Bulan Madu
Hari ini lah harinya, perjalanan bulan maduku bersama Mas Adam. Aku sudah mengepak perlengkapan ku dan Mas Adam untuk satu bulan kedepan. Tapi sebelum itu, kami pergi dulu ke rumah sakit untuk berpamitan dengan kakek.
Di ruangan kakek, seperti biasa, aku mengupas kulit jeruk untuk kakek. Sepertinya ia sangat suka buah itu.
"Ingat, kalian harus memberi banyak cicit untuk kakek" Kakek bilang begitu padaku. Saat mendengar itu, serasa tubuhku menjadi kikuk dan membeku. Aku bingung harus menjawab apa, jadi aku hanya tersenyum canggung untuk menjawab keinginan kakek tadi.
Mas Adam yang duduk di sofa sambil bermain ponsel, tidak menggubris apapun yang aku bicarakan dengan kakek tadi. Ia seperti tenggelam dalam dunianya sendiri. Jarinya lihai mengetik layar ponsel, sesekali ada senyum yang muncul di garis bibir Mas Adam, senyum yang tidak pernah ditunjukkan padaku, Ahh apa yang kupikirkan si. Entah dengan siapa dia berbalas chat, aku tidak tau. Mungkin saja itu kak Jira
Tempat bulan madu kami kakeklah yang pilih. Suatu villa yang terletak di daerah xx, yang katanya tempatnya sangat dingin. Kakek memilih tempat sesuai seleranya kali ya. Vila ditengah pulau yang sekelilingnya adalah bukit dan gunung. Itulah tempat yang akan kami datangi
Awalnya Mas Adam ingin membawa kak Jira pergi bersama kami, tentunya tanpa sepengetahuan kakek ya. Tapi tidak jadi, kenapa? Karena kami tidak pergi berdua, melainkan tambah satu jiwa yaitu pak Guntur, orang kepercayaan kakek selain sekretaris Adi. Pastinya pak Guntur akan menjadi mata dan telinga kakek saat kami pergi bulan madu. Ahh kakek, ada ada saja
Tapi jujur aku senang pak Guntur bisa ikut dengan kami. Karena jika tidak, perjalanan bulan madu ini akan menjadi bulan madu Mas Adam dan kak Jira. Sedangkan aku? Jadi nyamuklah tentunya.
Mobil kami melaju, membelah jalan di segala keramaian kota. Pak Guntur duduk di kursi pengemudi, dia yang menyetir. Sedangkan aku dan suamiku duduk di belakang. Jujur aku menganggap kalau ini bukan bulan madu, melainkan hanya jalan jalan biasa. Karena ku tau, bulan madu itu tidak akan pernah ada di antara aku dan dia.
Mas Adam yang duduk di samping ku sedari tadi sibuk dengan ponselnya. Aku lihat sedikit dengan ekor mataku, kalau dia sedang mengecek Email yang dikirimkan oleh sekretaris Adi. Yah, sudah bisa kutebak kalau itu mengenai perusahaan. Ahh, apa dia memang benar sangat sibuk? Kalaupun iya, dia rela melakukannya bulan madu ini demi menuruti keinginan sang kakek. Dari situ jelas kita dapat melihat bahwa pria ini sangat menyayangi kakeknya.
Jadi, apakah ia juga akan mengabulkan keinginan kakek untuk mempunyai cicit. Ahh, aku tidak mau memikirkannya, tidak mau!
Aku memandang keluar, dan terlihatlah sawah yang membentang lebar. Sungguh cantik, kalau dikota kita tidak akan bisa melihat hal sekeren ini. Bagiku keren ya, kalau bagimu tidak, jadi fix, kita gak satu selera.
Sepertinya kami sudah sampai di pinggiran kota. Kebun teh yang luas merata kulihat di kiri dan kanan. Aku melirik Mas Adam lagi, kini dia sedang memandang keluar jendela yang ada di sampingnya. Aku menutup mataku, perjalanan ini sungguh membosankan.
Aku merasa ada yang ada yang mengguncang tubuhku secara pelan, samar samar ada juga yang memanggil manggil aku. "Nona.. nona bangun" Kubuka mataku perlahan, yang pertama kulihat adalah pak Guntur.
Apa aku ketiduran?
"Eh, iya pak? " Tanyaku sambil mengucek mata
"Kita sudah sampai nona" Jawab pak Guntur. Ia membuka lebar pintu mobil untuk ku. Aku melirik ke samping, dia tidak ada lagi disana
"Mas Adam dimana pak?" Aku nanya
"Tuan sudah masuk duluan, nona" Kata pak Guntur sambil membantu aku membawakan koper yang aku pegang.
Kami melangkah masuk ke villa yang lantai dan dindingnya adalah kayu. Villa kayu yang bentuknya unik dan elegan. Sekelilingnya adalah pohon, dan udara disini sungguhlah segar
Saat melihat pemandangan disini, rasa capek karena perjalanan jauh tak lagi terasa. Mataku sungguh segar saat melihat keindahan tempat ini. Hemm, Selera kakek lumayan juga.
Aku berjalan masuk. Pak Guntur mengikuti aku dari belakang, dan menunjukkan dimana kamarku berada. Kata pak Guntur, dia akan datang pagi, siang, dan menjelang malam, untuk mengantar makanan kami. Karena yang aku lihat, permukiman penduduk sangat jauh dari sini. Sekeliling Villa ini adalah hutan, yang terletak di dataran tinggi pegunungan. Jadi saat kita ingin melihat matahari terbit dan terbenam, kita tinggal berdiri di saja di dekat jendela dan tunggu alam melakukan kerjanya.
"Silahkan nona" Kata pak Guntur menunjukkan pintu kamarku. Villa ini dirancang hanya memiliki satu kamar, Jadi mau tidak mau, aku harus satu kamar dengan suamiku.
Aku masuk dan melangkah ke dalam. Didalam, aku tidak melihat Mas Adam disana. kemana lagi dia pergi, pikirku sambil mengedarkan pandanganku. Kujatuhkan tubuhku ke atas ranjang, mataku menatap atap, seperti sedang menerawang.
Disini cuma ada aku dan Mas Adam, apa yang akan terjadi ya?. Apa jangan jangan kak Jira akan datang tiba tiba lagi?. Ahh, kalau iya, aku nanti tidur dimana coba, masa diruang tengah!
Tidak lama, aku mendengar suara air mengalir dari kamar mandi. Apa Mas Adam lagi mandi ya? Pikirku. Entah apa yang kupikirkan saat itu, tapi intinya aku ingin menjalankan tugasku sebagai istri.
Aku beranjak dari tempat tidur, dan membuka koper berisi pakaian Mas Adam. Aku berniat menyiapkan pakaian untuk suamiku, aku mengambil kaos warna putih, dan celana santai selutut yang warnanya senada dengan kaos pilihanku tadi. Tak lupa pakaian dalamnya juga, aku meletakkan semua itu diatas ranjang.
Setelah itu aku duduk di atas ranjang. Menyandarkan punggung dan meluruskan kaki, sambil bermain hanphone. Tak lama kemudian, Mas Adam keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai jubah mandi. Aku melirik sedikit dengan ekor mataku. Dan terlihatlah dadanya yang putih bersih dari sela sela jubah mandi yang membalut tubuhnya. Rambutnya yang basah membuat dia terlihat sangat cool.
Dia menatap kearahku, mata kami bertemu. Eh, ada apa ini. Hei Hei jantung, tenanglah sedikit!. Dia mendekat ke arah ranjang, deg.. apa yang ingin dia lakukan, pikirku. Seketika wajahku terasa panas. Mas Adam mengambil pakaian yang tadi aku siapkan, serta matanya tetap menatap ke arah ku. Mas Adam memegang pakaian itu, dan memutar tubuhnya berjalan ke arah kamar mandi. Mataku menatap lekat punggungnya yang menjauh.
Didepan pintu kamar mandi, ia memberhentikan langkahnya dan menatap ke arahku lagi.
"Kau jangan berharap aku akan menyentuh mu" Katanya
"Ini hanya jalan-jalan, kau jangan berharap lebih!" Ucap Mas Adam dingin. Tatapannya sungguh tidak bersahabat. Tangannya sudah memegang hendel pintu
"Dan, kau tidak usah melakukan tugas seorang istri. Aku tidak perlu" Katanya lagi kepadaku. Setelah itu ia menghilang dibalik pintu yang tertutup
Saat itu sungguh aku merasa sebal dengan apa yang ku perbuat tadi. Lagi pula kenapa coba aku malah menyiapkan pakaiannya, kalau aku tau dengan jelas kalau dia tidak menyukai kehadiran ku di dekatnya. Aku yang bodoh, yang kubuat tadi hanya pekerjaan sia-sia.
***
Aku duduk di meja kecil yang ada di balkon, sambil baca novel dan coklat panas yang menemani. Jika malam hari, suara jangkrik yang terdengar, serta siulan angin yang berhembus membuat dahan dan rumput bergoyang.
Mas Adam bilang kalau dia akan tidur di sofa ruang tengah, dan aku yang dikamar. Kukira aku yang akan disuruh tidur di sofa, ternyata dia masih punya hati.
Di sofa, Mas Adam tiduran sambil menaikkan kakinya ke sandaran sofa, ia menatap langit langit seperti sedang berpikir keras.
Permintaan kakek ini terlalu berat, aku gak sanggup ngelakuinnya. Benar aku gak bisa melakukannya, aku gak sudi menyentuh wanita itu.
Mas Adam duduk, ia memijit tengkuknya yang terasa pegal karena tidur di sofa. Aku harus cari cara lain. Pikirnya kemudian
Ahh, iya, kan bisa suntik ******. Mas Adam kegirangan, ia seperti mendapat oase di padang gurun. Ia meraih ponselnya, membuka internet. Mencari tau tentang proses penyuntikan ******
Mata Mas Adam membulat, ternyata prosesnya tidak simpel, tapi sangat panjang dan harus dilakukan dengan hati hati. Harus melewati pemeriksaan terhadap kedua pasangan dan masih banyak tahap yang lainnya.
Arggghhh. Mas Adam mengacak rambutnya kesal.
"Ahh, apa dilakukan nanti setelah pulang ke kota ya. Kalau disini mustahil, rumah sakit aja disini gak ada. Apa yang harus kulakukan nih" Ucap Mas Adam sambil menepuk jidatnya merasa sial
Lalu seperti ada bola lampu pembawa ide yang tiba tiba muncul. Ia menemukan satu cara jitu, menurutnya ya, kalau bagiku, itu sangat merugikan
Aku ingat dulu betapa gatalnya dia telah memperkosa diriku, pasti cara ini tidak keberatan baginya. Pikir Mas Adam. Dia tetap menganggap aku wanita gatal, walaupun aku telah menjelaskan semuanya. Ahh, sudahlah, dia memang tidak pernah percaya padaku. Tidak hanya dia, orang tua ku saja tidak mempercayai ku
Ia kembali mengambil ponselnya, dan menghubungi salah satu nomor yang tersimpan disitu. Mas Adam mendekatkan ponsel itu ketelinganya
"Iya tuan" Ucap seseorang dari Sebrang telepon
"Aku mau kau mencari seorang giigolo, besok harus ada" Katanya
"Kau antar ke pulau xx" Ujar Mas Adam lagi
"Baik tuan" Ucap orang itu
"Cari juga penginapan yang letaknya tidak jauh dari villa tempat aku bulan madu"
"Baik tuan, saya akan segera mengirim alamatnya pada anda" Kata seseorang dari Sebrang telepon. Tuttt, Mas Adam memutuskan sambungan telepon. Ia melempar asal ponsel itu
Mas Adam menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa. Ia tersenyum lebar
Masalah selesai. Tinggal cari pria yang akan menghamili wanita itu, gampang kan. Pasti dia juga tidak merasa keberatan, aku sudah kenal dengan sifat murahannya sejak kejadian itu
Segeralah dia cepat hamil, dan kakek akan senang. Kalau misalnya kakek gak ada lagi, dia akan kuceraikan, dia akan pergi bersama anaknya. Toh itu bukan anakku. Setelah itu tidak ada lagi yang mengganggu hubungan ku dengan Najira. Ha ha kau sangat jenius Adam.
Kira kira itulah rencana yang sudah disusun oleh Mas.
Dia sangat menyebalkan. Tapi yang lebih menyebalkan lagi adalah, aku yang tidak bisa membaca pikiran. Jadi saat itu aku tidak tau tentang rencana busuk Mas Adam padaku.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Rina
jenius endasmu kui... nyatanya kamu dikibulin sama wanita yang amat sangat kamu cintai itu...huahahahaha
2022-12-21
1
borjun as
hmmm kebanyakan nebak2 nih Kania...kadang2 bisa juga jadi cenayang karena dia tau apa yg sedang dilakukan dan direncanakan orang lain
2022-03-21
0
SariRenmaur SariRenmaur
duh kasian jangan sampe terjadi tegaanya suami kaya adam
2021-05-18
0