Sembari duduk di kursi di kelasnya, tiada henti Meera mencari-cari buku yang jatuh tadi. Pasalnya buku yang hilang itu adalah buku tugas dari dosennya yang harus dikumpulkan segera, dan paling lambat itu hari ini.
Susah payah Meera mengerjakan sisa tugasnya, dini hari tadi. Namun kini, disaat tugas itu hendak dikumpulkan, benda itu malah hilang tanpa jejak sama sekali.
" Ah ... dimana buku itu ? "
Mengecek ulang tasnya, berharap buku itu terselip di dalam sana. Memeriksa ulang tumpukkan buku di atas meja, berharap datang keajaiban dan buku itu tiba-tiba terselip diantaranya.
Namun ...
Nihil terasa, Meera bahkan sampai menungging untuk melihat kolong mejanya. Mungkin bukunya jatuh secara tidak sengaja.
Tiba-tiba ...
" Apa kau mencari ini ? "
Suara yang tidak asing masuk ke telinga Meera. Meera yang sedang menunduk ke kolong meja seketika mendongak hingga akhirnya kepalanya kepentok meja.
" Aww ... ! "
Meera menjerit meringis. Bangkit berdiri sembari mengusap kepalanya yang kepentok tadi. Sembari menatap sebuah buku yang terulur di hadapannya, Meera tersenyum seketika.
" Ahh ... buku-ku ... " Jeritnya manja.
Terlupa menatap seseorang yang sedari tadi menggenggam buku miliknya itu.
Mengambil buku itu kemudian, Meera menoleh hendak berucap terimakasih pada si pemilik suara tadi.
Eng ... ing ... eng ...
" Ka - mu ... ! " Ucap Meera keheranan.
Dan Vano sang pemberi buku hanya tersenyum saja. Memandangi Meera yang kini masih mengusap kepalanya, sekaligus merapikan rambutnya yang berantakan karena menunduk tadi. Melihat ekspresi Meera yang kegirangan menghangatkan hatinya.
***
" Aku tidak menyangka kamu kuliah di sini juga ... "
Ujar Meera memulai percakapan. Setelah tadi mereka memutuskan untuk pulang bersama. Mereka berjalan beriringan dengan santai dan pelan menyusuri lorong koridor fakultas kedokteran yang sudah cukup sepi.
Setelah sesaat sebelumnya Vano sempat mengantar dan menunggui Meera menyetorkan buku tugasnya ke dosennya.
Mendengar ucapan Meera, Vano hanya tersenyum saja.
" Satu fakultas juga, kita bahkan satu angkatan. Mengapa aku tidak pernah menyadarinya ... " Lanjut Meera lagi.
" Aku memang baru masuk hari ini, beberapa bulan lalu aku cuti. " Vano memberi alasan.
" Emh ... pantas. Aku juga baru pindah ke sini beberapa bulan lalu." Jelas Meera kemudian.
" Pantas saja kita tidak pernah bertemu. " Lanjutnya lagi.
Tiba-tiba ...
Vano menggenggam tangan Meera, menarik Meera untuk mengikutinya ke arah tempat parkiran mobil.
" Kita ke mana ? Bukankah jalan menuju halte bis ke arah sana. "
Meera menunjukkan jari telunjuknya ke arah halte bis. Langkahnya terpaksa mengikuti langkah Vano menyusuri jalan menuju tempat parkir berada.
Setelah beberapa lama ...
Mereka berhenti tepat di depan sebuah mobil sport berwarna merah. Mobil itu adalah mobil milik Vano. Saat berangkat tadi, bannya kempis. Karena terburu-buru, Vano memanggil montir langganannya. Sementara dia naik bis meninggalkan mobil itu di jalan dan berpesan pada montirnya untuk mengantarkan mobilnya nanti ke tempat kuliahnya.
Belum sempat mereka melangkah untuk masuk ke sana, tiba-tiba seseorang memanggil Meera.
" Meera ! " Suara seorang lelaki terdengar cukup keras dan lantang.
Meera menoleh ke arah sumber suara. Mendapati Lucas di sana, tidak jauh darinya berada baru saja turun dari mobilnya. Dengan raut yang samasekali tidak terbaca. Namun Meera mengerti, sepertinya Lucas sedikit marah padanya.
" Lu-cas ... " Ucapnya terbata.
Meera memukul dahinya pelan.
Aduh ! Aku lupa, dia akan menjemputku tadi ...
Lucas berjalan ke arah Meera berada. Vano yang akhirnya menyadari bahwa lelaki itu teman dekat Meera, merasa tidak enak karenanya. Menatap Meera yang terlihat kebingungan, Vano tersenyum menenangkan.
***
" Vano ... maaf ! Aku lupa, seseorang akan menjemputku. " Ucap Meera sedikit mengiba dan memelas karena merasa bersalah telah membatalkan janzi untuk pulang bersama.
" Tidak apa. Pergilah ! " Melepaskan genggaman tangannya terhadap Meera. Vano kemudian berjalan dan membuka pintu mobil berwarna merah itu.
Meera berlari menghampiri Lucas yang juga tengah berjalan ke arahnya.
Lucas meraih Meera ke dalam pelukannya, menatap tajam Vano yang masih berdiri di samping mobilnya.
" Ayo, Lucas ! " Meera segera menarik tangan Lucas, mengajaknya untuk pergi dari sana. Tak ingin ada masalah diantara Lucas dan Vano. Apalagi hanya karena masalah sepele belaka.
***
Di dalam mobil ...
" Siapa laki-laki itu ? " Tanya Lucas dengan ketusnya.
" Dia temanku. " Jawab Meera datar, mencoba bersikap biasa saja, toh memang Vano bukan siapa-siapa.
" Dan lagi .. bukankah sudah kubilang aku akan menjemputmu, kenapa kau pergi dengannya ? " Lucas terlihat kesal sekali. Kemarahannya sedang di level tinggi.
" He ... " Meera menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidaklah gatal.
" Maaf .. aku lupa. " Meera tersenyum manis pada lelaki yang kini berstatus kekasihnya. Berharap senyumannya itu akan meredakan amarahnya yang sedang mode ' On ' itu.
" Lupa .. katamu ! " Akhirnya Lucas tersenyum juga. Sedikit kesal pastilah ada, memperkirakan jangan-jangan Meera juga lupa telah menjadi kekasihnya.
" Jangan bermain-main dengan lelaki lain di belakangku. " Lanjut Lucas sembari mengusap rambut Meera dan mengacak-acaknya.
" Lu-caas ... " Jerit Meera kesal. Merapikan rambutnya sendiri.
" Kau akan dihukum Ameera ! " Ucap Lucas.
" Dihukum apa ? "
Meera menoleh ke samping menatap Lucas yang tengah duduk di balik kemudi. Sedari tadi mereka hanya mengobrol seraya berdebat, Lucas belum berniat menyalakan mesin mobil untuk meninggalkan tempat parkir yang berada di universitas Meera.
Lucas tersenyum. Menunjuk bibirnya dengan jarinya.
" Ish ... Moduss ! " Ucap Meera.
" Baiklah kalau begitu... "
Tiba-tiba, Lucas menarik tengkuk Meera, lalu mencium bibir berwarna merah muda itu. Yang kini menjadi miliknya, setelah semalam Meera resmi menjadi kekasihnya.
******* kencang bibir berasa Apple itu, Lucas menikmatinya dengan begitu sangat. Menyesap, menggigit dengan agresif dan mesra.
Merangkum pipi Meera dan menekan tengkuk Meera lebih dalam lagi, Lucas memperdalam ******* bibirnya itu. Tak memberi kesempatan barang sedikitpun untuk Meera melepasnya.
Percayalah ...
Ciuman itu, kemesraan itu, dilakukan Lucas bukan sekedar untuk menghukum Meera.
Melainkan menunjukkan bahwa Meera adalah miliknya kepada seseorang yang kini tengah duduk di dalam mobil berwarna merah. Yang sepertinya tengah memperhatikannya sedari tadi.
Lucas mengetahuinya, karena mobil mereka berhadapan walaupun berjauhan. Dan kaca mobil yang transfaran memudahkan mereka melihat satu sama lain.
Termasuk Lucas yang melihat Vano tengah memperhatikan interaksi Lucas dan Meera di dalam mobilnya saat ini.
Merasa jengah dengan pemandangan panas yang terlihat begitu jelas di depan mata, Vano memutuskan untuk pergi. Menyalakan mesin mobilnya kemudian, melenggang pergi melewati mobil dimana Lucas dan Meera tengah beraksi.
Menatap jelas adegan itu dengan pasti, Vano sedikit bergidik ternyata Meera yang baru dikenalnya tadi, bukanlah gadis polos seperti yang dia kira.
Melihat Vano yang telah pergi, akhirnya Lucas melonggarkan tekanannya terhadap Meera, hingga Meera bisa mendorong dada Lucas setelah sedari tadi berusaha mengelak dengan sekuat tenaga, sehingga akhirnya Lucas sedikit terpental ke pintu mobilnya.
Melepas pagutan itu kemudian, Meera tidak bisa menahan amarahnya ...
" Ini masih di kampus, Lucas ! " Tegurnya dengan bibir membengkak merah.
Mengusap bibirnya yang basah dengan punggung tangannya, Meera memalingkan wajahnya dari Lucas ke arah jendela kaca. Dengan bola mata yang berkaca-kaca, Meera sedikit kecewa. Perlakuan Lucas padanya tadi, membuat dirinya merasa menjadi seorang wanita yang murahan dan hina.
.
.
.
💫 Bersambung .. 💫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
Kakak Author😉
like, jejak dan semangat hadir lagi ya untuk kakak😊💪
dari "Cinta Pak Bos"😍
mampir lagi yu kak 😊
2020-11-23
0
ARSY ALFAZZA
🐈🐈🐈
2020-10-28
0
Sept September
like
2020-09-21
2