Beberapa minggu kemudian ..
Kesedihan mendalam cukup dirasakan oleh Meera. Baru pertama kali mengenal kata yang begitu populer disebut cinta, Meera menyadari dirinya hanyalah seorang kekasih rahasia, tak lebih dari perempuan simpanan semata.
Merasa rendah diri dirasakannya, Meera menyadari dengan pasti. Hubungan percintaan yang tengah dia jalin bersama Lucas samasekali tidak memiliki masa depan. Sekedar memiliki mimpi dan harapan pun Meera tak berani merajut mimpi bersama Lucas apalagi sampai ke jenjang pernikahan.
Kesedihan dan rasa minder yang bercampur menjadi satu, seolah semakin bertubi kini dirasakannya. Tatkala lelaki yang mengisi sebagian hatinya juga, kini terlihat menjauh darinya. Ya ... Vano, kini menghindar darinya. Seolah dirinya adalah virus mematikan yang harus dan pantas untuk dijauhi
.
.
Pagi itu ...
Tepat di depan kampus fakultas kedokteran, Meera dan Vano berpapasan. Muncul dari arah berlawanan, tanpa sengaja mereka bertemu tepat di pintu depan.
Meera yang beberapa hari tak berjumpa dengan Vano, dengan tulusnya menyapa.
" Pagi, Vano ... " Sapa Meera dengan senyum manisnya.
" Pagi juga Meera. " Dengan nada dingin yang langsung Meera rasakan saat itu juga.
Meera yang bergegas menghampiri Vano, terpaksa hanya mendapat tempat kosong. Tepat Meera memijak di dekat tempat Vano berdiri semula, Vano melangkah pergi meninggalkannya.
Dan tanpa berfikiran buruk sedikitpun, Meera hanya mengira Vano tengah terburu-buru pagi itu.
***
Beberapa hari kemudian ...
Meera berjalan keluar dari kelasnya. Melihat Vano yang berjalan terburu-buru menuju ke arah depan kampus mereka. Bersiap untuk pulang sepertinya.
" Vano ... " Teriak Meera pada Vano.
Vano yang mendengar panggilan Meera sempat berhenti, menoleh sebentar namun akhirnya berlalu pergi.
Meera yang melihatnya hanya menghela nafas saja. Menyadari beberapa hari ini Vano seperti menghindar darinya.
Ada kesedihan di sinar matanya, Vano yang selama ini dia anggap sebagai teman baik yang slalu mengerti akan dirinya, kini terasa menjauh darinya. Dan semakin hari, semakin lama Vano semakin jauh hingga tidak bisa dijangkau olehnya.
Ada kerinduan yang bergemuruh di dalam dada. Rasa rindu yang akhir-akhir ini dia rasakan dan bergejolak di sana. Walaupun Meera tidak mengerti arti dari rasa itu apa, sedikitnya Meera memahami dengan sendirinya, bahwa Vano begitu berarti di hatinya.
Mengisi sebagian relung hatinya walaupun telah ada Lucas di sana. Hatinya seperti terbelah dua, dimana Lucas dan Vano tertulis dan terukir indah di sana.
.
.
Di depan kampus, Lucas tampak sedang menunggu Meera di samping mobilnya. Bertemu secara tidak sengaja dengan Dafa, yang merupakan adik dari sahabatnya yang bernama Diana, sekaligus adik dari kakak iparnya Alessya.
" Kakak sedang apa ? " Tanya Dafa pada Lucas.
" Emh .. aku, sedang menunggu seorang teman. " Jawab Lucas berbohong sembari menghisap rokok yang berada diantara jarinya.
Sepertinya Lucas memang masih belum mempublikasikan hubungannya dengan Meera kepada siapapun juga.
" Dan kamu, sedang apa di sini ? " Tanya Lucas pada Dafa, berusaha mengalihkan pembicaraan. Merasa khawatir Dafa akan mengorek lebih lanjut mengenai keberadaannya di tempat ini.
" Oh, aku memang kuliah di sini. Dan aku sedang menunggu seorang seniorku sekarang. "
Jawab Dafa yang kini tengah melambaikan temannya pada seseorang, yang setelah diperhatikan dari kejauhan ternyata Vano orangnya. Dan jawaban Dafa sukses mengagetkannya. Dia harus lebih hati-hati lagi saat mengantar dan menjemput Meera nanti.
Vano menghampiri Dafa yang tengah berdiri di samping Lucas.
Keheningan dan kecanggungan kental terasa. Namun, Vano berusaha bersikap biasa saja. Apalagi setelah melihat Dafa yang kini ada di hadapannya.
" Dafa .. " Sapa Vano.
" Oh iya, Kak Vano... " Sapa Dafa.
Lalu mereka berbicara berdua, sedikit mengabaikan Lucas yang ada di sana. Memperkenalkan Lucas pada Vano yang Dafa ceritakan sedang menunggu temannya.
Vano mengernyitkan dahinya. Teman ? Menunggu seorang teman ?
" Vano .. "
" Lucas .. "
Mereka berjabat tangan sebagai tanda perkenalan. Hawa panas terasa mengalir diantara cengkraman keras mereka. Seolah ada dendam diantara mereka berdua.
Tatapan tajam mereka beradu dengan sinar kemarahan dan rasa cemburu, bak ada perang sinar laser diantara mereka.
Ada perasaan tidak enak di sana, di hati Vano. Gadis yang sampai detik ini masih mencuri attensinya, bahkan hanya diakui sebagai teman oleh pacarnya.
Padahal, Vano sedikit tahu pasti, sejauh mana hubungan mereka berdua. Dari ciuman, hingga noda merah yang dia temukan di leher sang gadis. Dan tentu saja tidak perlu ditanya, noda merah itu pastilah Lucas pelakunya. Dengan fikiran liar dan praduga salah yang menari-nari di benak Vano, bagaimana noda merah itu sampai tercipta, disaat membayangkan gadis yang Vano sukai menghangatkan ranjang pria yang kini hanya mengakuinya sebagai teman semata.
Teman seranjang maksudnya ??!!
Sedangkan Lucas, dia sedikitnya tahu bahwa Vano memiliki perasaan terhadap Meera. Gadis yang kini berstatus kekasihnya. Walaupun belum dia akui kepada teman-temannya. Namun egonya sungguh tinggi, mengklaim Meera sebagai miliknya pribadi.
" Apakah temanmu sudah ada, Kak ? " Tanya Dafa pada Lucas.
Lucas melirik ke arah jam tangan yang bertengger di tangan kirinya.
" Sepertinya sebentar lagi. "
Lucas terlihat salah tingkah saat itu, apalagi melihat tatapan tajam Vano pada dirinya. Sepertinya, kata teman tadi begitu membekas di hati Vano. Sedikit menyesali diri sendiri, seharusnya tadi dia mengakui, menegaskan pada Vano bahwa Meera hanya miliknya dan jangan pernah berfikir untuk mengambilnya.
" Tunggulah ! Dia sedang di perjalanan. " Ucap Vano pada Lucas dengan sedikit menggeram.
Dia memang sempat mengingat, Meera tadi tengah berjalan ke arah sini, bahkan menyapanya namun dia abaikan begitu saja.
Karena beberapa hari ini Vano sudah memutuskan untuk menghindari Meera, menahan perasaannya, sehingga mereka jadi jarang berinteraksi. Bahkan hanya untuk sekedar jalan dan mengobrol saja.
Melihat interaksi Lucas dan Vano, Dafa sedikit aneh hingga mengernyitkan dahi. Menatap Lucas dan Vano silih berganti, yang kini tampak saling menatap tajam, bak dua pedang yang siap untuk saling menghunus lawan.
Namun, interaksi itu akhirnya terhenti. Ketika suara lembut seorang gadis memecah keheningan yang terasa begitu mencekam.
" Dafa ... " Ucap Meera dengan begitu lembutnya. Menyapa Dafa yang Meera ketahui adalah adik dari Diana, yang berarti adik dari Alessya juga, sahabatnya.
Tidak menyadari keberadaan Lucas dan Vano yang tampak begitu tegang dengan emosi yang tampak menguasai diri.
.
.
.
.
Dengan posesif Lucas menarik Meera dan membawanya dalam pelukan. Di hadapan Vano dan Dafa, khusunya Vano, akhirnya Lucas menunjukkan bahwa hubungan cinta mereka bukanlah permainan semata.
Meera yang saat itu tengah menangis kala mendengar kabar buruk mengenai sahabatnya Alessya, yang merupakan saudara seayah dengan Dafa, mengerjap kaget kala mendapat perlakuan yang sangat tiba-tiba itu. Karena hal itu, sangat di luar bayangan dan ekspektasinya selama ini.
Bayangan sikap dingin Lucas saat di rumah Diana berputar di benaknya. Tak mengakui dirinya sebagai kekasihnya, bahkan bersikap seperti orang asing padanya. Padahal jika saat berdua, Lucas menempeli diri Meera seperti prangko saja.
Walaupun Meera dekat dengan Lucas saat ini, Meera jarang mendapat kabar mengenai Alessya dari Lucas. Karena Lucas memang terlihat begitu menjaga jarak dari keluarganya.
Menjaga jarak dari Meera, agar tak mengorek kehidupan pribadinya.
Melihat Meera dan Lucas tengah berpelukan, Vano terlihat tidak nyaman. Ada rasa cemburu yang bergejolak di dalam dada. Usaha menghindari Meera selama ini ternyata sia-sia, Meera tetap berada di sana, tersimpan indah di relung hatinya.
" Akh, maaf ! "
Meera tersadar Lucas hanya sedang terlupa saja. Meera tahu, Lucas tidak akan secepat itu mengakui dan menyadari arti diri Meera dalam hidupnya
Meera melepas pelukan Lucas padanya. Mendorong Lucas untuk menjauh darinya. Bersikap salah tingkah di hadapan Vano dan Dafa yang jelas-jelas kini tengah menatap ke arahnya.
" Ehem ! "
Lucas berdehem. Dia memalingkan wajahnya dari Meera, Vano, maupun Dafa. Mengambil ponsel yang kebetulan berbunyi dari balik saku celananya. Lucas bersyukur, setidaknya dia punya alasan untuk menghindari situasi canggung tadi.
" Kalian ? "
Dafa mencoba bertanya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Namun segera ditampik Lucas yang kembali bergabung bersama mereka.
" Kami, sempat satu kampus dulu. Sebelum Meera akhirnya pindah berkuliah di kampus ini. " Jawab Lucas, yang memang tidak berbohong namun tak urung jujur dengan status hubungan mereka.
Meera yang mendengarnya hanya terdiam. Menerima kenyataan bahwa hubungan mereka masih juga dirahasiakan. Lagi-lagi dirahasiakan.
Rasanya cukup sakit menjadi kekasih yang tidak diakui, dia menghisap madumu namun tak mengakui keberadaanmu.
Vano yang sebenarnya begitu kesal dan marah mendengar jawaban Lucas, akhirnya mengerti dengan situasi di hadapannya. Berusaha membantu Meera yang terlihat sedih untuk mengalihkan suasana.
" Ayolah, Daf kita pergi sekarang ? " Ajak Vano pada Dafa. Dibalas anggukan oleh Dafa.
Mereka lalu pergi meninggalkan Meera dan Lucas di sana. Setelah sempat berpamitan kepada Lucas dan Meera yang masih berdiri mematung hingga Vano dan Dafa berlalu pergi dari pandangan mata.
.
.
💫 Bersambung ... 💫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sept September
like
2020-09-26
0
Asih Sunkar
kk aku mampir bawa buah jari berupa like rate dan komen mampirlah juga ke karyaku ya kk
SUAMIKU PENGANTIN KAKAKKU
TERPAKSA MENIKAHI WANITA JANDA
2020-09-22
2
Liska
Yang sabar ya Meera😊
2020-09-22
1