.
.
.
Hati Lucas hancur saat Ny. Alice mengancam akan menghancurkan masa depan Meera bila Lucas tidak menuruti keinginannya untuk bersedia dijodohkan dengan perempuan pilihan ibunya.
Dengan alasan tidak ingin Lucas terjebak dengan perempuan sejenis Meera yang menggantungkan hidupnya pada Lucas, yang bahkan rela menyerahkan tubuhnya demi harta.
Lucas tahu betul bagaimana Meera. Dia bukan gadis seperti itu. Namun, Lucas lebih mengenal ibunya sendiri. Betapa ucapan Ny. Alice bukanlah main-main belaka yang bisa dianggap sebelah mata.
Meminta kelonggaran waktu sebelum pergi ke Paris untuk menyelesaikan beberapa masalah terlebih dahulu, Lucas kini tengah duduk di dalam mobilnya di depan apartemen Meera. Berniat sekedar berpamitan dan membuat kesan manis untuk dikenang.
***
Malam itu ...
" Meera ! "
Lucas melambaikan tangannya, tatkala mendapati Meera tengah menengokkan kepalanya mencari keberadaan mobil Lucas, setelah sempat janjian beberapa jam lalu.
Memakai mobil yang berbeda dari biasanya, Meera sedikit kesulitan menemukan Lucas tadi, setelah mendapat kabar kedatangannya melalui ponselnya.
Dengan tatapan teduh dan senyuman merekah Meera berjalan menghampiri dimana mobil Lucas terparkir. Memasuki mobil itu setelah Lucas sedari dulu turun dan menggiringnya masuk, Meera merasa diperlakukan bak seorang putri.
Duduk di samping Lucas yang mengambil alih kemudi, Meera melayangkan senyuman manisnya. Senyuman yang slalu Lucas rindukan dengan bibir mungil yang ikut tersungging saat itu.
" Hai, Lucas ... "
Sapa Meera dengan begitu menggoda. Sebenarnya terlihat biasa saja, namun di mata Lucas dan untuk saat ini semua yang ada pada Meera terlihat begitu berbeda.
" Hai ... Ameera. "
Lucas mendekat sembari memasangkan seat belt pada tubuh Meera. Sengaja berlama-lama, sepertinya Lucas rindu berada di dekatnya.
" Apakah sulit ? "
Meera bermaksud membantu. Tanpa sengaja, jari tangan mereka bersentuhan. Serasa ada aliran listrik yang mengalir, degub jantung mereka mendadak tidak beraturan.
" Akhh !! "
Lucas pura-pura melenguh kesulitan. Wajah Mereka yang berdekatan dengan hembusan nafas lembut membuat pipi mereka menghangat dan berdesir hebat di aliran darahnya.
Meera menoleh, disuguhi leher mulus dan rahang tegas sang kekasih hati pujaan. Berinisiatif mengecup leher Lucas. Meera berucap " Bukankah ini adalah hari perpisahan ? "
Lucas tersenyum, berhasil mengunci seat belt itu. Membalas menggigit leher Meera, Lucas berucap " Dan ini, adalah hukuman ! "
" Argh, jangan di situ ! "
Erang Meera saat Lucas menggigit dan menyecap lehernya. Meera memukul pelan bahu Lucas.
" Nanti ada noda merah lagi, Lucas. "
Mendelik tajam sembari menyentuh bekas gigitan itu.
" Jangan di situ ? " Lucas tertawa mendengarnya.
" Ok, Ok ... ! " Tak henti Lucas tertawa penuh makna.
Meera yang baru menyadari ucapannya, tersadar.
" Maksudku, jangan seperti itu ... ! "
Ralat Meera tak ingin Lucas salah paham padanya.
***
Lucas menghentikan mobilnya di sebuah taman hiburan level Internasional.
Dengan bianglala raksasa menjadi tujuan destinasi ' kencan perpisahan ' malam ini.
" Kau yakin tidak masalah ? "
Lucas memastikan persetujuan Meera naik ke roda berputar raksasa itu, untuk ke sekian kalinya.
" Hmm. "
Walau ragu, Meera menganggukkan kepalanya.
Membeli cemilan dan dua botol air mineral, Lucas ingin memastikan perjalanan menuju puncak terasa nyaman dan menyenangkan. Sebagai kenang-kenangan tentunya.
Sesaat kemudian, mereka naik ke gondola tertutup bianglala itu, lalu duduk di tempat duduk yang tersedia di sana.
Degub jantung Meera mendadak berdetak lebih kencang. Seperti gendang yang bertalu-talu, tatkala si roda raksasa mulai berputar sesuai porosnya.
Meera dan Lucas yang telah duduk di posisi nyaman di gondola pilihan mereka, bersiap menikmati suasana malam kota dengan kerlap kerlip lampu berwarna indah dari puncak ketinggian.
Namun, tiba-tiba ...
" Lucas ! "
Meera dengan wajah paniknya menginterupsi Lucas yang mulai menikmati suasana malam dari ketinggian itu
" Ada apa, hmm ? "
Merangkulkan lengannya pada bahu Meera yang mulai bergetar, Lucas sedikit ikut panik melihat kondisi Meera saat itu.
" Bisakah kita kembali ke bawah ? " Tanya Meera entah bercanda atau bukan. Membuat Lucas terheran-heran.
" Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan ? " Tanya Lucas mencari tahu. Mungkin dia memiliki apa yang dibutuhkan Meera saat ini.
" Tidak ! Hanya saja, sepertinya aku melupakan sesuatu. " Sembari menggeleng, wajah Meera tampak pucat saat itu.
" Lupa ? Apa itu ? " Lucas mengernyitkan dahinya.
" Aku- , aku lupa Lucas ! " Jawab Meera ragu, dia takut Lucas marah padanya.
" Apa Meera ? Katakanlah ! "
Lucas sedikit jengkel dengan ucapan Meera yang sedikit berbelit-belit. Bercampur khawatir menjadi satu, apalagi setelah merasakan tangan Meera yang bergetar saat Lucas menyentuh dan menggenggamnya. Bahkan jika kini diperhatikan lebih dalam, keringat tampak bercucuran di pelipis wajahnya.
Sementara bianglala semakin berputar membawa mereka semakin dekat menuju ketinggian. Hal yang Lucas bayangkan di sana sedari awal adalah membawa Meera ke sana, sembari menatap indahnya suasana malam di pusat kota dengan kerlap kerlip lampu malam yang menghiasi.
" Aku lupa, Lucas ! "
Seru Meera lagi-lagi dengan suara bergetar. Matanya terpejam rapat kala itu.
" Aku- takut ketinggian ! "
Lanjut Meera sembari meremas lengan kemeja yang dipakai Lucas. Suaranya sedikit merintih saat itu, karena Meera menyadari saat ini mereka benar-benar hampir di puncak ketinggian.
Meera, seperti sedang di uji nyali. Nafas yang tersengal, jantung yang berdegup kencang, dan keringat dingin di pelipis serta di telapak tangan.
" Lucas ! Aku takut ... !! "
Rintihnya hampir menangis. Dia tidak berbohong, apalagi berpura-pura manja. Dia benar-benar terlupa saking jarangnya menikmati destinasi wisata seperti ini.
Meera setengah menunduk tatkala secara tidak sengaja matanya melihat daratan yang berada tepat di bawah mereka. Memeluk perut Lucas dengan begitu erat, Meera memilih untuk memejamkan matanya lebih rapat.
***
Mencoba menenangkan, Lucas membawa tubuh Meera dalam dekapannya. Ingin marah, namun tak tega. Lucas telah bertanya lebih dari satu kali tadi, jawaban meyakinkan Meera ternyata abal-abal belaka.
" Aku takut ... " Air mata bercucuran di pipi Meera.
Lucas berusaha menenangkan Meera dengan berbagai cara. Tak kunjung berhasil, tetap mendapati Meera yang tetap paranoid dalam waktu yang cukup lama.
Mendapat ide liar ...
Lucas merangkum pipi Meera dengan kedua telapak tangannya. Menyecap bibir manis Meera yang berperisa Cherry untuk kali ini.
Memagut dan ********** kencang, tak lupa Lucas menggigit bibir berwarna merah muda itu. Memainkan lidahnya di sana, Lucas menguasai Meera dalam kendalinya, hingga Meera terlupa dengan rasa takut yang menderanya.
Mengeratkan pelukannya pada pinggang Lucas, Meera terbuai dengan permainan bibir dan lidah lelaki itu. Lelaki yang satu ini Meera tahu pasti, slalu membuatnya mabuk dan terbuai suasana.
Sempat terlupa dirinya yang kini tengah melayang di udara antara rendah dan tinggi, Meera membalas permainan Lucas untuk kali ini. Tidak sepertinya biasanya, Meera yang slalu pasif dan pasrah mengikuti permainan sang dominan saja, kali ini demi menghilangkan ketakutannya Meera memberanikan diri untuk lebih agresif. Balas menyesap dan ******* bibir sang lelaki yang slalu khas dengan rasa nikotin yang menempel di sana. Meera sangat tahu pasti, Lucas adalah pecinta rokok sejati.
Ciuman yang begitu panas dan memabukkan, dengan bianglala raksasa menjadi saksi bisu di sana. Selain itu, ada juga saksi hidup dari sorot-sorot mata pengunjung sekitar yang kini tengah menatap ke arah mereka.
Sukses menjadi kencan perpisahan mereka yang begitu mengesankan dengan penuh gelora dan gairah yang mencekam. Menjadi kenangan manis dan indah di masa depan.
Kali ini, Meera dan Lucas telah rela melepas masa lalu mereka. Demi menyongsong masa depan yang lebih cerah gemilang.
.
.
.
💫 Bersambung ... 💫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sept September
semangat kakakkkk 🤗
2020-10-10
0
Ita Yulfiana
like
2020-09-24
1
Liska
Sedih kalau mereka harus pisah thor😢😢😢
2020-09-24
1