.
.
.
Ditinggal pergi Lucas, membuat Meera frustasi. Dalam waktu bersamaan dia kehilangan dua orang lelaki yang berharga dalam hidupnya. Lucas sang kekasih, dan Vano sahabatnya.
Satu minggu lamanya Meera mengurung diri di apartemennya. Dengan alasan sakit, dia tidak masuk kuliah. Namun dia tetap memaksakan untuk pergi bekerja demi kelangsungan hidupnya.
Menjalani hari yang berat tanpa keberadaan Lucas di sampingnya, setelah beberapa bulan bekerja di apartemennya walaupun hanya sekedar bertukar pesan saja. Beberapa lama menjalin hubungan yang cukup dekat, Meera tak memungkiri kedekatan mereka terakhir kali meninggalkan kenangan yang cukup membekas di benaknya.
Meera ingat betul bagaimana Lucas begitu agresif dalam menciumnya. Posesif kala Meera dekat dengan pria lain, dan melayangkan hukuman yang tidak terduga. Kini semua harus berakhir, Lucas pergi dari hidupnya dan Meera tidak tahu kapan mereka akan bertemu kembali.
Vano yang mendengar kabar Meera sedikit mencemaskannya. Satu Minggu tidak bertemu, membuat hatinya merindu.
Berpura-pura menanyakan tugas yang berkaitan dengan Meera, Vano mengobrol dengan beberapa temannya. Bermaksud mencari tahu kondisi Meera saat ini. Selain merindu, ada rasa cemas di dalam hati.
Selang beberapa lama, terdengar Joice yang tengah asyik mengobrol dengan seseorang yang selama ini Vano rindu dan damba, melalui ponselnya.
" Meera ... " Teriak Joice saat itu dari balik ponselnya.
" Joice ? " Meera mengangkat panggilan telfon dari sahabatnya, Joice.
" Kau yakin tidak akan datang ? Aku benar-benar merasa tidak enak padanya. Sudah dua kali kamu membatalkan pertemuan. Bisakah kamu ... " Ucap Joice panjang lebar.
Namun tanpa terduga, Meera tiba-tiba langsung menyetujuinya, sebelum Joice mengakhiri kalimatnya.
" Baiklah, aku akan datang. " Jawab Meera saat itu juga, sukses membuat Joice heboh sendiri dan kegirangan.
" Benarkah ? Yess !! " Pekik Joice mengagetkan semua orang terutama Vano yang mengerti arah pembicaraan mereka saat ini.
Joice yang saat itu sedang berkumpul dengan teman-teman kuliahnya di dalam kelas, langsung tertawa gembira. Membuat Vano yang sedari awal mencuri dengar pembicaraan mereka mengernyitkan dahinya.
Dan sekarang semua attensi teman-temannya mengarah pada Joice.
" Jo, bagaimana kabar Meera apakah dia baik-baik saja ? " Tanya Michael yang sedari awal memperhatikan, dia cukup dekat dengan Vano. Sedikit banyak mengetahui perasaan terpendam Vano terhadap Meera.
" Syukurlah, sepertinya kondisinya sudah mulai membaik. " Jawab Joice sok tahu.
Dengan Meera menyetujui pertemuan itu, Joice menyimpulkan bahwa Meera sudah mulai baikan.
" Memangnya sakit apa dia ? " Tanya Jessica.
" Oooooh ... dia sedang pa-tah ha-ti. " Jawab Joice dengan gaya berbisik, tapi suaranya terdengar begitu lantang hingga terdengar oleh semua orang. Menekankan kata patah hati dalam ucapannya tadi.
" Benarkah ? " Ucap Michael, sembari menyikut Vano yang duduk di sampingnya. Walaupun Vano hanya terdiam, tapi dia pastikan, sedari tadi memperhatikan ucapan Joice mengenai Meera tanpa ada satu katapun yang terlewatkan.
" Apakah Meera putus dengan pacarnya yang tampan dan seperti play boy itu ? " Tanya Jessica kembali.
" Ya, hubungan mereka kandas. Dan mantan kekasihnya pindah ke luar negeri. " Jelas Joice dengan nada iba. Dia tahu bagaimana kesedihan Meera saat itu.
Vano yang mendengar kandasnya hubungan mereka, terlihat senang sekali, seperti ada seberkas cahaya dan secercah harapan baginya untuk bisa memiliki Meera.
" Tapi syukurlah, kesedihan Meera sepertinya tidak akan lama. Meera akan melakukan kencan buta dengan saudara lelakiku. " Jawab Joice selanjutnya dan hal itu sukses mengejutkan Vano walaupun sudah beberapa hari lalu dia sedikit mengetahuinya.
Joice mulai berceloteh membanggakan saudara lelakinya yang tampan dan cukup sukses yang akan dia kenalkan pada Meera malam nanti.
***
Walaupun sedikit terpaksa, Meera menghadiri pertemuan kencan buta itu. Merasa tidak enak pada Joice karena telah membatalkan janjinya sampai dua kali. Tak ingin membuat temannya kecewa, Meera datang ke tempat yang telah dikirimkan Joice padanya.
" Baiklah, aku akan datang ke tempat yang kamu kirimkan. " Ucap Meera pada Joice dibalik ponselnya.
Sesampainya di kafe ...
Mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kafe, akhirnya Meera melihat lelaki yang Joice perkenalkan. Melambaikan tangannya terlebih dahulu padanya, Meera senang karena lelaki yang Joice perkenalkan cukup tampan walau baru dilihat dari kejauhan.
Sembari tersenyum manis, Meera menghampiri lelaki itu. Setelah berkenalan dan berjabat tangan, Meera duduk di sana walau masih sedikit canggung. Sekedar duduk dan makan malam, Meera lebih banyak terdiam.
" Apa kau suka makanan manis ? " Adam terdengar berusaha memecah kecanggungan.
" Tidak terlalu. Kenapa memang ? " Meera dikagetkan dengan sebuah pertanyaan receh.
" Karena kau manis sekali. " Gombal lelaki itu yang Meera ketahui bernama Adam. Sembari tertawa renyah menikmati makanan pembuka yang tersaji di atas meja.
" Benarkah ? " Meera menangkup kedua pipinya. Tanpa dia sadari, pipi Meera merona saat itu juga. Dan tanpa disadari obrolan itu menjadi pembuka interaksi hangat mereka.
" Bagaimana, apakah makanannya enak ? " Setelah sesaat mereka mulai mencicipi makanannya.
" Aku suka minumannya. " Jawab Meera singkat, sesaat setelah menyesap minuman yang ada di hadapannya.
Terlihat asik berinteraksi, Meera samasekali tidak menyadari bahwasanya sedari tadi ada sepasang mata tajam yang sedari tadi mengawasi. Menatap Meera dengan begitu lekat.
Adalah Vano yang duduk di salah satu meja, bersama Michael yang menemani. Mereka bukan sengaja ada di sana, namun entah mengapa begitu kebetulan dan keberuntungan sekali.
Meremas gelas minumannya, Vano terlihat tidak suka ketika melihat Meera tengah tertawa bersama lelaki asing yang terlihat tengah duduk di hadapannya.
" Tenanglah ! " Ucap Michael berusaha menenangkan sahabatnya Vano dengan menepuk bahunya.
Merasa kesal, Vano berlalu pergi ke toilet untuk menenangkan diri.
" Aku pergi ke toilet dulu. " Bergegas melangkahkan kakinya setelah mendapat anggukan kepala dari Michael sahabatnya.
***
Tanpa Vano ketahui, Meera juga pergi ke toilet saat itu.
Tidak sengaja bertemu dan berpapasan tepat di lorong sepi jalan menuju toilet, Meera terkesiap.
" Va-No .. " Ucap Meera kaget. Tidak menyangka akan bertemu Vano di sana.
Sedangkan Vano dia memang kaget, tapi berusaha bersikap biasa saja. Karena sedari tadi dia sudah tahu keberadaan Meera di kafe ini.
" Apa kabar, Ra ? " Sapa Vano pada Meera.
Dia benar-benar merindukan gadis yang kini ada di hadapannya. Lama tidak bertegur sapa, dan seminggu tidak berjumpa membuat rasa rindu di dalam dada semakin bergejolak saja.
Meera yang ingat permintaan Vano untuk bersikap seolah tidak saling mengenal, bersikap dingin pada Vano. Hendak berlalu pergi begitu saja dari hadapan Vano, Meera merasa kaget, tatkala Vano tiba-tiba menariknya dan menyandarkan tubuhnya di tembok.
Mengungkung tubuh Meera dengan tubuh dan kedua tangannya, Vano bersikap tidak seperti biasanya.
" Vano ... apa yang kamu lakukan ? " Tanya Meera sedikit ketakutan. Apalagi saat Vano merekatkan tubuhnya pada tubuh Meera dan mendekatkan bibirnya.
.
.
.
💫 Bersambung ... 💫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ismi Kawai
15 like mendarat
2021-02-03
0
سافيرا ريسكا
like like
salam dari karyaku
2020-10-02
0
Sept September
likeee
2020-09-26
0