, apalagi dengan sihir yang dimilikinya sebagai seorang Fae Light.
"Tapi, Fae yang kemarin..." Aku teringat dengan Fae yang sempat menyembuhkan Jon.
"Ah, nama Fae Healer itu Sana," kata Kei. "Kami memercayainya. Tenang saja. Dia tidak akan membocorkan rahasia kami."
Rahasia kami. Rasanya aku ini hanya benda berharga milik mereka saja. Namun kuusir jauh-jauh segala pemikiran negatif. Mereka mencoba untuk membantumu, Clara, aku berkata kepada diri sendiri. Jangan salah sangka dulu.
Tapi, apakah aku bisa memercayai mereka dan memberitahu mereka kejadian yang menimpa Nenek? Aku ingin sekali mengetahui siapa Fae misterius yang sudah kulihat dua kali. Mungkin saja Fae itu yang bertanggung jawab terhadap kehancuran Desa Norlata.
"Ayo," katanya sambil menarikku ke luar kamar. Fae itu melangkah dengan cepat, alhasil jubahku tertiup oleh angin yang tiba-tiba saja muncul. Kami hendak pergi keluar pintu masuk saat aku mendengar sebuah suara dari belakangku.
"Clara?" Aku menghentikan langkahku, dan menelan ludah. Kenapa harus disaat ini?! Batinku gugup.
Aku mengangguk, masih tak ingin membalikkan badan. "Ya."
"Mau kemana kamu?!" Langkah kaki Jon sudah menggema. Ia segera menghampiriku dan memutar tubuhku dengan paksa. Ia terbelalak saat melihat penampilanku yang sekarang.
"Clara, apa-apaan-"
"Dengar, manusia!" Kei memotong pembicaraannya. "Kalau kamu mau memarahinya, jangan sekarang! Kita sibuk!" Belum sempat aku mencegahnya, Kei sudah menarikku keluar pondok, meninggalkan Jon yang masih ternganga melihat penampilan baruku.
Penampilan seperti seorang Fae.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
permisi...
asisten dadakan datang ya kak😘
seperti biasa, ninggalin jejak dan like..
Mampir lagi yuk😊
2020-12-15
0
DeputiG_Rahma
jejak like kembali🙈🙈🙈
2020-11-29
0
Dewi Ws
❤❤❤❤❤❤
2020-10-31
1