.
.
.
💫 Flash Back On ... 💫
Tepat setelah Meera menyetujui untuk menghadiri kencan buta yang ditawarkan Joice, Meera berjalan pergi menuju ke perpustakaan. Diikuti Vano dari belakang, Meera samasekali tidak menyadari.
Mendengar obrolan Meera dan Joice sesaat lalu, Vano berusaha mencari tahu apa maksud ucapan Joice saat itu.
" Kalau berpacaran dengan dia, aku jamin ... kamu pasti bisa dengan mudah move on dari mantan pacar tampan mu itu. "
Meera mencari buku yang dia butuhkan di sana. Dengan berjalan pelan menyusuri lorong diantara lemari-lemari buku yang menjulang tinggi.
Mendapati buku yang dia cari, Meera berjinjit karena buku itu berada di tempat yang cukup tinggi.
Seseorang membantunya dari belakang dan akhirnya Meera sadari itu adalah Vano. Lelaki yang akhir-akhir ini dia rindukan karena terus menghindarinya.
Memberikan buku itu, Vano menyapa dan memulai obrolan.
" Sombong ya sekarang .. " Ucap Vano mengejutkan.
" Ish ... "
Meera memutar bola matanya. Walau kesal tidak dipungkiri hatinya menghangat, tatkala Vano berdiri di sampingnya. Mereka membaca buku bersama sembari bersandar pada lemari buku yang ada di belakang punggung mereka.
" Kemarin-kemarin siapa ya, yang bilang untuk tidak saling mengenal. " Sindir Meera saat itu juga.
Mendengar sindiran Meera, Vano tertawa pelan.
Cukup lama mereka dalam posisi itu, asyik membaca dalam keheningan. Hanya saling berdekatan, sepertinya cukup untuk mengobati kerinduan.
Vano menutup buku yang sudah selesai dia baca. Menyimpan bukunya ke tempat semula, Vano menghadapkan tubuhnya ke arah Meera, sedikit mendempetnya. Membuat Meera mundur seketika.
" Kalau mengobrol di tempat sepi gini, aku yakin kamu gak akan dapat hukuman. " Ucap Vano sembari menatap Meera dengan tatapan nakalnya.
Meera yang kaget, berusaha terlihat tidak terintimidasi.
" Huh sayang sekali, mau ngobrol di tempat ramai ataupun sepi, gak akan ada orang yang menghukum aku lagi ... " Sesal Meera kala mengingat hubungan nya dengan Lucas sedang dalam masa rehat.
Vano senang mendengarnya, rasa penasaran nya terjawab sudah. Berniat pergi, Vano sempat mengucapkan satu kalimat aneh di telinga Meera.
" Jangan pernah menemui lelaki lain selain lelaki yang jelas-jelas menyukaimu, Ra ! " Ucap Vano sebelum berlalu pergi darinya.
Meera yang tidak mengerti ucapan Vano hanya merenggut saja. Menatap punggung Vano yang berlalu pergi meninggalkannya di sana.
💫 Flash Back Off ... 💫
.
.
Vano yang sedari tadi sudah terlihat kacau tidak karuan, akhirnya lepas kendali. Menyadari, gadis yang dia cinta selama ini tengah berada di hadapannya kini.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini samasekali, mengingat status Meera sekarang yang tidak memiliki kekasih, membuat Vano ingin segera melampiaskan rasa cinta yang selama ini terpendam di dalam dada.
Dalam hitungan detik, Vano menundukkan kepalanya. Mendekatkan bibirnya pada bibir mungil Meera yang malam itu terlihat begitu menggoda.
Mengendus rasa apel di sana, Vano merekatkan bibirnya lalu memagutnya dalam sekejap mata. Bersamaan dengan gerakan kedua tangannya yang meraih tengkuk dan pinggang Meera, hingga Meera tak bisa melakukan apa-apa. Selain terdiam dan menikmatinya saja.
Menekan lebih dalam tengkuk Meera, ******* pelan perlahan berubah menjadi lebih kencang. Apalagi setelah Vano menyadari bahwa dia tidak bermain sendiri. Ada kebahagiaan yang membuncah di dalam dada, menyadari bahwa Meera membalas ciumannya bahkan tak kalah agresif darinya.
Ciuman itu berlangsung cukup lama, intim dan mesra. Mereka terlihat begitu menikmati moment itu. Sesapan demi sesapan Vano layangkan, demi menikmati bibir manis dan mungil sang gadis pujaan.
Selang beberapa lama, pagutan itu akhirnya terlepas. Vano yang merasa puas, mengusap bibir basah dan bengkak Meera dengan ibu jarinya. Lalu mengecupnya lagi dengan begitu lembut dan mesra.
Cup
Tersenyum dengan penuh kemenangan, Vano menatap lembut mata Meera yang kini tengah menatapnya dengan penuh tanda tanya.
***
" Kamu lupa ya, ucapan ku terakhir kali ? " Sesaat pagutan mereka terlepas, Vano menarik paksa Meera dan membawanya keluar dari kafe itu. Kini mereka berada di dalam mobil Vano.
" Ucapan apa ?! " Respon aneh tergambar di wajah Meera. Dia masih bingung dengan hal yang baru saja dia alami.
" Yang di perpus itu .. " Lanjut Vano sembari menyambar ponsel nya untuk mengirim pesan pada Michael yang masih berada di dalam kafe sana.
Meera mengernyitkan dahinya. Berusaha mengingat-ingat ucapan Vano saat itu.
Lalu berdengung kalimat Vano di benaknya.
" Jangan pernah menemui lelaki lain selain lelaki yang jelas-jelas menyukaimu, Ra ! "
" Oh, itu ... maksudnya apa ya ? " Meera menatap Vano dengan tatapan polosnya. Dan Vano hanya tersenyum mendengarnya.
Bergegas menyalakan mesin mobil, Vano membawa Meera pergi dari sana.
" Eh ? Kita mau ke mana ? Aku belum pamitan sama Adam. " Pekik Meera saat itu juga. Merasa tidak enak pada Adam yang dia tinggal pergi begitu saja.
" Tenanglah ! Ada Michael di sana. " Jawab Vano dengan begitu santainya.
Merasa tenang setelah tadi menyempatkan diri untuk mengirimi Michael pesan untuk mengurus urusan mereka di sana, termasuk masalah Adam tentunya.
***
" Kita kemana ? " Meera bertanya-tanya kemana Vano membawanya pergi.
" Aku cuman pengen bicara. Itu saja ! " Jawab Vano, sembari memarkirkan mobilnya di tempat yang cukup sepi.
Meera diam saja. Malam ini, Vano bertingkah tidak seperti biasanya. Rasa takut sedikit menderanya. Khawatir Vano melakukan hal yang macam-macam padanya.
" Tenanglah Ameera, aku gak akan ngapa-ngapain kamu kok. " Ucap Vano berusaha menenangkan Meera, kala melihat gadis yang dia cintai itu terlihat panik dengan wajah yang jelas terlihat pucat.
Meera menghela nafas lega saat mendengarnya.
" Lagian kalau mau ngapa-ngapain juga, nanti aku minta izin dulu kok sama kamu. " Ucap Vano begitu saja, sembari menyeringai ke arah Meera.
Meera mendelik melihat dan mendengarnya.
" Ish ... Nyebelin kamu ! " Meera hanya berkomentar itu saja.
Sedikit sebal, mengingat tadi yang tiba-tiba mencium bibirnya tanpa meminta izin, itu siapa ya ??
" Jadi, jangan minta izin gitu ? " Goda Vano tertawa.
" Udah deh, kamu mau bicara apa sih ? " Meera sudah terlihat kesal sekarang, namun malas untuk membahasnya. Sedikit malu juga, menyadari tadi Meera merespon ciuman Vano cukup agresif. Meera lalu memalingkan wajahnya ke luar jendela.
Hening sesaat ...
" Ameera ... " Vano memulai pembicaraannya. Suasana malam itu, mendadak begitu menegangkan.
Meera tidak bergeming.
" Aku- menyukaimu ... " Meera sedikit menolehkan kepalanya. Namun dia masih terdiam. Menyadari ucapan Vano belum berakhir sepenuhnya.
" Maukah kamu- menjadi pacarku ? " Tanya Vano setelah berusaha menahan degub jantungnya yang sedari tadi berantakan.
Urusan tembak menembak, jujur dia tidak terlalu berpengalaman. Tapi jika urusan berciuman, Vano juaranya. Meera sampai mabuk dibuatnya tadi.
" Eh ? " Gimana, gimana.
Kali ini Meera benar-benar menoleh sepenuhnya. Menatap ke arah mata Vano seolah mencari kebenaran dan keseriusan di sana, lalu Meera memejamkan matanya.
Berfikir sesaat, Meera menjawab ...
.
.
.
💫 Bersambung ... 💫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ismi Kawai
aku baru mampir lagi kk
2021-03-12
0
Ita Yulfiana
Lanjut Kak, semangat berkarya💪😁
Salam manis dari karyaku 🌹AJARI AKU CARA MENCINTAIMU🌹
2020-09-23
1
Liska
Udah terima aja Meera😍
2020-09-23
3