Rissa bingung harus bagaimana dan hari semakin siang, tetapi dia belum mendapatkan uang sama sekali untuk biaya kekeknya. Gadis itu pun tiba di depan sebuah gedung yang menjulang dengan sangat tinggi.
"Apa aku harus meminta tolong padanya? Hanya pria itu yang bisa membantuku!"
Rissa berdiri tepat di depan pintu masuk, ia berjalan memasuki gedung. Terlihat luas dan begitu modern di dalam gedung. Sebelumnya Rissa tidak pernah ke gedung tempat Daniel bekerja. Perusahaan ini bergerak di bidang perbankan, lalu Rissa berjalan menghampiri meja resepsionis.
"Nona, selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa seorang resepsionis dengan sopan.
"Saya mau bertemu dengan CEO Daniel Richardson," ucap Rissa.
"Apa sebelumnya Anda sudah membuat janji?" Resepsionis bertanya.
"Belum, tetapi aku ingin bertemu dengannya. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengannya." Dengan polosnya Rissa berkata.
"Maaf, jika Anda belum membuat janji akan sulit bertemu dengan CEO." Resepsionis berkata lagi pada Rissa.
"Ini sangat mendesak, aku mohon." Wajah Rissa terlihat sangat memelas.
"Jika begitu, saya akan menghubungi sekretarisnya dahulu untuk menanyakannya. Mohon tunggu sebentar," ucap resepsionis.
Rissa menunggu sesaat denganbperasaan sesikit cemas, tetapi tidak lama resepsionis itu berkata.
"Menurut sekretarisnya, sekarang CEO sedang rapat dengan seseorang. Mungkin sore hari baru selesai," ucap resepsionis lagi.
"Ya, aku akan menunggu. Tolong beritahu aku jika CEO sudah selesai rapat," ucap Rissa sangat berharap.
"Silakan duduk, Nona."
Rissa duduk di ruang tunggu, dilihat nya jam sudah menunjukan pukul dua siang. Rissa berharap akan bertemu Daniel secepatnya.
Semalam Daniel tidak pulang kemana dia pergi? Apa Daniel tidur dengan gadis yang dicumbuinya itu? batin Rissa.
Rissa teringat adegan di mana Daniel mencium mesra gadis yang sedang duduk dipangkuannya.
Tidak terasa hari sudah sore, sudah banyak pegawai pulang dari kantor ini. Rissa menunggu sudah empat jam lebih, ia pun berdiri mendatangi meja resepsionis dan kemudian menanyakannya kembali.
"Nona, maaf. Apa Tuan Daniel sudah selesai rapat?" tanya Rissa cemas.
"Baru saja, Tuan Daniel selesai rapat. Namun, beliau berkata sedang tidak ingin menerima tamu. Jadi CEO langsung pergi," jawab nona resepsionis itu.
"Ke mana Tuan Daniel pergi?" tanya Rissa.
"Maaf kami tidak tahu, Nona."
"Ya sudah, jika begitu. Terima kasih," ucap Rissa.
Gadis itu mencoba menghubungi Daniel berkali-kali, tetapi Daniel tetap tidak mengangkat panggilannya.
"Apa ponsel ini rusak, bagaimana ini apa yang harus aku lakukan?" Rissa menatap ponselnya dengan kesal.
Rissa sangat resah masalah nya jika dia tidak mendapatkan uang 100 juta maka kakeknya akan di keluarkan dari rumah sakit. Malam ini, hujan pun kembali dengan deras membasahi bumi seperti kemarin.
"Kenapa setiap malam turun hujan?" Rissa lalu berlari mengejar bis.
Rissa pulang ke mansion dengan pakaian basah. Gadis itu pun cepat pergi ke dalam, Rissa lalu menaiki anak tangga menuju kamar Daniel di lantai dua. Ia sangat berharap jika pria itu berada di sana.
Malam ini apa pun yang terjadi, aku harus mendapatkan uang untuk perawatan kakek, batin Rissa.
Rissa memasuki kamar Daniel dengan cemas dilihatnya sekeliling kamar, rasa takut menyelimuti dirinya. Terlihat remang-remang di dalam kamar, hanya ada sedikit pantulan cahaya lampu dari luar. Rissa melihat siluet seorang pria tengah duduk sembari memegang segelas Red Wine.
Akhirnya, benar dugaan Rissa. Pria itu ada di dalam kamarnya. Seorang pria berwajah tampan dengan alis tebal, hidung mancung, dan rahang yang kuat juga tegas. Pria itu adalah Daniel Richardson, seorang pria yang membuat hidup Rissa seperti naik Roller Coaster.
"Maaf aku masuk tanpa permisi," ucap Rissa pelan.
"Ada apa kau ke sini?" Daniel bertanya dengan dingin.
"Bisakah kau membantuku kali ini saja?" Rissa terlihat cemas.
Daniel lalu berkata. "Bukankah kau tidak membutuhkanku?"
"Aku akan melakukan apa saja, aku mohon padamu." Rissa terlihat memelas.
"Apa balasannya untukku jika membantumu?" Daniel menggoyang-goyangkan gelas Wine di tangannya dan kemudian ia menghirup aromanya.
Malam ini aku melakukan kesalahan dengan membangunkan seekor singa yang lapar, batin Rissa.
Rissa mendatangi Daniel yang sedang duduk santai di sofa, perlahan Rissa berjalan ke arah Daniel. Kemudian dengan cepat ia menenggak habis isi gelas yang di pegang Daniel. Sebentar saja gadis itu sudah merasa pusing, tanpa ragu dan malu Rissa duduk di atasvpangkuan Daniel lalu mencium pria itu.
Walau udara sedang dingin, tetapi Rissa merasakan tubuhnya sangat panas. Dengan sedikit kesadaran yang masih tersisa, Rissa melepaskan kaitan branya.
Daniel membalas ciuman Rissa, sementara itu tangan kokoh Daniel memegang pinggang dan payu**dara Rissa. Daniel menikmati dan menyentuh semua bagian tubuh Rissa.
"Aah." Rissa mende**sah, gadis itu tidak sadar karena sudah mabuk.
"Cukup untuk malam ini, Sayang. Aku tidak ingin merusakmu terlalu jauh." Daniel tersenyum, karena rencananya berjalan lancar.
Selanjutnya, Daniel membopong tubuh Rissa dan membaringkannya di tempat tidur. Kemudian Daniel membuka semua pakaian Rissa yang basah karena air hujan.
"Kamu sungguh cantik, Sayang." Daniel lalu memeluk tubuh polos Rissa, dan ia tidur bersama dalam satu selimut.
...****...
Keesokan paginya di mansion.
Rissa berangsur sadar dari tidur lelapnya, lalu ia memijit pelipisnya yang terasa sedikit sakit. Gadis itu berusaha untuk mengingat-ingat kejadian semalam. Namun, terasa ada tangan yang sedang memeluknya dari belakang. Rissa langsung membalikkan tubuhnya untuk menghadap pada seseorang.
"Daniel!" Rissa sangat terkejut hingga terjatuh ke lantai, gadis itu baru sadar tidak memakai apapun.
Rissa menutup tubuhnya dengan selimut, ia lalu berjalan memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai. Gadis itu merutuki kebodohan dirinya sendiri.
Namun, belum sempat Rissa memakai pakaiannya. Sayup-sayup terdengar suara ponsel berdering di dalam tasnya. Dengan cepat ia menjawab panggilan dari seseorang diponselnya.
"Halo?" Rissa mengangkat panggilan seseorang.
"Halo, selamat pagi. Apa ini dengan nona Rissa? Saya Suster dari rumah sakit," suara seorang perawat menyapa dengan ramah.
"Selamat pagi, ya. Dengan saya sendiri," jawab Rissa pelan.
"Tuan Adam hari ini bisa di bawa ke kamar pasien untuk perawatan. Jadi bisakah Anda datang hari ini?" Suster bertanya.
"Maaf, tetapi saya belum mengurus administrasinya!" Rissa menunduk.
"Oh, administrasinya sudah di urus semua, oleh seseorang pagi ini. Baiklah jika begitu kami tunggu kedatangan, Anda." Suster lalu menutup panggilan nya.
Rissa menatap Daniel dengan masih memegang selimut yang menutup tubuhnya. Pikirannya berputar-putar, tidak sengaja mata mereka bertemu pandang.
Hening.
Daniel beranjak dari tempat tidur dan mendatangi Rissa yang terpaku, lalu Daniel memeluk tubuh Rissa dengan hangat.
"Sayangku, kenapa kamu terlihat bingung?" Daniel memeluk tubuh kecil itu.
"Daniel, apa yang terjadi semalam?"
"Apa kamu tidak ingat?"
"Tidak, apakah kita?"
"Tenanglah kita tidak melakukan apa-apa!"
"Benarkah?"
"Lihatlah aku masih memakai pakaian, apa kamu berharap aku melakukan sesuatu padamu?" Daniel tersenyum menggoda Rissa.
Rissa memukul dada Daniel.
"Rissa, maukah kau menikah denganku?" Daniel mengulang kembali perkataannya.
Rissa terdiam.
Sebenarnya aku ingin sekali meninggalkan mansion ini suatu hari nanti dan terbebas dari rasa dendam seseorang, batin Rissa.
Bersambung.
Haiii ...
Apa kalian menyukai cerita ini? mohon dukungan nya ya. Jangan lupa VOTE dan Commentnya jangan jadi silent reader🙏🙏 tinggalin jejak dikit lah buat akyu biar semangat😉.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Dhina ♑
Di balik sifat dinginmu, wahai Daniel....kamu begitu penuh kelembutan dan kasih sayang....semoga Rissa bahagia
2021-04-12
0
Jungkook wife
Hadir kembali membawa like nya. Salam dari "Istri yang Terabaikan" Mari saling memberikan dukungan. Tetap semangat berkarya Author.
2021-03-28
0
👑
💕💕💕💕
2021-03-24
0