Penyesalan dan rasa bersalah tak berujung dapat menimbulkan benih-benih cinta yang begitu luar biasa, sensasinya bahkan lebih menakjubkan bila dibandingkan dengan cinta karena fisik semata, tahta ataupun alasan penting yang lainnya.
.
.
.
.
Lucas menikmati istirahatnya sembari berbaring di atas sofa di apartemennya. Menikmati suhu ruang kamar yang terasa begitu menyejukkan dikala panas melanda tubuhnya. Ketika sinar mentari mulai terik, bersinar ke penjuru kota.
Merebahkan badannya yang terasa lemas dan kepala yang pusing akibat begadang, setelah dia menghabiskan waktu hampir semalaman di Club malam favoritnya.
Bahkan bau alkohol masih semerbak tercium dari pakaian yang belum sempat dia ganti, dan sepatu yang juga belum sempat dia buka. Dia bahkan baru pulang tadi pagi.
Dia memang seorang member Club malam, menikmati dentuman musik di tengah hingar bingar pesta yang meriah. Menghangatkan suasana diantara sekumpulan teman pria dan wanita, walaupun sesungguhnya kebanyakan teman wanitanya yang berada di sana. Entah teman seperti apa, hanya dia dan Tuhan yang paling tahu.
Namun, tidak untuk beberapa malam ini. Jika biasanya dia mencari kesenangan dari sana , malam-malam ini berakhir dengan mabuknya dia demi menghapus segala kepenatan dan beban fikiran yang beberapa minggu ini sukses mengobrak abrik hati dan fikirannya.
Rasa bersalah yang teramat dalam yang terlanjur dia rasakan beberapa malam ini. Hanya penyesalan yang teramat sia-sia karena waktu tidak mungkin terulang kembali.
Fikirannya melayang mengingat kembali pertemuan dengan Meera terakhir kali yang terjadi beberapa malam lalu. Sukses besar, pertemuan itu berhasil membuatnya jungkir balik setengah mati. Bahkan, dia rela mati saat ini demi membayar rasa bersalah yang teramat dalam itu.
Bak palung hati dalamnya pun tak dapat di selami. Itulah hatinya saat ini, karena dirinyapun masih belum mengerti.
Kebingungan melanda, apa yang harus dilakukan olehnya. Kala mengingat kejadian yang begitu mengesankan, namun menimbulkan penyesalan terbesar dalam hidupnya. Dia sungguh tak menyangka dirinya ternyata sebejat ini.
" Bagaimana kalau kau juga menyimpan nomorku ? " Tersenyum nakal dan menggoda walaupun terlihat begitu terpaksa karena tidak biasa. Walaupun dengan mata sendu dan sembab, senyum gadis itu terlihat begitu menawan. Cukup menggoda hati Lucas yang selama ini kesepian.
Lucas hanya diam saja, tak menjawab apa-apa, apalagi Meera terlihat akan melanjutkan pembicaraannya. Jadi dia memilih untuk mendengarkan ucapan Meera terlebih dahulu.
" Hutangku .. semakin banyak dan menumpuk. " Ucapnya sedih dan terbata.
" Hmm .. " Terdengar Lucas merespon ucapan Meera, sedikit sesak mendengarnya. Menyadari dengan pasti yang terjadi pada Meera saat ini, dialah penyebabnya.
" Bosku bahkan akan menjualku demi melunasi hutangku. Sepertinya berganti profesi tidak bisa terelakkan lagi. " Ucap Meera terdengar begitu getir dan menyedihkan di telinga Lucas.
Hela nafas terdengar dari mulut Lucas ketika mendengar kabar pahit itu. Terdengar cukup kencang lalu menatap dalam mata Meera yang kini berdiri di hadapannya.
Mata Meera berkaca-kaca memendam luka yang teramat dalam. Meratapi nasib hidupnya yang semakin lama semakin menyedihkan.
" Bagaimana- kalau kau saja ... mhh .. maksudku- ... " Memalingkan wajahnya sementara , seolah sedang mengumpulkan kekuatan dari tempat lain.
Meera begitu ragu mengucapkannya. Menggigit bibir bawahnya ketika rasa malu dan ragu menggerogoti perasaannya. Sepertinya dengan melakukan itu dia mendapatkan suply tenaga juga.
Menelan ludahnya beberapa kali , kala tenggorokannya terasa begitu kering. Dengan terbata-bata dia melanjutkan ucapannya lagi.
" Bagaimana- ... jika kau saja yang- menjadi pelanggan pertamaku. " Ucapnya sangat lirih dan pelan hampir tidak terdengar, namun Lucas bisa mendengarnya dan sukses terkejut karenanya.
Lucas kaget mendengarnya. Tidak menyangka akan mendengar tawaran itu. Dari mulut Meera yang sedari awal terlihat begitu polos dan tertutup.
" A-aku masih perawan !! " Lanjutnya lagi dengan suara tercekat dengan bola mata yang lagi-lagi berkaca-kaca menahan suara tangis yang sudah berada tepat di kerongkongannya. Menunjukkan kegetiran dan kerasnya kehidupan yang telah menimpanya.
Dan tepat berakhirnya kalimat itu keluar dari bibir seksinya, meluncurlah air mata dari mata beningnya itu, membasahi pipi mulus putihnya yang terlihat merah merona. Air matanya sudah tak tertahankan lagi untuk dia bendung, karena saking sakit di hatinya dia rasa.
Jika ditanya siapa pria yang jantungnya berdebar kencang dan terdengar berantakan saat ini ? maka ... Lucaslah orangnya .
Mungkinkah panah asmara telah menancap tepat di jantung hatinya ?
Kita tunggu kelanjutannya ...
.
.
.
Beberapa hari kemudian ...
Di pagi hari yang cerah ...
Lucas membuka pintu apartemennya setelah sedari tadi bel berbunyi beberapa kali. Lucas yang baru keluar dari kamar mandi membukanya setelah mengetahui bahwa Meera yang sedang menunggunya di luar sana. Setelah mengintip dari lubang kecil pintu apartemennya.
Sedikit tercengang ketika mengetahui ternyata Meera yang memijit bel tadi.
" Kau datang ? "
Tanya Lucas seolah sedikit tidak mempercayainya. Memastikan lagi kedatangan Meera di sana.
Barangkali untuk menuntut sesuatu padanya ?
" Masuklah ! "
Ucap Lucas sedikit canggung ketika berhadapan dengan Meera yang dari tadi diam seribu bahasa dengan pipi merona, disaat akhirnya menyadari dirinya hanya memakai handuk saja saat itu.
Meera pun masuk dengan canggung, sembari menundukkan kepalanya. Ini kedua kalinya dia menginjakkan kakinya di apartemen ini, walaupun dengan misi yang berbeda.
Lucas mempersilahkan Meera untuk duduk. Sementara dia pergi ke kamarnya untuk berpakaian sekaligus menata detak jantungnya yang sedikit berantakan.
" Untuk berikutnya, aku akan memberikan kode pin apartemenku. Jadi kau bisa datang ke sini untuk mulai bekerja tanpa harus memijit bel terlebih dahulu. "
Lucas memulai pembicaraannya, setelah terlebih dahulu duduk di sofa tidak jauh dari Meera berada. Memilih dengan posisi berhadapan dengannya.
Menekankan kata bel dalam kalimatnya tadi. Mengasumsikan seolah bel yang berbunyi tadi cukup mengganggu dikala dia masih melakukan aktifitas pribadi yang tidak memungkinkan dia untuk membuka pintu.
Meera mengangguk kecil, mencoba tetap berinteraksi namun terlihat berusaha menghindar dari tatapan tajam pria yang kini duduk di hadapannya. Pria yang sudah membayarkan hutangnya kepada bos tempat dia bekerja terakhir kali, beberapa hari lalu. Karena mulai saat ini Meera bekerja pada Lucas, membantu Lucas membereskan apartemennya.
" Kau bisa datang ke sini lebih siang " ... agar saat itu aku sudah pergi.
" Dan kau bisa pulang lebih awal "... agar tidak bertemu saat pulang nanti. Lucas menjelaskan waktu kerjanya. Dan Meera hanya diam, sesekali mengangguk dengan tetap bertahan menundukkan kepala. Walaupun dia menatap ke depan, matanya tetap berusaha berpaling dari tatapan pria di hadapannya.
" Semua akan disesuaikan dengan jadwal kuliahku. Ponselmu harus stand by aktif, agar kita bisa tetap berkomunikasi. " Lucas melanjutkan lagi peraturan kerja yang ada di benaknya. Meera mengangguk mengerti.
" Dan jika aku tidak pergi keluar, maka kau bisa menikmati hari liburmu. " Lanjutnya lagi.
Sepertinya Lucas memilih untuk menghindari pertemuan dengan Meera.
" Upah kerjamu akan dibayar di muka kali ini, aku akan mentransfernya padamu. Kau bisa mengeceknya di rekeningmu nanti. Menurutku itu akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu dan melanjutkan kuliahmu. " Kalimat itu sukses membuat Meera terkejut. Menatap dalam mata Lucas kemudian, seolah bertanya ...
Sebesar itu ? Kenapa ?
" Dan kau bisa memakai ini untuk membeli semua kebutuhan di apartemen ini. Termasuk makanan dan yang lainnya. Kau bisa menggunakannya juga, jika kau kehabisan uang atau apapun itu ... " Ucapnya datar sembari memberikan sebuah kartu kredit unlimited pada Meera. Horang kaya mah bebas .. ibu-ibu ...
Meera menelan ludah beberapa kali memilih untuk terdiam seribu bahasa. Seolah bingung dengan situasi yang ada di depan mata. Perasaannya begitu berwarna seperti ada pelangi di sana. Merah karena marah, biru karena sendu, kuning karena bahagia dan ada bingung juga di sana, pokoknya nano-nano rasanya ... dan Meera tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Kenapa Lucas sebaik ini padanya.
.
.
.
💫 Bersambung ... 💫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
🐾🐈
2020-10-28
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
yuhuuu😉
cinta pak bos hadir lagi kak 😘
2020-10-26
3
Alifah Safwa R
suka ceritanya lanjut thor
2020-10-25
1