Rissa dan Daniel masih berada di rumah sakit tempat kakek Adam dirawat.
"Baiklah, Tuan Daniel." Rissa menyetujuinya.
"Kalau begitu aku pergi dahulu, nanti sore aku akan menjemputmu lagi." Daniel lalu berbalik dan pergi dari sana.
Rissa memandang punggung tegap itu hingga tidak terlihat lagi, sudah banyak orang lalu yang berlalu-lalang di rumah sakit.
Kharisma pria kejam ... batin Rissa ketika menatap kepergian Daniel.
"Kakek!" Rissa lalu teringat dengan kakeknya.
Dengan cepat Rissa berjalan menuju ruang ICU tempat kakeknya dirawat, lalu sebuah suara terdengar Dert ... dert ... suara ponsel bergetar dari dalam tas Rissa.
"Hallo?" Rissa menerima panggilan diponselnya.
"Rissa!" Suara seseorang berteriak di dalam ponselnya.
"Sarah?" Rissa kaget lalu menjauhkan ponsel dari telinganya karena teriakan nyaring seorang gadis.
"Aku dengar Kakekmu sakit, maafkan aku tidak bisa datang menemanimu. Aku saat ini sedang berada di Paris!" Terdengar suara Sarah sangat menyesal.
"Tidak apa-apa, aku tahu kamu sibuk." Rissa menenangkan sahabatnya itu.
"Kenapa kamu tidak segera menghubungiku? Apa mungkin aku sudah bukan sahabatmu lagi!" Sarah kembali berteriak.
"Maafkan aku, sebenarnya ponselku rusak. Kamu tahu sendiri, aku hanya seorang pelayan dan uang begitu berharga untukku. Berbeda dengan dirimu!" puji Rissa pada gadis itu.
"Kau mulai lagi, baiklah aku memaafkanmu. Aku akan segera pulang setelah pekerjaan di sini selesai, dan jangan lupa untuk menghubungiku jika terjadi sesuatu!" Sarah mendikte Rissa dengan kata-katanya.
Tut, Sarah sudah mematikan panggilan sebelum Rissa sempat menjawabnya.
Rissa tersenyum melihat ponsel ditangannya. Sahabatnya ini sangat baik hingga di waktu sibuk-sibuknya pun masih menghawatirkan dirinya. Sedikit perhatian seperti ini saja sudah membuat Rissa sangat bahagia.
Sarah adalah sahabat Rissa sejak kecil, gadis itu sangat cantik, pintar dan juga pemberani. Sarah terlahir dari keluarga mampu dan sekarang bekerja sebagai seorang desainer. Sebenarnya Sarah lebih cocok menjadi model daripada seorang desainer. Karena Sarah memiliki tubuh yang ramping dan juga tinggi semampai seperti seorang model.
Rissa berdiri di sebuah mesin air, sudah sepanjang siang gadis itu menunggu kakeknya di rumah sakit. Rissa lalu mengambil segelas air di dispenser dan meminum nya, ia ingin membasahi kerongkongannya yang kering. Kemudian ia melihat jam di tangannya, dan waktu sudah menunjukan pukul 17:00.
Ternyata sudah sore, tidak terasa waktu begitu cepat ... apa Tuan Daniel jadi akan menjemputku? Atau aku pulang sendiri saja dengan naik bis? Hmm, tetapi pasti penuh dengan banyak penumpang. Karena ini jam pulang kerja. Rissa bergumul dengan pikirannya sendiri.
Gadis itu lalu meminum kembali air mineral nya, tiba-tiba seseorang menarik tangannya dari belakang.
"Apa kamu begitu sibuk? Aku menghubungimu berkali-kali, tetapi kenapa ponselmu tidak aktif!" Daniel berteriak dengan marah.
Untung saja gelas yang di pegang Rissa sudah tidak berisi air lagi, karena jika tidak mungkin airnya akan tumpah ke jas Daniel. Itu akan membuatnya semakin marah pada Rissa, pria itu terkenal dengan keegoisannya.
"Oh, itu karena ponselku kehabisan daya baterainya." Rissa berkata setengah berbisik pada Daniel.
"Kenapa kamu berbisik?" Daniel bertanya penasaran dan ikut berbisik.
"Tuan Daniel, kita ini sedang di rumah sakit tolong jaga volume suara Anda." Rissa berkata pelan.
Pria itu baru tersadar jika sudah banyak mata memandangnya sebal, Daniel menarik Rissa kepojokan dan menatapnya tajam.
Oh, gadis ini benar-benar menguji kesabaranku rupanya, batin Daniel.
"Apa kamu tidak menganggapku?" tanya Daniel mengintimidasi Rissa.
"Maafkan aku, tapi aku tidak tahu jika tuan menghubungiku." Gadis itu berkata dengan wajah tertunduk.
"Kenapa kamu selalu beralasan, seperti menghindariku?" Daniel semakin memojokkan tubuh Rissa.
"Tidak, bukan begitu!" Rissa berusaha menahan dada pria itu dengan kedua tangannya.
"Benarkah? Namun, sepertinya memang benar jika kau menghindariku!!" Daniel menatap Rissa dengan mata tajamnya.
"Sungguh, aku tidak bermaksud untuk .... "
Rissa terdiam saat Daniel memandangnya dengan sangat intens. Tiba-tiba pipinya merona dan memerah, Rissa merasa malu ketika Daniel menatapnya. Dengan keras Rissa mendorong tubuh Daniel untuk menghindar, tetapi tenaga pria itu lebih kuat darinya.
Apa maksud semua ini? Kenapa tatapan pria itu membuatku sulit sekali bernafas?
Rissa merasakan tubuhnya terhimpit di antara dinding rumah sakit dan tubuh Daniel. Jantungnya terasa berdegub dengan sangat kencang seakan ingin meloncat dari dalam dadanya. Napas pria itu begitu terasa di depan wajahnya, Rissa takut untuk menatap Daniel. Di kejauhan ada sepasang mata tengah memperhatikan mereka berdua dengan sembari tersenyum.
Kemudian Daniel melepaskan Rissa, sebab melihat gadis itu mulai salah tingkah. "Aku ingin melihat kakek Adam dahulu!" Daniel lalu menyunggingkan senyum kemenangan karena telah berhasil menggoda seorang gadis.
Daniel berjalan pergi ke ruang ICU, Rissa pun berjalan di belakang nya sambil tertunduk. Mereka berdua berniat untuk melihat keadaan kakek Adam, tapi tiba-tiba seorang perawat datang menghampiri keduanya.
"Apa kalian dari keluarga pasien?" tanya perawat.
"Saya cucunya, saya yang akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu!" Daniel tiba-tiba berkata pada susuter itu.
Rissa menatap pria yang ada di sampingnya, ada sedikit rasa tidak percaya ketika mendengar Daniel berkata.
"Dokter Sean mengatakan, keadaan pasien sudah lebih baik dan stabil. Jadi besok pasien bisa dibawa ke kamar, untuk dirawat lebih lanjut di sana. Kalian bisa membawa semua keperluanya nanti." Sang suster bicara tanpa jeda pada Daniel.
"Baiklah. Terima kasih, Suster." Daniel berkata pada perawat itu.
Setelah berbicara panjang lebar suster pun pergi meninggalkan mereka berdua di temapt itu.
"Kenapa Tuan Daniel mengaku cucu dari kakek?" tanya Rissa pada Daniel.
"Sama saja, aku atau kau yang menjawabnya. Sudah jangan dipikirkan," ucap Daniel dengan santai.
Namun, berbeda dengan Rissa, gadis itu menganggap ini tidak baik. Rissa takut nanti jadi omongan banyak orang secara Daniel adalah orang ternama di kota ini. Sedangkan status Rissa dan kakeknya adalah pelayan di mansionnya.
"Tuan Daniel, maaf kita harus meluruskan masalah ini. Aku tahu maksud Anda baik, tetapi aku tidak ingin orang lain mengira kami mengambil keuntungan dari Anda." Rissa menatap pria tinggi di hadapnnya.
"Jangan dibicarakan lagi," ucap Daniel singkat.
"Tuan Daniel, aku belum selesai berbicara." Rissa menarik tangan Daniel ketika pria itu berniat pergi.
"Apa?"
"Aku ... " Rissa ragu untuk berkata, tetapi ia kemudian melanjutkannya lagi. "Aku ingin meminta izin untuk bekerja di luar mansion. Jangan khawatir, aku akan tetap melakukan semua pekerjaan di mansion seperti biasa."
"Apa kamu serius?" tanya Daniel.
Pria itu sedikit jengkel dengan kata-kata Rissa yang seperti meremehkan kehadirannya.
"Aku sangat serius, dan aku juga akan mengganti semua biaya yang kakek pergunakan untuk operasinya. Namun, aku meminta waktu."
"Waktu untuk apa?"
"Untuk bisa menjual toko peningalan orangtuaku. Setelah terjual aku akan segera melunasi semua hutang kami," ucap Rissa penuh percaya diri.
"Baiklah, jika itu yang kau mau. Namun, asal kau tahu uang operasi dan perawatan kakek Adam itu sangat mahal. Walaupun kau menjual dirimu, aku rasa kau tidak akan sanggup untuk melunasinya." Daniel berkata dengan sedikit mengejek pada Rissa, dan ia berlalu pergi dari sana.
Dengan seketika saja hati Rissa terasa hancur ketika mendengar perkataan Daniel. Harga dirinya sebagai seorang wanita terinjak-injak dengan perkataan Daniel. Sesaat yang lalu Rissa berpikir jika Daniel orang yang baik, tetapi sedetik kemudian sikap kejamnya sudah kembali.
Ya, inilah dirimu yang sebenarnya. Seorang Daniel Richardson yang angkuh.
Keduanya pun berjalan pergi dari sana, tetapi Daniel dan Rissa tidak berdampingan. Daniel berjalan di depan dan kemudian Rissa mengekor di belakang tubuh pria dingin itu.
Tap, tap, tap. Suara langkah Rissa lalu terhenti saat mereka melewati UGD untuk ke tempat parkiran mobi
Ngiung, ngiung, ngiung, suara sirene ambulans terdengar sangat nyaring. Seketika wajah Rissa terlihat pucat pasi menyaksikan seseorang terluka dari dalam mobil tersebut.
"Cepat, aku ingin kembali ke mansion. Aku tidak ingin berlama-lama di sini!"
Akan tetapi, gadis itu merasa kepalanya pening dan tiba-tiba sekujur tubuhnya pun terasa sangat lemas. Dunia serasa berhenti berputar, dan tidak lama Rissa kehilangan kesadaranya. Namun, sebelum terjatuh ada tangan kokoh yang sudah sigap menangkapnya sambil memanggil namanya.
"Rissa, Rissa sadarlah!" Suara Daniel memanggil Rissa.
"Ada yang pingsan!" Seseorang berteriak dan memanggil dokter.
"Cepatlah!" Teriak Daniel memanggil dokter.
Dokter pun datang setengah berlari lalu memeriksa Rissa.
"Cepat, bawa ke atas ranjang pasien!" Perintah sang dokter.
Daniel lalu membopong tubuh Rissa.
Bersambung.
Hai, apa kalian suka dengan jalam ceritanya? saya harap kalian menyukai cerita ini dan jangan lupa dukungannya ya gaes😁😁
VOTE dan Comment juga biar saya makin semangat. Terima kasih😚
Maaf TYPO nya dimana-mana& EYD masih berantakan🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Dhina ♑
Ya Allah, Daniel, begitu rendah kamu menilai Rissa 😭😭😭
sususter
tepmat
2021-07-28
0
Jungkook wife
Selalu hadir membawa like untuk karya Author. Salam dari "Istri yang Terabaikan" mari terus saling mendukung. Ditunggu selalu Feedback nya. Terimakasih.
2021-03-26
0
👑
💕💕💕💕
2021-03-24
0