.
.
.
Joice menatap tajam Meera yang kini duduk di hadapannya.
" Adam marahin aku lho, Meer. " Keluh Joice saat itu, sembari melipat kedua tangannya di depan dadanya.
" Maaf ... "
Seperti biasa, hanya itu yang bisa Meera ucapkan. Sembari menunduk, meremas jari-jarinya, seolah sudah menjadi kebiasaannya apabila membuat kesalahan.
Mereka baru bertemu setelah kejadian dibawa lari oleh Vano dari kencan buta beberapa malam lalu. Dan jadilah hari ini, setelah sempat beberapa hari Joice izin tidak menghadiri kelasnya mereka bertemu dengan situasi menegangkan.
" Memangnya kamu kemana sih, saat itu ? "
Kali ini Joice tidak main-main. Kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun. Mengingat semalam Adam memarahinya dengan cukup sengit.
" Apa susahnya sih minta izin untuk pergi. "
Sebenarnya bukan hal itu yang paling dia sesalkan. Joice kesal pada Meera, karena Adam menyita kembali ponsel yang telah diberikan kepada Joice sebagai upah karena telah membantunya mencari pasangan.
Ameera menoleh menyapu ke seluruh ruangan kelas. Termasuk ke arah belakangnya, Mencari Vano si sumber masalahnya pagi ini.
Seraya mengernyitkan dahi, ada rasa cemas di dalam hati. Kala menyadari Vano tidak terlihat masuk beberapa hari ini. Dan ada rasa menenangkan di rongga dada, bercampur dengan rasa bahagia yang membuncah nan menggelora, kala mengingat besok adalah hari yang mereka tunggu-tunggu. Untuk Meera menjawab pernyataan cinta Vano beberapa hari lalu.
Menatap ke arah Michael yang malah menatap tajam pada dirinya, lagi-lagi Meera mengernyitkan dahinya. Dan merasakan kecewa tatkala mendapati Michael hanya mengangkat kedua bahunya setelah Meera memberi tanda isyarat seolah bertanya Vano kemana ?
Dan Meera hanya bisa pasrah, karena lagi-lagi jawaban tidak tahu yang didapatkannya, dengan tanda isyarat itu.
" Meera ... ! "
Seru Joice saat itu, tatkala menyadari teman yang sedari tadi dia omeli ternyata tak mendengarkannya sama sekali. Sembari menghentak-hentakkan kakinya.
" A- Apa ?! "
Meera tersontak kaget. Sedikit tersipu malu. Terlalu sibuk memikirkan Vano hingga dia terlupa pada Joice yang tengah marah-marah padanya.
" Ponselku ... "
Joice merajuk manja, menunjukkan ponsel jadulnya pada Meera. Ponsel barunya telah melayang kembali ke saku pemilik semula.
" Ha ... Maaf ... "
Meera tertawa menutup mulutnya dengan telapak tangannya, lagi-lagi hanya itu yang bisa diucapkannya.
" Nanti, kalau aku gajihan di kafe aku ganti deh. "
Janjinya pada Joice, sedikit merasa bersalah juga padanya. Mengingat Joice begitu bahagia setelah mendapat ponsel baru beberapa hari lalu. Namun kini telah berganti, karena ulah nakal dirinya dan Vano, sang calon kekasih hati.
***
Siang itu, sepulang kuliah Meera kembali datang ke apartemen Lucas, sesuai pesan terakhir Lucas semalam saat kencan perpisahan.
Sedikit membantu Lucas membereskan pakaian di kopernya yang saat itu tengah terbuka, si empunya pemilik apartemen malah menghilang entah ke mana.
Meera bahkan belum berjumpa dengannya. Sedangkan waktu terus merangkak naik, hingga siang berlalu dan sore hampir tiba.
Membereskan dan membersihkan apartemen itu untuk terakhir kalinya, Meera menemukan sekotak perhiasan kecil yang teronggok begitu saja di atas meja.
" Apa ini ? " Meera tersenyum takjub.
Mendapati sebuah kalung dengan hiasan permata bertahta di sana. Meera tersenyum, kecut, membayangkan wanita mana yang akan mendapatkan kalung indah pemberian Lucas itu.
Meera tahu dengan pasti, menerima dengan lapang dada, pastilah bukan dirinya. Hubungan yang terjalin diantara mereka berdua, anggaplah sebagai ucapan terimakasih semata atas kebaikan Lucas selama ini kepada dirinya. Entah jika suatu saat Meera tahu bahwa kebaikan Lucas pada dirinyapun hanya sebagai penebusan dosa belaka.
Lalu, bagaimana sebenarnya perasaan Lucas pada Meera ?
Disaat Meera sudah jelas dan pasti memiliki perasaan terpendam pada Lucas, hanya karena merasa rendah diri, tak bisa baginya sedikitpun untuk berharap lebih, atas perasaannya selama ini. Meera pun akhirnya hanya meredam rasa itu di dalam hati.
Sedang Lucas ?
.
.
💫 Flash Back On ... 💫
Lucas sengaja menongkrong di kafe kopi di lantai dasar gedung apartemennya. Bermaksud menyambut Meera yang saat itu sedang berbelanja. Memperkirakan banyaknya barang belanjaan yang akan dibawa Meera nanti, Lucas sengaja menyambutnya sekaligus membantunya nanti.
Namun, apa daya. Pil pahit harus di telannya tatkala Melihat Meera yang tengah duduk di mobil bersama Vano, yang saat itu posisinya begitu dekat dengan Meera. Wajah mereka berdekatan, bibir mereka hampir berciuman.
Ada gemuruh kencang di dalam dada, desir panas yang begitu membara, dan rasa tak rela yang begitu menyiksa.
Dan sejak saat itu Lucas menyadari, bahwa dirinya memiliki perasaan berlebih terhadap Meera. Dari sekedar rasa bersalah dan dari sekedar ingin menikmati bibir manisnya saja, yang akhir-akhir ini memang Lucas akui sebagai candu baginya.
" Dagh, Vano. " Meera melambaikan tangan pada Vano dengan senyum manis di bibirnya.
" Sampai Jumpa,Meera. " Vano tak kalah menampakkan senyuman manisnya pada Meera.
Kemarahan sampai di ubun-ubun Lucas, hingga akhirnya Lucas menyusul Meera yang telah lebih awal masuk ke dalam apatemen dengan tangan yang terkepal keras.
Menghukum Meera dengan menggigit lehernya, Lucas merasa puas. Mungkin, jika nanti Meera melakukan kesalahan serupa, Lucas bisa menggigit di lain tempat, di dada misalnya.
Setelah puas menghukum Meera dengan menyuruhnya memasak makanan rumit, Lucas mengantar Meera pulang. Setelahnya, Lucas singgah di sebuah toko perhiasan ternama, membeli sebuah kalung indah yang kini berada di tangan Meera.
Bermaksud memberikannya pada Meera suatu saat nanti, namun tak urung terjadi. Karena tepat saat Lucas akan memberikannya pada suatu masa, Meera malah meminta pada Lucas untuk mengakhiri hubungan mereka, dengan alasan mereka tidak saling mengakui, memiliki dan mencintai.
Dengan begitu Lucas menyimpulkan bahwa Meera tidaklah mencintainya.
💫 Flash Back Off .. 💫
.
.
Lucas berdehem, menginterupsi Meera yang tengah merenung dengan kalung milik Lucas tepat di telapak tangannya kini.
Meera kaget, tiba-tiba mendapati Lucas ada di belakangnya.
" Lu-Lucas, maaf ! " Segera menyimpan kalung itu ke tempat semula.
" Kau menyukainya ? " Lucas menatap Meera dengan tatapan yang begitu dalam.
" Hmm. " Meera mengangguk.
" Itu- untuk calon istrimu ? " Meera mendadak ingat perjodohan Lucas. " Sangat indah ! " Meera tak ingin terlihat berharap dan menyedihkan. " Dia pasti akan cocok memakainya. " Lanjutnya lagi sambil berlalu pergi melanjutkan beres-beresnya.
Lucas menghela nafas pelan.
" Sebenarnya- itu untuk mantan pacarku. " Jawab Lucas, sontak membuat Meera terperangah. Menyadari dirinya adalah salah satu mantan Lucas. " Dulu !! " Lanjut Lucas saat itu, tak ingin Meera mengetahui perasaannya yang sebenarnya. Mengingat Meera adalah mantan Lucas yang terakhir kalinya.
Percuma juga jujur pada Meera untuk saat ini. Walaupun bisa saja Lucas memperjuangkannya, Lucas sudah terlanjur menerima perjodohan dari ibunya. Karena Lucas sudah bertekad untuk memperjuangkan ambisi dan cita-citanya.
" Emh ... " Meera hanya mengangguk pelan. Sedikit kecewa, berharap mantan yang Lucas maksud adalah dirinya.
" Tapi ... jika kau suka, kau boleh mengambilnya. Anggaplah itu sebagai- " Setelah menimangnya dengan matang Lucas memutuskan untuk memberikannya.
Tanda cinta ...
" Sebagai ... tanda persahabatan dariku, Ameera. " Bohong Lucas pada Meera.
Meera senang menerimanya.
" Kau yakin ? " Meera tak ingin suatu saat Lucas tiba-tiba memintanya kembali, sedang dia sudah terlanjur suka dengan kalung itu.
" Tentu saja. Mau ku pakaikan ? " Tawar Lucas mengulurkan tangan.
Lucas lalu memakaikan kalung itu di leher Indah Meera, tepat setelah Meera menganggukkan kepalanya.
.
.
💫 Bersambung ... 💫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Julia sari Lubis
dari puluhan cerita yg aku baca inilah cerita yg paling banyak flashback nya..
2022-03-01
1
Aldekha Depe
nambah like sampai sini ya kak,semangat
2020-10-21
0
Sept September
likeer
2020-09-28
0