.
.
.
Sesaat tiba di apartemen Lucas, Meera terpaksa harus menelan pil pahit kala mendapati sang mantan kekasih terlihat tengah berpelukan dengan seorang wanita.
Mendapati mereka yang sedang bersama di atas sofa, mata Meera berkaca-kaca. Dia memang belum sepenuhnya mencintai Lucas, tapi kala mendapati lelaki itu melakukan hal serupa seperti yang dulu dilakukan padanya dan kini dilakukan pada wanita lain, hatinya sedikit memanas juga.
Kini Meera menyadari, bahwa Lucas benar-benar play boy sejati. Maksud berpisah untuk merenung, ternyata Lucas malah asyik bersenang-senang dengan wanita lain. Kali ini Meera sudah bisa memastikan bahwa kemarin, Meera hanya menjadi objek Lucas untuk mencari kesenangan dan kenikmatan.
Prankkkkk
Tanpa sengaja, Meera menjatuhkan hiasan logam di atas meja. Mendengar suara gaduh, refleks Lucas dan teman wanitanya menghentikan aktifitasnya . Langsung menoleh ke arah sumber suara. Dan mendapati Meera di sana.
" Meera ! " Lucas terlihat kaget saat itu. Langsung berdiri dan menghampiri Meera yang malah pergi menjauh darinya.
" Ma-maaf ... " Meera mundur. Segera berlari berlalu pergi dari tempat itu.
Lucas mengejar Meera yang berlari keluar dari apartemennya. Menggenggam lengan Meera yang tengah berlari di lorong gedung itu.
" Meera ... " Lucas menahan Meera untuk tidak pergi begitu saja dari sana.
" Maaf, sudah mengganggu kamu ! " Ucap Meera dengan nada dinginnya. Dia samasekali tidak menatap Lucas saat itu.
Mau marah Meera tidak bisa, merasa tidak berhak karena mereka sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi.
" Kamu salah paham Meera. Aku bisa jelasin. " Lucas berusaha untuk menjelaskan sesuatu yang sebenarnya dia alami tadi. Itu tidak seperti yang dibayangkan Meera.
" Nggak usah ! Aku sadar, aku bukan siapa-siapa kamu. Tenang aza kok, aku nggak akan marah. Bagaimanapun juga ... "
Aku masih butuh kamu, Lucas ...
Mirisnya Meera, karena kondisi ekonominya melihat kondisi inipun dia tidak bisa marah samasekali. Hal ini benar-benar menjadi cambuk baginya, untuk bisa sukses dan mandiri. Agar dia tidak diinjak-injak lagi.
" Meera ... " Kala Meera terus menarik tangannya dari genggamannya.
" Lepasin aku ! " Ucap Meera dengan wajah memerah dan bola mata berkaca-kaca.
Lucas melepas Meera yang memaksa pergi, dengan terpaksa dan berat hati. Walau hatinya gundah tatkala melihat gadis yang dia cinta menangis karena dirinya. Namun, dia ingin memberi waktu bagi Meera menenangkan diri. Bagaimanapun juga, Meera harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.
.
.
.
Setelah semalaman merenung dan menenangkan diri, Meera memutuskan untuk melamar pekerjaan di kafe seperti dulu lagi. Hidup adalah realita, dia harus siap jika Lucas dan dunia mencampakkannya.
" Selamat, kamu diterima bekerja di sini. " Ucap manager kafe itu yang ternyata seorang wanita.
" Karena kamu masih kuliah, waktu kerja kamu fleksible. Jadi kami akan membayarmu sesuai dengan perhitungan jam kerja kamu. " Jelas wanita itu, sukses membuat bibir mungil Meera menyunggingkan senyum manisnya. Dia bahagia karena bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan posisinya yang saat ini ssdnag kuliah.
" Terimakasih, Bu. " Ucap Meera senang.
" Kamu bisa mulai kerja hari ini. " Lanjut wanita itu.
Dengan semangat Meera menyanggupi. Kebetulan hari ini tidak ada jadwal kuliah. Jadi Meera bisa bekerja dengan lebih fokus. Mengingat beberapa hari pertama, kinerja kerjanya masih diperhatikan oleh pihak kafe yang baru saja resmi menerimanya.
Terlalu bersemangat, Meera hampir terlupa waktu sudah menjelang malam. Hingga atasannya pun sedikit mengingatkan, bahwa jam kerja Meera sudah berakhir dan sekarang saatnya untuk pulang.
" Pulanglah ! " Ucap atasannya sembari tertawa. Jika semua karyawan seperti Meera, kafe pasti lekas maju dengan keuntungan yang melimpah.
Tiba - tiba ponselnya berbunyi ...
Joice menghubungi Meera untuk bersiap hadir dalam kencan buta. Perjodohan yang disiapkan untuk Meera dan saudaranya.
" Joice ... " Ucap Meera dengan sedikit lemas.
" Ya ? "
" Aku lupa, maaf ... " Meera memelas.
Untuk memaksa pergi menghadiri kencan buta itu, dia sudah sangat lelah. Sungguh tak sanggup lagi melakukan hal lain selain tidur yang kini terbayang di pelupuk matanya.
" Apa ?! " Joice terdengar kesal, tapi ... mau bagaimana lagi.
" Aku baru selesai bekerja. Bagaimana kalau besok saja ? " Tawar Meera pada Joice.
" Emh ... Baiklah. Tapi, besok jangan sampai lupa lagi ya ? " Joice memastikan.
Sepertinya jika besok gagal lagi, pertemuan akan dibatalkan. Saudaranya pasti kecewa karena merasa diabaikan.
" Baik. Besok, aku janji. " Meera terdengar lega sekarang.
.
.
.
Sesampainya di apartemen kecilnya, Meera dikejutkan dengan keberadaan Lucas di sana.
" Lu-cas ? " Ucap Meera yang saat itu sudah terlihat begitu lelah.
Meera yang saat itu tengah melamun menatap ke luar jendela, langsung tersadar seketika. Menghampiri Meera lalu memeluknya kemudian.
" Aku merindukanmu. " Ucapnya serasa mengusap lembut punggung Meera.
Meera yang sebenarnya juga merindukan Lucas, membalas pelukan itu. Pelukan yang dia fikir sebagai pelukan terakhir diantara mereka berdua. Mungkin esok atau nanti, tidak akan ada moment itu lagi yang akan mereka lalui bersama.
" Aku menyayangimu. " Bisik Lucas pada telinga Meera.
Membuat Meera yang mendengarnya sedikit tercekat.
" Maafkan aku. " Lucas menggenggam kedua tangan Meera dan membawa Meera untuk duduk di sofa.
Lucas duduk berjongkok di hadapan Meera meminta maaf dengan apa yang sudah terjadi pada mereka.
" Maafkan aku. Hubungan kita harus benar-benar berakhir. " Ucap Lucas terdengar jujur dan tulus. Bahkan ada air mata di sudut matanya.
Mendengarnya, Meera terkesiap, hatinya benar-benar patah. Meera diibaratkan seperti bunga yang baru saja kuncup, namun sudah layu sebelum bunga itu mekar.
Lucas menjelaskan pada Meera bahwa dia terpaksa menuruti keinginan sang ibu demi mencapai cita-cita dan ambisinya untuk bisa ikut eksis dalam dunia bisnis seperti sang kakak, Arselli Russel.
Terpaksa pergi meninggalkan negara ini untuk tinggal di Paris dan mulai aktif menjalankan salah satu perusahaan keluarganya.
Lucas juga terpaksa menerima tawaran sang ibu untuk menerima perjodohan keluarga yang akan sangat membantu Lucas dalam menapaki jenjang karirnya.
" Terima ini. Kamu jangan menolaknya. Aku mohon ... " Ucap Lucas untuk terakhir kalinya, sebelum berlalu pergi. Hatinya sakit melihat Meera yang menangis tiada henti.
Meninggalkan Meera seorang diri di sana yang kini menangis berderai air mata. Meera mengenang Lucas yang telah begitu baik menolongnya, dan sempat memadu kasih dengannya walaupun tidak lama.
Lucas meninggalkan sebuah amplop coklat di atas meja. Berisi buku tabungan dan segala sesuatu yang nantinya akan bermanfaat dan suatu saat dibutuhkan Meera dalam menjalani kehidupan dan meraih cita-citanya.
" Lucas ... "
Meera berlari, menghampiri dan memeluk erat Lucas dari belakang.
" Terimakasih ... " Ucap Meera tulus.
Lucas membalikkan badannya.
" Jaga dirimu, Ameera. " Pesan Lucas pada Meera sembari memeluk erat Meera dan membawa Meera untuk bersandar di dadanya.
Menarik dagu lancip Meera, Lucas menunduk. Memiringkan kepalanya, dia memagut bibir mungil Meera, menyesap dan ******* nya kemudian. Merasakan perisa cerry yang terasa di bibir Meera, Lucas melakukannya dengan begitu lembut dan perlahan. Tidak seperti biasanya yang begitu agresif dan mendominasi.
Melepas pagutan itu setelah beberapa lama. Lucas berbisik ..
" Aku mencintaimu ... Ameera ... " Sembari mengecup lembut kening Meera.
.
.
.
💫 Bersambung ... 💫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Hasmiati Hasmi
😢😢😢😢
2021-12-16
0
Lisa Natalia
😢😢😢😢
2020-10-27
0
Alifah Safwa R
😥😥😥😥
2020-10-26
0