Ketemu Dia Lagi

Aku pikir mereka akan berburu Krilie seperti yang kulihat di film - secara diam-diam atau menggunakan jebakan jaring. Aku juga membayangkan mereka akan menggunakan seruling atau bahkan harpa untuk memikat monster itu.

Lagi-lagi dugaanku salah.

Mereka malah berkemah di tengah-tengah hutan.

"Jangan beri tatapan seperti itu," ujar Kei padaku. Dain dan Rio sedang menyebarkan kain matras di atas rumput segar berwarna putih. Taman ini bisa dibilang unik. Kepingan salju selalu turun, namun hawa tidak terasa dingin ataupun panas. Yang ada justru sejuk, seperti es krim.

Aku bergumam. "Siapa yang tidak kaget diajak berburu monster berbahaya."

"Rio akan menjagamu. Tenang saja," kata Kei. Kemudian ia menepuk tempat duduk disampingnya. "Kau mau berdiri di sana saja sampai kakimu patah?" Aku pun berjalan dan menempatkan pinggulku diatas selimut matras.

Aku meraih kepingan salju yang menghujaniku. Aku belum pernah merasakan lembutnya butiran salju sebelumnya. Di Ratterdam, orang-orang hanya pernah merasakan musim panas dan hujan, karena kota itu terletak dekat dengan garis Equator.

"Belum pernah lihat salju?" Aku tak menyadari Dain yang sudah duduk disampingku. Aku menggeleng-geleng. "Apakah di wilayah manusia tidak ada salju yang turun sebelumnya?"

"Bukan itu," balasku. "Ada saatnya dimana musim salju turun, bukan seperti ini - saat salju terus menerus turun, namun tidak ada hawa dingin yang menyerang."

"Itulah wilayah kami," katanya bangga. Dain memperhatikan adiknya yang sekarang sibuk membangun tenda bersama Kei. Dua Fae itu saling mengganggu satu sama lain. Rio melempari Kei bola salju di tangannya, sementara gadis itu berusaha menghindarinya sambil memarahinya.

"Jadi," Dain berdeham. Lelaki ini masih lebih sopan dan agak pemalu jika dibandingkan dengan adiknya. "Kau benar manusia?"

"Hah?" Aku kembali menatapnya. "Tentu saja."

"Keren," gumamnya. "Seumur hidup, aku baru pertama melihat seorang manusia."

Pipiku merona karena malu. Untungnya tudung jubahku masih menutupi wajahku. "Aku pikir Fae lebih keren."

"Semuanya pasti ada sisi yang keren," balasnya. "Kei sudah menjelaskan kepadaku. Katanya kau mampu melihat masa depan. Kalau begitu, kau pasti tahu persembunyian Krilie."

"Umm, sebenarnya aku masih meragukan kemampuanku itu."

"Jadi kau tak dapat melihat masa depan?"

"Bukan seperti itu juga." Aku mengangkat tanganku. "Sejak kecil, aku memang kadang suka hanyut dalam mimpi. Entah mimpi apa yang kulihat, begitu aku terbangun, lambat laun aku pasti akan melupakannya."

Kali ini Rio dan Kei sudah menghampiriku. Aku lupa bahwa dengan jarak yang cukup jauh pun mereka mampu mendengar pembicaraan kami. "Benarkah?" Sahut Kei.

"Ya," aku menyesal baru mengatakan hal ini kepadanya. Pasti aku terlihat tak berguna di mata mereka sekarang.

"Katamu lambat laun kau akan melupakannya?" Tanya Dain lagi. "Kalau begitu kau harus menceritakan isi mimpimu kepada kami begitu kau terbangun. Bisakah kau melakukannya?"

Aku tak begitu yakin, namun aku juga penasaran dengan kemampuanku. Aku harus mengingat apa yang sudah kulihat di dalam mimpiku, kenapa aku tak normal seperti manusia pada umumnya. Ketika manusia pada umumnya terbangun, mereka juga lambat laun akan melupakan isi mimpi mereka, namun kepingan memori kecil pasti selalu tersisa di benak mereka. Mereka pasti masih mengingat mimpi-mimpi mereka, walau samar-samar. Sedangkan aku benar-benar buta. Rasanya seperti isi memoriku dirampas dan dikeluarkan dari otakku begitu saja. Itu membuatku terasa...kosong.

"Oke," kataku. "Aku akan melakukannya."

***

Aku berbaring di dalam tenda yang sudah dipersiapkan oleh Rio dan Kei sebelumnya. Ketiga Fae itu senantiasa berjaga di luar tendaku, bersiap siaga jikalau aku memberi sinyal bahwa aku sudah terbangun dari mimpiku. Sinyalnya adalah aku akan menjerit sekeras mungkin.

Semoga aku tak lupa memberi sinyal, batinku sambil merileks tubuhku sendiri. Aku memejamkan mata dan mengatur napas. Aku pasti bisa.

***

Aku berada di sebuah tempat. Tempat yang terasa familiar. Sebuah bangunan persegi kecil dengan pintu bercat kuning, dan dinding kayu yang sudah reyot. Terdapat gantungan di depan pintu yang dipaku disana - papan bertuliskan 'Tempat Persembunyianku'.

"Ini gubuk mainanku," bisikku kepada diri sendiri. "Bangunan tempat persembunyianku."

Gubuk ini berada di dekat Desa Norlata, ditengah hutan yang banyak ditumbuhi semak belukar. Waktu itu aku memang suka berjelajah, hingga menemukan tempat ini saat bermain petak umpet dengan anak-anak desa lainnya. Gubuk tak terpakai ini sudah kutandai dengan tulisanku sendiri.

"Kenapa aku malah bermimpi ke tempat ini?" Aku membuka pintu kayu yang mengeluarkan suara deritan nyaring. Debu yang menumpuk membuatku terbatuk-batuk, dan tanpa adanya penerangan, aku harus menyipitkan mataku dan melihat ke dalam.

Isinya masih sama, setidaknya. Boneka-boneka kecil yang berserakan di sepanjang ruangan. Baju dan gaun mini, semua hadiah dari Nenek. Aku harus meraba dinding agar tidak tersandung oleh benda-benda di lantai. Cahaya matahari dari luar rumah sama sekali tidak membantu penglihatanku.

Sampai aku yakin sudah berada di tengah ruangan, aku berjongkok dan mulai meraba lantai. Tempat ini sudah kutinggalkan dan tak lagi kurawat berpuluh-puluh tahun lamanya. Sarang laba-laba yang lengket memerangkap helaian rambutku, dan aku buru-buru menepisnya.

"Uh," aku mendengus kesal. Aku benci sekali dengan laba-laba. Serangga kecil yang suka menggangguku. Menggelikan.

"Kasihan loh laba-labanya."

Aku mematung, menghentikan pergerakan tanganku.

"Ayolah, jangan memasang ekspresi terkejut seperti itu. Kau kan sudah pernah bertemu denganku." Suara langkah kaki terdengar dari seberang, dan akhirnya aku bisa melihat sepasang kaki. Didengar dari langkah kakinya saja, aku sudah mengenali siapa dia.

"Chrys," bisikku tak percaya.

Terpopuler

Comments

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Mampir lagi kak, semangat 😊

2020-11-28

0

Dewi Ws

Dewi Ws

💓💓💓

2020-10-31

1

✈전Arynn

✈전Arynn

lanjut kak semangat next up
salam hangat dari cygnus dan sincerely

2020-10-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!