Penduduk Yang Ramah
"Mas.. mbak" Ucap seorang, bermaksud membangunkan Adam dan Kania.
"Bangun.. sudah pagi" Ucap seseorang itu sembari mengguncang pelan lengan Adam
Karena ada yang mengguncang tangganya, Adam menggeliat dan mulai sadar dari tidurnya. Adam membuka matanya perlahan, mengumpulkan nyawa yang masih berlarian. Ia melihat sekitar, terlihat banyak sekali orang yang sedang mengelilingi mereka. Sontak Adam terkejut. Ada apa ini?, pikirnya. Ia melirik Kania yang masih tertidur di pelukannya, di dalam dadanya.
"Hei, bangun cepat!" Bisik Adam di telinga Kania. Dan itu membuat gadis itu menggeliat, ia membuka matanya. Menguceknya mengumpulkan kesadaran
"Emm.. iya mas" Ucap Kania, ia bangun dan bersandar ke dinding, masih dengan mata yang tertutup. Adam tidak menggubris apa yang dikatakan Kania tadi, ia langsung berdiri, dan berkata.
"Maafkan kami" Ucap Adam pada semua orang itu
"Semalam hujan, jadi saya membuka pintu gereja secara paksa. Untuk berteduh didalamnya" Ucapnya lagi sambil membungkukkan kepalanya
"Tidak apa-apa pak" Ucap seorang bapak dengan ramah, ia mendekat ke arah Adam
"Kalau hujan, memang daerah sini selalu banjir, datarannya rendah, sudah biasa" Kata bapak itu sambil tersenyum
"Jadi kami semua datang berniat untuk gotong royong membersihkan gereja ini bersama" Ucap bapak itu lagi, ia tersenyum lebar pada Adam. Adam pun membalas senyuman bapak tadi. Lalu ia menoleh pada Kania
Adam memberi isyarat mata pada Kania. Seperti berkata, Berdiri kau! kira-kira itu isyarat dari gerakan mata Adam. Kania menyadari apa isyarat mata dari suaminya tadi, dan ia berkata
"Kaki ku sakit mas" Ucap Kania dengan suara sangat pelan. Lalu ia menunjukkan kakinya yang sakit, dengan ekor matanya. Adam pun ikut melirik. Tidak hanya Adam, tapi semua orang yang ada di ruangan itu sontak melirik pada kaki Kania. Mereka melihat kaki Kania yang bengkak dan agak kebiruan.
Semalam kan gak begitu, apa keseleonya parah ya. Pikir Adam. Ia berjongkok mendekati kaki gadis itu
"Coba berdiri" Katanya. "Aku bantu" Ucapnya lagi
"Gak bisa mas.. sakit" Ucap Kania, ia menatap lurus ke wajah pria itu
"Coba mas, mbaknya dibawa ke rumah saya dulu" Ucap seorang ibu, ia berjalan mendekat. "Sepertinya ada tulang yang geser deh.. lihat, bengkak gitu" Kata ibu itu lagi
Adam melihat sekeliling, semua terlihat sedang mengangguk. Seperti berkata, iya mas.. lihat, kaki mbaknya bengkak dan biru. Kira-kira seperti itu lah yang terlihat di raut wajah orang banyak itu
Adam mengarahkan tangannya, dibelakang lutut dan pundak Kania. Ia berdiri sambil mengangkat tubuh gadis itu. Lalu matanya menoleh pada ibu yang tadi
"Mari, saya antar" Ucap sang ibu sambil tersenyum. Ia berjalan lebih dulu dan diikuti Adam dari belakang
***
Dirumah si ibu, Kania sedang duduk di sebuah tempat tidur yang terbuat dari bambu. Ia meluruskan kakinya dan menyandarkan punggungnya ke sandaran tempat tidur. Sedangkan Adam, ia diluar. Sedang berbincang dengan bapak rumah tangga empunya rumah itu. Supripto namanya
Penduduk sini sangat ramah, aku baru ini jumpa, tapi mereka berbaik hati dan mau menolong. Mereka juga tidak ada menyinggung tentang aku yang membuka paksa pintu gereja itu. Pikir Adam
"Namanya siapa nak?" Ucap pak Supripto. Iya senyum, Adam juga senyum
"Adam pak"
"Kalau saya boleh tau, Adam rumahnya di mana?" Kata bapak bertanya
"Saya tinggal di kota xxx pak"
"Lah.. itukan jauh, kenapa kalian bisa sampai ke daerah pelosok seperti ini?"
Pak Supripto bingung, kenapa orang kota bisa sampai ke daerah pelosok seperti ini. Daerah pak Supripto bukanlah daerah wisata. Desanya hanyalah desa kecil yang terletak di tengah hutan, dan dikelilingi oleh gunung dan bukit. Jadi kalau hujan, kerap terjadi tanah longsor.
"Saya sedang liburan pak" Ucap Adam."Bersama istri saya" Lama baru akhirnya ia mengatakan itu.
"Liburan di sini?" Bapak bertanya heran
"Eh" Katanya. "Enggak pak, di villa xx" Ucapnya sambil nyengir
"Cara kembali ke villa itu bagaimana ya pak?" Adam nanya
"Jauh, naik bemo" Ucap pak Supripto. "Kalian kenapa bisa sampai ke daerah sini?" Tanyanya lagi
Apa yang harus kujawab nih. Masa iya aku jujur?!
"Hanyut pak, di sungai" Katanya. "Kemarin kami main air di sungai" Ucap Adam bohong
"Oh iya, kalian belum makan kan?" Mendengar itu Adam mengangguk malu. "Hayuk" Ucap bapak sambil berdiri, ia berjalan lebih dulu dan diikuti Adam dari belakang
***
Adam dan Kania sudah makan bersama dengan keluarga pak Supripto. Ia hanya tinggal berdua dengan istrinya, Ayu namanya. Hanya makanan sederhana yang mereka makan. Ubi kayu di gulai dengan santan kelapa. Jujur baru kali ini Adam dan Kania makan makanan seperti itu. Tapi lidah mereka tidak menolak makanan itu, cita rasa pedas, dan lembutnya ubi kayu yang telah dimasak. Membuat lidah mereka meronta ronta minta tambah
Kini Adam sedang menemani kania(Walau terpaksa sih). Kania sedang di pijat oleh bik Asih, tukang urut di desa itu. Bi Asih dengan telaten memeriksa kaki kania
"Bagaimana bi?" Bu Ayu bertanya. Ia dan pak Supripto berdiri di belakang Adam. Adam duduk di atas tempat tidur bambu, samping Kania.
Kania menyerngit menahan sakit, saat bi Asih memeriksa kakinya. "Pergelangan kakinya geser" Ujar bi Asih, menatap lurus ke arah Adam
Mendengar itu Adam tidak bergeming, menemani Kania pun ia lakukan dengan terpaksa. Yang ada dipikirkannya saat ini adalah cara untuk kembali ke kota, ia muak berlama-lama bersama Kania.
"Coba saya urut ya non" Ucap bi Asih, ia mulai menggerakkan jari-jarinya. Kania memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya, menahan sakit yang menjalar di pergelangan kakinya itu.
"Awwwwww...sa.. sakitttt biii" Ucap Kania dengan suara gemetaran, air matanya mulai mencair
"Tahan ya non, biar cepat sembuh" Ujar sang bibi menenangkan, jemarinya tak berhenti memberi tekanan dan pijatan di kaki Kania.
Sungguh rasa sakit tak lagi tertahankan. Adam yang duduk di samping Kania menoleh ke arahnya. Ia menatap dengan tatapan tidak suka
Kau sangat menyusahkan, gara-gara kau aku jadi ikut tertahan disini. Pikirnya
Kania tak henti-hentinya meringis, tanpa ia sadari jemarinya menggenggam erat jemari Adam. Sontak Adam terkejut, ia langsung melirik ke arah tangan Kania. Lalu matanya menatap tajam ke arah gadis itu. Karena pak Supripto dan istrinya berdiri di belakang Adam, jadi mereka tidak menyadari tatapan mata Adam pada Kania. Tapi sungguh itu adalah tatapan yang sangat mengerikan, tatapan benci, jijik, sebal bercampur dalam satu lirikan, seperti akan mencabik-cabik habis tubuh orang yang ditatapnya.
...----------------...
Halo saya Asih sunkar, bukan bi Asih tukang urut yee 🤪. Maaf saya lama up, karena saya beberapa hari ini saya demam, bukan covid ya, syukur enggak 😌.
Kania akan Up beberapa bab lagi, di tunggu ya, jam nya saya gak tau kapan, karena saya juga ngetik di tempat pkl(derita anak smk) Salah satu kantor di kota Medan. (Maaf juga buat kk kk author yang belum saya kunjungi, saya pasti akan kunjungi balik kok. he he)
Like, Rate dan komen. Vote juga Yah...
~Asih sunkar
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Ema Maysaroh
yang saya bingung diawal katanya najira menjebak karena ingin pasangan yg lebih materinya dr adam,tp kok malah dia mau jd madunya kania gmn sih jd bingung jalan ceritanya
2021-06-25
0
SariRenmaur SariRenmaur
adam. tegaa sekali sama istri
2021-05-18
0
Siti Jumriani
semoga Adam memergoki kelakuan najira
2021-03-18
0