Aku terbangun dan hal pertama yang kudengar adalah bunyi detak jarum jam di dinding. Aku mengerjapkan mata dan tersadar bahwa sinar matahari sudah tidak bersinar di luar jendela. Hari sudah malam.
Aku menggerakkan sedikit tubuhku dan merasakan sebuah tangan besar di atas perutku. Aku menoleh dan mendapati Jon yang sedang terlelap di sampingku. Aku tersenyum, kemudian membenarkan poni rambutnya yang menutupi matanya. Laki-laki tampan berambut hitam ini bahkan tidak terusik oleh sentuhanku. Maka aku bangun dari sofa dan diam-diam mengenakan kembali jaket parkaku.
Aku mendengus. Jaketku ini masih ada sedikit noda lumpur. Maka aku berjinjit dan menuju ke pintu yang mengarah ke toilet. Sesampainya di sana, aku membuka kran dan membiarkan air mengalir, membasahi seluruh tubuhku serta rambutku.
Apartemen Jon tergolong rapi. Toiletnya simpel, dan barang-barang pribadinya seperti sabun mandi serta handuk sudah diletakkan di lemari. Aku sudah terbiasa memasuki apartemen Jon. Sebenarnya kamar apartemenku hanya berseberangan dengannya. Namun, aku lebih suka menghabiskan waktu bersamanya.
Setelah membersihkan tubuh, aku mengenakan kembali bajuku yang lusuh, kemudian merogoh-rogoh sakuku untuk mencari ponselku. Tanganku terhenti saat menyadari benda berbentuk persegi panjang itu tidak ada di dalam kantong celanaku.
Dimana ponselku?! Aku langsung panik, dan mencari-cari ponselku di sofa tempat Jon berada. Namun, benda penting itu justru menghilang. Akhirnya aku keluar dari kamar Jon diam-diam dan menggunakan lift untuk turun ke bawah.
"Pasti terjatuh," kataku kepada diri sendiri. "Mungkin Stef tahu dimana."
Aku baru sadar ini pukul 1 subuh saat lift akhirnya terbuka dan aku melihat jam dinding di lorong. Lorong apartemen terkesan sunyi dan gelap, meskipun lampu kecil meneranginya. Aku berjalan dengan cepat, dan akhirnya dijumpai oleh angin malam saat aku keluar dari gedung.
Stef tinggal di dalam kompleks dekat dengan apartemenku. Kami bertiga sengaja memilih tempat tinggal yang berdekatan dengan gedung kantor Rosemary, kantor tempat bekerjanya Jon dan Stef yang beberapa jam lalu kumasuki. Kedua temanku itu sudah bekerja menjadi pegawai magang kantor, sedangkan aku seharusnya masih bersekolah.
Di kota Ratterdam ini, kehidupan orang-orangnya unik dan berbeda. Kami diberi kebebasan untuk bersekolah atau bekerja kapan saja, tidak dibatasi oleh umur ataupun data diri. Sebagian besar remaja seusiaku masih bersekolah, tujuan utamanya agar bisa mematangkan diri dan mapan dalam mendapatkan pekerjaan. Sedangkan aku...
"Miskin," bisikku kepada diriku sendiri. Kedua orangtuaku sudah tidak ada, hanya Nenek satu-satunya keluarga yang sedarah denganku. Aku dikaruniai dengan rambut ikal berwarna coklat, serta mata lentik berwarna hitam. Kulitku putih bersih, beda dengan Jon yang memiliki warna kulit sawo matang. Meskipun demikian, Jon adalah laki-laki tertampan yang pernah kulihat.
Aku mengetuk pintu rumah Stef. Aku tidak berharap pintunya akan dibuka karena ini masih tengah malam. Jantungku hampir copot saat pintu dibuka dengan keras. Gadis itu sedang menggunakan masker wajah. Rambut pirangnya disanggul ke atas, dan tangannya sedang memegang semangkuk stroberi.
"Clara?"
"Stef! Syukur banget kamu belom tidur!" Aku segera menerobos masuk ke rumahnya. "Omong-omong, kamu liat ponselku gak?"
"Ponselmu?" Stef menutup pintu rumahnya kemudian memasukkan satu buah stroberi ke mulutnya. "Seingetku, gak sih. Kapan terakhir kali kamu pegang ponselmu?"
"Itu loh, pas kamu nelpon aku gara-gara telat berangkat ke kantor!" Aku menggaruk kepalaku. "Gimana donk? Hape tuh mahal, Stef...Aku udah nabung hampir 2 tahun..."
"Tenang, tenang." Stef segera menaruh mangkuknya di atas meja. "Aku bakal bantuin kamu nyari." Ia segera meraih mantelnya yang tergantung di gantungan, kemudian menarikku ke luar rumah.
Selama hampir satu jam, kami sudah mengitari jalan raya dengan motor bawaan Stef. Aku menyipitkan mataku, berusaha untuk fokus. Namun, lama kelamaan, aku jadi menyerah.
"Stef, kayaknya kamu bener deh," kataku lemas saat kami sedang bersandar di bangku taman. Temanku langsung menoleh. "Maksudnya?"
"Aku memang lagi ketiban sial," lanjutku lagi. "Pertama telat bangun. Kedua wawancaranya gak diterima, ketiga ponselku ilang padahal harganya gak murah." Aku menguburkan kepalaku dalam pangkuanku. "Belom lagi nanti kalo Nenek nelpon. Aku harus jawab apa ke dia kalo dia nanyain tentang wawancaranya?"
Stef menepuk pundakku. "Persis kayak perkataanku sebelumnya, tenang aja. Kamu bisa tinggal nyari penerbit lain."
Aku menatapnya tak percaya. "Itu gak gampang-"
"Tapi ceritamu udah lumayan terkenal kan? Pasti gampang lah. Malah aku bingung kenapa masih belum ada penerbit yang nyamperin kamu." Stef berganti pandangan ke arah jalan raya yang masih kosong. "Ada aku sama Jon. Kita bakal terus ngedukung kok."
Tanpa kusadari, senyum mengembang di wajahku. "Apa?" Tanya Stef heran. "Uuu, terhura bangett!" Aku langsung memeluk temanku itu. "Hei!" Stef berusaha untuk menepis tanganku, namun ia tetap saja tertawa. "Gausah lebai gitu deh!"
"Haha, emangnya kenapa?" Aku bangkit berdiri dan hendak pergi dari taman ketika aku mendengar sesuatu. Suara dering telepon yang familiar.
"Stef, kamu denger itu gak?" Tanpa aba-aba, temanku langsung berdiri tegak dan mengikuti sumber suara itu. Aku mengikutinya dari belakang. Tak lama, suara dering kembali terdengar. Aku terkesiap saat melihat cahaya silau dari ponselku yang terkubur di dalam tanah diantara pepohonan.
"Ponselku!" Aku buru-buru meraihnya. Ponselku jadi kotor dengan tanah. "Clara, ada apa sama ponselmu? Kok bisa terkubur di taman?" Tanya Stef kebingungan. Namun, aku tidak langsung menjawab pertanyaannya saat melihat nama yang muncul di layar ponselku.
"Ada apa?" Stef mengintip dari balik bahuku. "Nenek..." Jawabku kecewa. "Aku harus ngomong apa Stef?" Jariku gemetar. "Aku gak mau balik lagi ke desa itu." Tiba-tiba bayang-bayang memori kembali terlintas di pikiranku. Memori masa kecilku yang kurang bahagia, serta kumpulan ingatanku mengenai hal yang sama sekali tidak ingin kuingat.
"Aku takut, Stef," jawabku sebelum Nenek lagi-lagi meneleponku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
🌸 S U C I A G N I A 🌸
Salam dari NONA DINGIN & DUA PRIA
2020-11-21
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
kasih like lagi buat kakak
salam dari Asisten dadakan😊
cemangattt💪💪💪
2020-11-08
1
Naoki Miki
haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss bacaa jan lupa tinggalkan jejaakk🤗
tkn prfil q ajaa yaa😍
vielen danke😘
2020-10-20
1