Aku harap kau mau menerimaku, kita mulai hidup yang baru. "Rissa maukah kau menikah denganku?" Daniel bertanya penuh harap.
Gadis itu hanya terdiam, ia tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Daniel padanya.
"Kita mulai dari awal lagi," lanjut Daniel.
Dari awal? Bukankah kita dari awal memang tidak punya hubungan, batin Rissa bertanya-tanya.
"Tuan Daniel, bisakah kau memberiku waktu hingga Kakek sehat?" Akhirnya, Rissa berkata pada Daniel.
"Ok, jika itu maumu!"
"Terima kasih."
"Baiklah, pakai dulu baju untuk menutupi tubuhmu. Apa kau ingin tetap seperti ini?"
Rissa terlihat sedikit kikuk, dan semburat merah pun muncul diparas cantiknya. Daniel melepaskan pelukannya dari Rissa, lalu ia duduk di sofa dan mengambil hpnya yang berada di meja. Terlihat terburu-buru ketika Rissa memakai pakaiannya, sekilas ia melihat Daniel sedang menghubungi seseorang.
"Aku akan datang terlambat hari ini, tolong kau urus *m*etting pagi ini dengan direktur keuangan!"
Setelah memakai pakaian Rissa mendatangi Daniel. Pria itu masih berbicara dengan seseorang di ponselnya sembari melihat beberapa lembar berkas di meja.
Rissa membungkuk lalu mencium pipi pria itu, wajah Rissa terlihat merah merona karena malu.
"Terima kasih," ucap Rissa lalu berjalan keluar kamar Daniel.
Sementara itu mata Daniel masih menatap Rissa merasa tidak percaya.
Aku harus selalu menyenangkan hati nya supaya semua berjalan lancar, batin Rissa.
Rissa menutup pintu kamar Daniel lalu berjalan pergi menuruni tangga, di samping itu tanpa ia sadari ada seseorang mengawasinya. Setelah Rissa pergi menjauh dari kamar Daniel, tiba-tiba terdengar suara pintu di tendang dengan kasar. Braaak!
Daniel yang masih sibuk melihat berkas-berkas merasa terkejut, ia lalu menoleh pada asal suara.
"Apa yang sudah kau lakukan padanya?" Tanya Darren yang sudah berdiri di depan Daniel.
"Apa maksudmu?" Daniel menatap adiknya dengan masih santai duduk di sofa.
Darren emosi lalu langsung melayangkan tinju ke arah Daniel, Daniel yang belum siap hanya bisa pasrah menerima pukulan dari adiknya.
"Jauhi Rissa!" Darren mengncam Daniel.
"Apa ini perlakuan adik terhadap kakaknya?" Daniel berteriak sambil mengusap ujung bibirnya yang terluka.
"Apa kau sungguh menyukainya?" Darren menatap Daniel tajam.
"Itu bukan urusanmu!" Suara Daniel meninggi.
"Aku tidak ingin kau terus menyakitinya. Awas saja jika kau macam-macam dengan gadis polos itu!" Darren lalu meninggalkan kamar Daniel dengan rasa marah.
Sebenarnya, aku juga tidak tahu pasti perasaanku padanya, batin Daniel. Pria itu bangun dari duduknya, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Darren berjalan menuruni tangga lalu pergi ke ruang makan, dilihat nya Rissa sedang menyediakan makan pagi.
"Selamat pagi, Rissa!" Darren menyapa Rissa seperti tidak terjadi apa-apa antara dirinya dengan Daniel.
"Selamat pagi, Tuan Darren. Apa Anda ingin makan sesuatu pagi ini?" Rissa berdiri di dekat Darren.
"Tolong berikan aku secangkir kopi dan juga sepotong roti," pinta Darren.
"Baik, Tuan Darren." Rissa lalu meraih cangkir, lalu mengisi kopi ke dalam cangkir. "Silakan, Tuan Darren." Rissa memberikan secangkir kopi dan menyodorkan sepiring roti.
"Oya, kemarin siang aku ke rumah sakit bersama dengan Sarah, kami lama menunggumu di sana!" Darren mencuri pandang ke arah Rissa.
"Ma-af, kemarin aku ada sedikit urusan. Aku tidak tahu kalau kalian ke sana," ucap Rissa gugup. Sebenarnya, sepanjang hari kemarin Rissa sedang menunggu Daniel di kantor tempatnya bekerja.
"Kami menghubungimu, tetapi ponselmu tidak aktif. Sepertinya kami harus memberi telepon genggam baru sebagai kado ulang tahunmu kali ini!" Darren memincingkan matanya dengan penuh selidik.
"Terima kasih, tetapi itu tidak perlu! Rissa menolak karena merasa sungkan.
"Jangan sungkan, kamu itu sahabat kami. Jadi jika kamu membutuhkan sesuatu atau mempunyai masalah tolong beritahu kami!" Darren menekankan nada bicaranya.
"Terima kasih, tapi sungguh itu tidak perlu. Aku sangat bersyukur memiliki sahabat seperti kamu dan Sarah." Rissa lalu duduk di samping Darren.
Rissa dan Darren berbincang-bincang, dan kemudian mereka tertawa teringat kenakalan masa remaja.
Di lantai atas seseorang tengah mengepalkan tangannya, tanda sedang kesal. Karena mendengar perbincangan mereka, tidak lama ia pun melangkahkan kakinya. Daniel menuruni tangga dengan wajah yang sedikit kesal, ia berjalan ke arah ruang makan.
Rissa lalu melihat kedatangan Daniel di sana. "Tuan Daniel, ada apa dengan wajahmu?" Perhatian Rissa tertuju pada wajah Daniel yang sedikit terluka.
"Tidak apa-apa," jawab Daniel.
"Rissa hari ini aku akan kembali ke Spanyol, jika terjadi sesuatu cepat hubungi aku!" Darren beranjak pergi, ia marasa kesal karena melihat Rissa mengkhawatirkan Daniel.
"Iya, Tuan Darren." Rissa hanya bisa melihat punggung Darren yang berlalu pergi.
Apa mereka berkelahi? batin Rissa bertanya-tanya.
Darren meninggalkan Rissa dan Daniel di ruang makan itu, pria itu berlalu pergi begitu saja dari sana.
"Apa Anda ingin minum sesuatu? Aku akan membuatkannya untuk Anda." Rissa menawarkan minum pada Daniel.
"Aku sangat lapar, Buatkan aku sarapan pagi. Karena semalam aku tidak makan." Daniel berkata dengan dingin, pria itu sedang memeriksa isi pesan di dalam ponselnya.
"Tunggu sebentar, aku akan membuatkan omelet dan roti bakar untukmu." Rissa menatap Daniel sejenak.
"Baiklah, tapi berikan aku secangkir kopi dahulu. Aku merasa sedikit mengantuk."
Tidak lama kemudian Rissa memberikan Daniel secangkir kopi. Setelah itu ia lalu bergegas untuk menyiapkan omelet dan roti bakar.
Terdengar seseorang memanggil Rissa, ia lalu menoleh. "Rissa aku pergi, nanti Sarah akan datang ke sini untuk bertemu denganmu!" Darren memberi tahu sembari menarik kopernya.
Darren pergi pamit hanya pada Rissa, Darren membuang muka saat Daniel menoleh padanya.
"Ya, baik. Tolong katakan padanya aku akan menunggunya," jawab Rissa.
Darren lalu pergi begitu saja dari sana karena merasa kesal pada kakaknya, yaitu Daniel.
Selesai Rissa memasak omelet, ia langsung menaruhnya dipiring lengkap dengan roti bakar dan meletakannya ke atas meja.
"Omelet ini terlihat enak, terima kasih." Daniel langsung saja memakannya.
"Apa rasanya enak?" tanya Rissa sedikit khawatir.
"Sangat enak!" Daniel tersenyum ke arah Rissa.
"Duduklah di sini." Daniel menepuk-nepuk kursi yang ada di sampingnya.
"Iya, baiklah." Rissa hanya menurut, tetapi ia merasa canggung ketika duduk di sebelah Daniel.
"Kemana Bu Fara?" tanya Daniel.
"Bu Fara hari ini meminta izin, beliau ingin menemui putrinya di asrama sekolah." Rissa berkata pada Daniel.
"Oh, lalu apa yang akan kita lakukan hari ini?" Daniel menatap Rissa sejenak.
"Kita?" Rissa merasa bingung.
"Bagaimana jika hari ini kita berkencan?" Daniel mengatakan dengan enteng.
"Hah, kencan? Namun, hari ini aku harus ke rumah sakit untuk melihat Kakek." Rissa merasa canggung.
"Ya sudah, nanti aku akan mengantarmu ke sana. Sesudah itu kita akan pergi berkencan." Daniel menatap Rissa sembari tersenyum.
Ada apa dengan nya kenapa dia terus tersenyum padaku, batin Rissa.
"Ya sudah, aku akan mengganti pakaian." Rissa lalu pergi meninggalkan Daniel, ia tidak ingin lama-lama berdua dengan pria itu.
Aku akan menikmati semua permainannya, jika memang ini yang ia inginkan maka aku akan mengikutinya, Batin Rissa.
Gadis itumemilih pakaian yang cocok, ia memilih *d*ress santai berwarna biru muda yang sederhana dan memakainya. Sesudah itu ia bercermin dan memoles sedikit lipstik pada bibirnya dengan warna soft pink supaya tidak terlihat pucat. Rissa juga menyisir dan menggerai rambutnya, terakhir sebelum Rissa keluar kamar dia memakai sepatu kets berwarna putih. Tidak lupa ia pun memasukan ponselnya kedalam tas selempang berwarna hitam yang biasa dibawanya.
Rissa lalu berjalan mendatangi Daniel, pria itu tersenyum melihat Rissa. Daniel merasa gadis ini semakin cantik setiap kali ia memandangnya.
"Apa kamu sudah siap?" Daniel mwnatap gadis yang ada di hadapannya.
"Iya," ucap Rissa sembari menganggukkan kepalanya.
"Kita ke rumah sakit dahulu untuk menjenguk kakek, sesudah itu kita kencan bagaimana?" Daniel bertanya, pria itu lalu menggandeng tangan Rissa.
"Ayo, nanti kita terlambat," ajak Daniel.
Mereka berdua meninggalkan mansion dan pergi ke rumah sakit tempat kakek Adam dirawat.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
👑
💕
2021-03-24
0
Bagus Effendik
aku fansmu Daniel
2021-02-07
0
Egha
hii..akak Miss dara aku lanjut baca lagi karyamu
2021-01-28
0