Untukmu

Jantungku berdegup kencang. Aku terus menarik tangan Stef dan berlari, dengan perasaan yang bercampur aduk. Sekarang kami sudah berhasil keluar dari gedung apartemen, dan sinar terik matahari menerangi jalan raya. Mungkin kegelapan yang kulihat di jendela merupakan salah satu sihir yang diciptakan oleh Chrys.

Fae. Mereka memang Fae. Aku tak bisa menerima keanehan ini. Aku pernah melihat seorang Fae sewaktu kecil, namun tak kusangka pengalaman itu akan kembali terjadi padaku.

"Berhenti sebentar, Clara!" Teriak Stef. Ia langsung melepas tangannya dari cengkeramanku. "Sebenarnya mereka itu siapa? Apakah kau mengenal mereka?"

"Mengenal?!" Aku dan Stef sudah berada di dekat area taman. Aku menoleh ke belakang dan tidak melihat siapa-siapa yang mengejar kami. "Dengarkan aku, Stef," kataku sambil mengatur napas. "Aku tahu kau tidak akan memercayakan ucapanku, tapi yang tadi itu-"

"Maling?! Penjahat?!" Stef mulai panik. "Dan kenapa mereka pakai kostum seperti Halloween?! Ini masih bulan Agustus!"

"Itu bukan kostum, Stef!" Aku berusaha menjelaskan kepadanya. Jelas-jelas mereka mengeluarkan semacam sihir atau kekuatan yang membahayakan. "Mereka itu bukan manusia! Tapi Fae! Makhluk yang biasanya ada di dongeng!"

Stef hanya menyipitkan matanya. "Kau salah makan apa, Clara?" Ia lalu merogoh-rogoh sakunya. "Siapapun mereka, aku harus panggil polisi." Tangannya sibuk mencari-cari keberadaan ponselnya, dan aku teringat bahwa ponselnya sudah rusak karena ulahku. "Dimana ponselku?!"

"Stef...sebenarnya..." Aku kehilangan kata-kata. Sebenarnya aku juga meninggalkan ponselku di apartemen. Dan kantor polisi terdekat berjarak mil-mil dari sini, jadi tidak ada alternatif lain. Stef mengeluarkan suara aneh yang terdengar seperti suara tawa sekaligus tangisan. "Jangan bilang ponselku tertinggal tadi."

Aku lalu teringat apa yang mereka inginkan. Bukan benda-benda berharga, karena aku memang tidak punya apa-apa. Mereka menginginkanku. Mereka ingin agar aku ikut dengan mereka.

"Stef, kita harus menolong Jon," kataku. "Mungkin kalau aku menyerahkan diri, mereka akan melepas Jon."

"Kamu gila?!" Stef menggeleng-geleng pasrah. "Jon sudah mengorbankan dirinya agar kamu bisa pergi dari sana. Dan sekarang kamu ingin kembali ke kamar itu?!"

Aku merasa geram mendengar balasan dari Stef. Rasanya seperti aku tak lagi mengenalnya. Stef yang baik, Stef yang selalu mendukungku, kini hanya mementingkan dirinya sendiri. "Kalau gitu kenapa kamu melakukan itu dengan Jon?! Kenapa kalian berdua membohongiku?!" Aku menarik kerah bajunya, meskipun tubuh Stef lebih tinggi dariku. "Kalau kau benar-benar menyukainya, setidaknya tunjukkan rasa pedulimu sedikit saja!"

"Clara...apa yang kamu-" Stef tidak dapat berkata apa-apa. Rahangnya mengeras dan ia melototiku. "Aku tidak pernah membohongimu! Aku memang menyukainya, namun ia sudah menjadi milikmu!" Stef mengusap wajahnya penuh kesal. "Asal kau tahu, kamu telah menuduhku sembarangan."

Aku teringat dengan apa yang ditunjukkan melalui sihir Chrys. "Tapi aku jelas-jelas melihatmu di dalam kamarku bersamanya-"

"Iya, memang! Tapi aku tidak menyentuhnya sedikitpun!" Wajah cantiknya kini mulai kelelahan. "Karena aku tahu Jon benar-benar tulus denganmu."

Hatiku rasanya sudah tersayat. Lalu, apakah penglihatanku yang tadi itu salah? Apakah itu salah satu trik murahan yang sengaja dibuat oleh Fae itu?

Teriakan Jon masih menggema di telingaku. "Jangan ikuti aku," bisikku sebelum aku membalikkan badan, berlari kembali ke apartemenku.

***

Saat aku kembali memasuki ruangan, barang-barangku sudah berserakan di lantai. Tidak ada tanda-tanda keberadaan para Fae, ataupun Jon. Rumahku kini sudah seperti kapal pecah. Piring serta gelas kaca yang pecah menghiasi lantai, sedangkan sofa di ruang tamu sudah dalam posisi terbalik. Aku tak dapat membayangkan nasib Jon saat ini.

Aku memelankan suara langkah kakiku, sesekali sambil menahan napas. Aku meraih tongkat sapu di ujung ruangan, kemudian menggenggamnya erat-erat. Aku harus berhati-hati, bisa saja makhluk aneh itu masih berkeliaran.

Suara kresekan terdengar samar-samar. Aku buru-buru menoleh ke sumber suara, namun aku tak dapat melihat apa-apa. Akhirnya aku berjingkat dan memasuki kamarku secara perlahan.

Sapu yang kugenggam langsung terjatuh. Tepat di dekat ranjangku, Jon sudah dalam keadaan mengenaskan. Tubuhnya diikat oleh tali, sementara matanya ditutupi kain putih. Darah tersebar di mana-mana, sedangkan wajahnya dipenuhi luka lebam dan goresan dalam. Darah mengucur dari perutnya yang sepertinya sudah ditikam.

Tiga Fae mengelilinginya. Aku tidak melihat keberadaan Chrys, namun aku tidak peduli. Aku langsung lari dan menggoyangkan tubuh Jon yang terkulai lemah di lantai. "Jon! Bangun!"

"Clara, kurasa dia baik-baik saja," kata gadis Fae itu. Ia menaruh tangannya diatas pundakku. "Aku tahu kamu pasti akan kembali untuk temanmu."

"Apa yang sudah kalian lakukan padanya?!" Teriakku sambil menangisi Jon. "Kenapa?" Aku menggeleng-geleng lemas, sambil mendekap erat tubuh Jon.

"Chrys." Zeyn menggelengkan kepalanya. "Fae itu sudah menyiksa temanmu."

"Clara, kumohon," kata gadis itu lagi. "Kamu harus membantu kami. Kamu tidak aman. Banyak Fae yang sedang mengincarmu. Kamu harus ikut dengan kami."

Air mataku sudah membasahi pipi Jon. Aku menyentuh lembut wajah pria itu. Pria yang sangat kucintai. "Aku gak mengerti."

"Aku janji temanmu akan disembuhkan." Gadis yang berambut putih itu menggerakkan tangannya dengan gemulai. Seketika ikatan tubuh Jon terlepas. "Namun untuk luka yang telah disebabkan oleh kaum Fae, temanmu itu harus dirawat oleh seorang Fae Healer."

"Fae Healer?" Aku tidak mengerti maksud ucapannya. Namun, aku tidak mau berlama-lama. Aku mau agar Jon bisa disembuhkan.

"Aku Kei," kata gadis itu lagi. "Dan ini Clora. Pria itu Zeyn." Ia lalu membuka lebar sayapnya dan mengepakkannya. Debu-debu halus berjatuhan dari sayap indahnya. "Kami akan menolong kalian." Ia lalu mengulurkan tangannya.

Aku menghapus air mataku, kemudian menatap uluran tangannya. "Kalian janji tidak akan menyakitiku? Dan kalian akan menyembuhkan Jon?"

Clora mengangguk. "Ya."

Aku berganti pandangan ke Zeyn. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, dan sudah menggendong tubuh Jon yang tak berdaya.

Sebagian dari diriku masih tidak memercayai mereka. Namun, keadaan Jon sekarang prioritas utamaku. Kalau hanya Fae yang bisa menyembuhkannya, maka mau tak mau aku harus menurut. Maka dengan sekali anggukan, aku menerima uluran tangan Kei.

"Pegangan." Kei tersenyum manis, dan tak lama kakiku sudah tidak menyentuh lantai.

Terpopuler

Comments

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

kakak😊

2020-11-22

1

Ruby_

Ruby_

boomlike dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐ mendarat biar author makin semangat

salam
Aku Wanita Kuat

2020-11-19

1

👑卂尺丂ㄚ

👑卂尺丂ㄚ

😇😇🐾🐾🐾🐾🐾

2020-10-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!