Jangan menangis lagi
Malam telah tiba, Gelap sudah merata mewarnai langit. Adam dan Kania menginap di rumah pak Supripto. Mereka tidur di satu kamar sempit yang dindingnya adalah tepas. Kania tidur diatas tempat tidur yang terbuat dari anyaman bambu, sedangkan Adam, ia lebih memilih untuk tidur di atas tikar
Rumah pak Supripto sangatlah sederhana, rumah yang berdinding tepas, atap dari anyaman daun sagu, dan lantai yang masih berlapisi tanah.
Kania sedang rebahan di atas tempat tidur, ia merasa kakinya sakit. Seharusnya kalau di kota, kaki Kania sudah di pasang gips dan tidak bisa digerakkan kurang lebih sebulan. Tapi karena ini pelosok, jangankan gips, mendapat perawatan medis saja sudah syukur. Kania menatap langit langit kamar, ia sedang menyusun rencananya untuk kedepannya nanti. Ia sudah muak dengan pernikahan poligami ini, ia capek. Ia letih menjadi orang yang selalu disalahkan
Aku tau jelas bagaimana Mas Adam memperlakukan kak Jira dengan begitu lembut. Sudah sebulan lebih kami menjalani pernikahan poligami ini, dan dari awal sampai sekarang aku yang terus dianggap salah. Aku yang dianggap tak pernah ada, aku yang hanya dipandang sebagai pajangan.
Memang aku tidak mengharap banyak. Tapi, kalau aku diperlakukan seperti ini terus, jujur, aku gak sanggup. Aku ingin segera keluar dari ikatan pernikahan ini. Aku mau cerai. Aku muak. Aku gak mau dianggap sebagai orang yang disalahkan sampai akhir. Aku juga mau bahagia
Aku juga ingin menikah dengan orang yang mencintaiku, dan yang kucintai. Aku ingin memiliki rumah tangga ku sendiri dan hidup sampai tua dengan aman dan nyaman.
Hati Kania rasanya sudah penuh dan sesak. Ia setiap harinya harus melihat bagaimana suaminya memperlakukan madunya dengan begitu lembut. Perlakukan yang sangat mustahil bisa diterima Kania dari seorang Adam.
Pernikahan ini hanyalah kesalahan. Dan kesalahan harus segera diakhiri
Tapi bagaimana caranya aku bisa keluar dari ikatan ini. Ahh kan mas Adam sendiri yang kemarin bilang akan menceraikan diriku, apa aku tunggu dia yang sendiri mengatakannya ya. Tapi kapan dia akan katakan itu.... aku udah gak sanggup!.
Kalau saatnya nanti aku sudah cerai, aku akan menyandang status janda.
Rata-rata orang seumuran ku sudah merintis dan memulai karirnya, tapi aku malah terjebak pernikahan yang rumit ini. Aku harus menikah dengan seorang yang untuk melihat ku dengan tatapan normal pun tidak pernah. Kenapa dunia tidak adil padaku, kenapa harus aku yang sakit. Kenap aku menerima kesialan ini padahal aku tidak pernah menanamnya sedikitpun.
Kania memejamkan matanya, kesesakan hatinya meluap dan mencair dari lubang matanya. Ia menangis tanpa suara, supaya Adam tidak tahu. Supaya Adam tidak mendengar, dan melihat dirinya yang lemah ini
Ini terakhir aku menangis karena dia, kedepannya air ini tak akan pernah menetes lagi, apalagi hanya untuk menangisi laki-laki seperti Mas Adam.
Urgh.. tapi saat ini aku sangat butuh bantuannya, aku.... mau... pipis. Astaga... kata-kata apa yang harus kukatakan nih... masa iya aku minta dia buat temani aku buang air kecil....
Kania memiringkan kepalanya, untuk melihat Adam yang tidur dibawah. Ia melihat, Adam sudah memejamkan matanya. Apa dia sudah tidur? pikir Kania. Tapi air urin yang sudah diujung tak lagi tertahankan.
"Mas" Panggil Kania dengan suara pelan
"Apa" Adam menjawab ketus
Oh... dia belum tidur
"Mas aku mau pipis" Ucap Kania malu-malu
"Jadi?!" Adam membuka matanya menatap lekat wajah Kania
"Emm.. a.. antar"
Adam tidak menjawab, ia memiringkan tubuhnya membelakangi Kania
"Masssss" Rengeknya. "Udah gak tahan mas" Katanya lagi
"Kau gila ya, masa aku yang antar!" Bentak Adam dengan suara pelan. Supaya Pak Supripto dan istrinya tak terganggu
"Kalau gak kamu siapa lagi Massss, masa pak Supripto!" Ucap Kania geram. Ia menatap jengkel wajah Adam
Adam diam, ia tak lagi bisa mengeluarkan kata-kata untuk menentang perkataan Kania. Benar juga, wajar jika Adam yang mengantar Kania buat buang air kecil, apalagi saat gadis itu dalam keadaan sakit.
Masa aku sih.. aaggrhhh.....apa yang harus kulakukan ini. Adam
"Ayolah mas... aku udah gak tahan" Rengek Kania. Air urin sudah sampai di ujung labuhannya
"Cih" Adam mendengus. "menyusahkan" Katanya lagi sambil berdiri dan mengulurkan tangannya kedepan Kania.
"Berdiri cepat!" Ujar Adam sebal. Mendengar itu Kania menyerngitkan dahinya heran
Apa dia tidak lihat kakiku sedang sakit!
"Kakiku kan Sakit mas"
"Huh!" Adam menghembuskan napasnya kesal. Ia berdiri dan menggendong tubuh Kania, gendongan ala bridal style. Ia berjalan dan keluar dari kamar
"Cepat mas.. gak tahan lagi" Ucap Kania gak sabaran
"Sabar bodoh! memang kau tau kamar mandinya ada dimana" Ucapnya. Adam mengedarkan pandangannya menyapu ruangan tersebut. Hanya ruangan kecil yang dapur dan ruang tengah bercampur menjadi satu. Penerangan rumah ini hanya lampu teplok, yang bergantungan di sudut sudut ruangan.
"Masss cepat... kau mau aku kencing di gendonganmu" Kania mulai mengancam, ia sudah sampai pada batasnya
"Kau jangan coba-coba Kania!" Bentak Adam dengan suara pelan tapi penuh tekanan. "Kau mau mati!" Ia menatap tajam pada gadis itu
"Makanya cepat mas... aku gak tahan lagi... udah mau keluar" Ujar Kania, ia mencengkram lengan baju Adam
Adam melangkahkan kakinya menuju pintu, ia membuka pintu itu perlahan dan berjalan keluar. Di luar, Adam mengedarkan pandangannya, ia melihat sesuatu yang ditutupi oleh kayu dan terpal.
Apa itu kamar mandinya?. Adam berjalan mendekati sesuatu yang terlihat seperti kamar mandi. Adam menendang pelan pintu itu, ternyata benar, itu adalah kamar mandi
"Sana cepat" Ucap Adam
"Kakiku sakit Massss.. gak bisa jalan" Ucap Kania
"Terus mau mu apa!" Bentaknya sambil meremas lengan Kania
"Urgh.. sakit mas!" Kania marah, ia melototkan matanya menatap ke arah Adam
"Kau tidak menginginkan matamu lagi!" Ucap Adam tidak suka. Ia benci saat ada orang yang melototi dirinya
"Bantu aku pipis masss" Akhirnya Kania yang mengalah, ia melembutkan suaranya... dan menundukkan kepalanya
Sial! Kenapa dia ini sangat merepotkan sih. Adam jongkok, ia Berjongkok sambil tetap menggendong tubuh Kania.
"Cepat!"
"Bentar mas"
Adam memalingkan pandangannya, saat Kania berusaha membuka celananya.
Urgh malu banget, rasanya ingin tenggelam di dasar bumi paling dalam.....Kania
Aku ini sedang apa sih! Adam
"Mas"
"Apa lagi" Ucapnya tanpa melirik
"Emm.. aku... belum bebersih" Ujar Kania malu-malu
Mendengar itu Adam melototkan matanya, ia langsung menatap tajam ke wajah Kania.
"Apa maksudmu berkata seperti itu!" Bentaknya
"Kan risih mas"
"Berdiri saja kau tidak bisa!" Katanya. "Kau pikir aku mau melakukannya!"
Cih... aku juga gak mau kau sentuh sialan. Kania
Adam langsung berdiri, ia tidak menghiraukan apa yang dikatakan Kania tadi. Ia berjalan kembali masuk ke dalam rumah pak Supripto.
Sudahlah Kania, dia yang mau membantumu saja adalah suatu mukjizat. Kania
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
SariRenmaur SariRenmaur
ya Allah.. tegaa nya adam itu idtri lho bukan puaraan sungguh akan menyesal kamu nanti adam..
2021-05-18
0
bunda aryuta
cerai aj kania itu lbh baek dech
2020-12-24
0
Jeni Safitri
Kania sabar ya tapi aku ngk suka kamu masih mengharapkan cinta adam, udahlah menyerah ya.. Cari kebahagianmu diluar sana, biarkan suatu saat nanti adam menyadari kesalahannya
2020-12-21
2