Telepon Dari Nenek (2)

"Angkat aja, Clara," kata Stef kepadaku. "Kamu tidak merindukan Nenekmu?"

"Merindukan?" Apakah aku merindukan Nenek? Jawabannya iya, karena Nenek sudah merawatku sejak aku kecil. Nenek adalah teman bermainku sebelum aku merantau ke kota ini dan akhirnya bertemu dengan teman-temanku. Nenek satu-satunya pendamping memori masa kecilku.

Tapi, apa yang sampai membuatku ragu untuk mengangkat telepon? Pengalaman menakutkan yang kualami sewaktu kecil? Pengalaman ketika mimpi tidurku menjadi kenyataan-

"Ah." Aku menggeleng-geleng. Aku tidak mau mengingatnya kembali. Maka aku menggeser tombol berwarna hijau, dan meletakkan layar ponsel ke telingaku.

"Halo?" Terdengar suara familiar yang sudah lama tidak kudengar dari seberang sana.

"Halo, Nenek," sapaku.

"Clara?" Aku bisa merasakan senyum yang memancar dari Nenek. Ia mengucapkan sesuatu, namun suara angin yang keras dari seberang sana mengganggu pendengaranku.

"Nek? Nenek ngomong apa tadi? Aku gak kedengeran!" kataku lagi setengah berteriak. Suara angin masih mengganggu pembicaraan kami, namun selang beberapa detik, akhirnya suara Nenek kembali terdengar jelas.

"Clara! Gimana wawancaramu?" Tanya Nenek. Ah, sudah kuduga, pikirku. Aku menghela napas, bersiap-siap untuk mendapat balasan penuh kekecewaan dari Nenek.

"Aku gagal Nek..."

Nenek tidak membalas ucapanku. Ini membuatku semakin khawatir.

"Nek..." Aku menatap Stef yang sedang menggigit bibir bawahnya. Kenapa? Tanya Stef menggunakan bahasa bibir. Tidak tahu, aku mengangkat kedua bahuku.

"Clara, dengarkan Nenek baik-baik." Akhirnya Nenek kembali bersuara. Aku buru-buru memfokuskan pendengaranku. "Ya Nek?"

"Apapun yang akan kamu hadapi, jangan pernah tinggalkan teman-temanmu," lanjut Nenek lagi. "Tetaplah bersama mereka."

"Apa maksud Nenek?"

"Dan jangan pernah kembali! Jangan pernah sekalipun datang ke desa ini!" Tak lama, terdengar suara teriakan yang memekakkan telinga.

"Nek?! Nek, apa yang terjadi disana?!" Aku berteriak. Tanganku gemetaran, namun aku tetap memanggil Nenek agar panggilan tak terputus. "Nenek! Aku gak ngerti!"

"Dengar, Clara!" Suara angin yang menderu lagi-lagi terdengar, kali ini lebih keras. "Jangan pernah datang ke sini! Ja-"

Sambungan telepon terputus.

Aku menjerit ketakutan. Tubuhku gemetaran, tanganku tidak dapat lagi menahan ponsel. Aku langsung jatuh berlutut, sementara pandanganku jadi kabur karena air mata yang menggenang.

"Clara?! Apa yang terjadi?!" Stef terus menggoyangkan tubuhku, namun aku tak dapat lagi mendengar suaranya. Pikiranku terus tertuju pada Nenek. Suara-suara teriakan serta kekacauan yang baru saja kudengar terus terngiang dalam pikiranku. "Jangan pernah datang ke sini!" Nenek jelas-jelas mengusirku. Nenek tidak akan pernah lagi menyambutku.

"Clara!" Stef terus menggoyangkan bahuku. Namun, aku malah menutup wajahku. Air mataku semakin menjadi-jadi. Sambil terisak, aku berbisik, "Nenek..."

***

"Apa yang harus kita katakan kepadanya?"

"Aku tidak tahu." Terdengar suara percakapan dua orang di sebelah ruangan. Zeyn memelankan suara langkah kakinya, meskipun ia tahu ia tak harus menggunakan kedua kakinya untuk berpindah tempat. Lagipula, orang-orang yang sedang berbicara itu adalah teman-temannya sendiri.

"Kita sudah menghancurkan mereka semua," lanjut suara seorang gadis. Suaranya pelan dan lembut.

"Aku pikir mereka-"

"Aku tahu." Gadis itu mendesah. "Kita sudah benar-benar salah paham."

"Jadi, apa yang harus kita katakan kepadanya?" Tanya seorang lagi yang Zeyn duga adalah Clora.

"Kepada siapa?"

"Siapa lagi? Tentu saja Zeyn!" Terdengar suara angin yang Clora ciptakan. "Aku pikir misi ini akan terasa seru! Kita golongan Ventus jarang mendapatkan misi mulia seperti ini!"

Zeyn sudah berada di ambang pintu. Dugaannya benar. Temannya Clora sedang berbicara dengan seorang gadis yang tidak dikenalnya. Gadis asing itu berambut putih keperakan. Rambutnya tertiup angin yang diciptakan oleh Clora.

Wajar saja Zeyn tidak mengenali gadis itu. Ada banyak sekali yang seperti dirinya dan Clora - Golongan Ventus. Zeyn menggerakkan ujung jarinya, dan angin langsung berdatangan dari segala arah, membawa pergi dan menyembunyikan aroma tubuhnya sehingga keberadaannya tak diketahui. Mereka terus berbicara mengenai dirinya.

"Kei, Zeyn itu Ketua Ventus," jelas Clora kepada gadis itu yang ternyata bernama Kei. "Kalau dia sampai tahu kegagalan kita-"

Zeyn tak dapat menahannya lagi. Maka ia sengaja menggerakkan jarinya lagi, sehingga aroma tubuhnya terbawa oleh angin dan memasuki lubang penciuman kedua temannya itu. Clora sudah mengendus-ngendus, tak lama kemudian matanya terbelalak. Rahang mulutnya melebar dan gadis itu langsung menoleh ke belakang. "Ze-Zeyn!"

"Halo, Clora," sapa Zeyn sambil tersenyum. Ia menarik kembali angin yang baru saja diciptakannya, kemudian mengarungi jarak diantara mereka. Jubahnya berkibar-kibar seiring dengan langkahnya. Ia sengaja menaruh kedua tangannya di belakang punggung, kemudian mengedarkan pandangan ke sekitar. Pondok kecil milik Clora ini bisa dibilang simpel, namun cukup nyaman untuk ditinggali.

"A-aku, aku Kei," kata gadis itu sambil membungkuk ke arahnya. Zeyn mengerutkan dahinya. Ia tidak suka dihormati, meskipun ia tahu ia adalah pria yang cukup berkuasa sebagai seorang Ketua Golongan. Meskipun begitu, Zeyn tetap membalas. "Halo juga, Kei."

Suasana menjadi hening. Tak biasanya Clora takut untuk bertemu pandangannya. Temannya ini benar-benar merasa bersalah. Maka Zeyn mengetuk ujung jarinya pada meja, sampai akhirnya Clora mengangkat bicara.

"Zeyn, ada yang harus kusampaikan."

"Oh?" Zeyn pura-pura tertarik untuk mendengarnya. Sebenarnya ia sudah tahu apa yang sudah diperbuat oleh kedua gadis Ventus ini. Kesalahan yang mungkin saja tidak dimaafkan olehnya kalau bukan karena sifatnya yang pemaaf dan sabar. "Silahkan berbicara, Clora."

Clora menelan ludahnya, kemudian mulai berbicara. Ia masih tidak bertemu pandangannya. "Aku dan Kei sudah berbuat kesalahan yang sangat besar. Sebelumnya, kami ingin memohon maaf sebesar-besarnya kepada Mister."

Zeyn hampir dibuat tertawa. "Mister? Clora, tidak usah berbicara formal seperti itu." Zeyn menopang dagunya di atas tangan. "Kenapa tidak kamu katakan saja kepadaku bahwa kamu dan anggota lainnya sudah menghancurkan seisi desa?"

Akhirnya Clora menatapnya. Wajah gadis itu sudah memerah karena malu. Kei juga bersikap demikian. Tubuh gadis polos itu sudah gemetar ketakutan. Clora menjawab dengan gugup, "Ma-maafkan aku, Zeyn!" Ia berdiri dan membungkuk sedalam-dalamnya. "Kami tak bermaksud untuk melakukan itu! A-aku tahu perbuatanku yang paling tidak bisa dimaafkan!"

Zeyn hanya terdiam. Temannya ini sudah menghancurkan sebuah desa dengan kekuatan anginnya sebagai seorang Ventus. Banyak korban yang berjatuhan karena kesalahannya yang sepele ini. Meskipun demikian, ia tahu ini juga kesalahan dirinya sebagai pemimpin mereka. Ia yang sudah memberikan misi ini kepada seluruh anggotanya.

"Aku tidak menyalahkanmu, Clora," kata Zeyn lembut. Pipi gadis itu mulai merona, hal biasa yang selalu ditunjukkan kepadanya setiap kali Zeyn membuatnya salah tingkah. "Kau tahu kita harus memperbaiki kesalahan kita, kan?"

Clora mengangguk. Kei tidak berkata apa-apa, namun Zeyn tahu ia pasti juga setuju. "Kita membutuhkan dia. Sudah saatnya kita menjemput dia."

Clora membalas, "Maksudmu, gadis kecil itu?" Ia menggeleng-geleng. "Buat apa kita membutuhkan seorang gadis lemah? Terakhir kulihat pun, kondisinya sudah semakin memprihatinkan. Aku tak pernah melihatnya lagi sejak saat itu."

"Kita tidak mempunyai banyak pilihan," kata Zeyn dengan tegas. "Berkat kekacauan yang kau buat, aku bisa memperoleh informasi dari kenalannya."

"Kenalannya?" Kali ini, Kei yang memotong pembicaraannya. "Aku tak mengerti siapa maksud kalian."

"Wanita tua itu," jawab Zeyn dengan santainya. "Aku tahu dimana gadis itu berada sekarang."

Terpopuler

Comments

Wulandari

Wulandari

5 like

2020-12-11

0

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

semangat.. semangat. 💪😘

asisten dadakan hadir lagi..

mampir lagi yuk😊

2020-11-14

1

Anonim

Anonim

baru mampir kk

2020-11-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!