Sang Cenayang
Namaku Kania, Kalian pasti sudah tau kan?. Aku sudah mandi. Dan posisi ku sekarang sedang duduk, di sofa kecil warna hijau, didalam kamarku. Aku sekarang sedang baca novel. Kubuka sedikit jendela, agar percikan air hujan bisa masuk dan menemani aku.
Yah, aku memang sangat suka hujan. Aku suka ketika airnya mengalir dan menerpa wajahku he he.
Jika kamu menganggap aku aneh, terserah! aku tidak peduli. Karena yang penting, aku suka!
Hari ini hari sabtu. Dan ini masih pagi. Diluar sedang turun hujan. Dan itu membuatku menjadi malas untuk bergerak. Di kamar, aku memutar lagu Ebit G Ade, Kupu-kupu kertas. Alunan musiknya yang menghanyutkan, menemani sabtu pagi yang dingin ini.
Perutku sangat lapar, para cacing sudah demo untuk meminta jatahnya. Memang sejak dari pagi-pagi tadi, tidak ada sesuap nasi yang menyentuh lambung ku. Bukan karena aku malas makan. Tapi aku malas untuk keluar kamar. Kenapa? Karena untuk menuju dapur, aku harus berjalan melewati ruang tengah. Dan ruang tengah adalah tempat langganan Suamiku dan maduku sedang bersantai menghabiskan waktu bersama.
Mas Adam sudah berhenti menjadi guru, sesuai permintaan kakek. Kini ia telah menjadi Ceo, itu juga sesuai keinginan kakek. Dan setiap hari sabtu dan minggu. Adalah hari dimana Mas Adam libur, dan berada di rumah. Menghabiskan waktu bersama istrinya. Bukan aku ya, tapi istrinya yang satu lagi
Aku memegang perutku, terasa mual dan menghisap. Mulutku terasa asam, dan aku tidak tahan lagi. Sepertinya lambungku benar benar sudah kosong. Oke aku akui. Aku sudah kalah!. Kalah dengan rasa lapar!
Aku melangkah, mendekat ke arah pintu. Kubuka sedikit, bermaksud untuk mengintip. Apakah mereka ada disana? Jelas saja, mereka sedang ada di sana. Bermalas-malasan di atas sofa. Menonton tv dan sambil memeluk, saling memberi kehangatan di sabtu pagi yang dingin ini.
Aku melihat, mereka berdua sangat mesra. Kututup kembali pintu kamar. Dan bersandar dibaliknya.
Apa aku lewat saja dan pura-pura tidak melihat apa-apa ya. Pikirku
Tapi aku yang tidak mempunyai mental sekuat itu, akhirnya mengurungkan niatku. Aku menjatuhkan tubuhku ke atas ranjang, dan kubenamkan wajahku didalam bantal
Jendela yang tadi kubiarkan sedikit terbuka, kini sudah terbuka lebar. Sang angin yang membukanya. Sontak aku melihat ke arah situ. Aku melihat, hujan yang tadinya rintik kini menjadi deras membasahi bumi. Ada seperti bola lampu yang muncul di kepalaku. Main hujan ah, dan itu yang kupikirkan
Aku beranjak dan mendekat ke arah jendela. Aku naik dan berpijak di area jendela mana yang bisa kunaiki. Dan hup, aku melompat dan mendarat di atas rumput yang sudah basah lebih dulu.
Kalian tidak tanya, kenapa aku keluar dari jendela kamar ku?. Karena hanya dari situ aku bisa keluar tanpa berpapasan dengan mereka, siapa lagi kalau bukan Mas Adam dan maduku.
Seperti anak kecil, aku berlari seakan bisa terbang. Aku berlari bersama hujan, hingga aku keluar dan melewati gerbang rumah. Aku berlari ria tanpa arah, hingga hujan membawaku sampai ke sebuah taman yang jaraknya 500 m dari rumah Mas Adam.
Aku melihat disitu ada ayunan. Aku duduk di atasnya. Tak bisa kutahan lagi, air yang mengalir di lekukan wajahku, tidak hanya air hujan, tapi juga air mata. Aku menangis.
Kejadian kemarin terlintas lagi di pikiranku. Saat itu setelah makan malam. Aku segera masuk kekamarku yang ada di lantai satu dekat tangga. Sedangkan si pengantin baru, sedang duduk di sofa ruang tengah menghabiskan waktu. Aku mendekatkan telingaku hingga menempel di pintu. Agar aku bisa mendengar pembicaraan dari kak Jira dan Mas Adam. Memang tidak terlalu kuat, tapi samar aku bisa mendengarnya.
"Dam, kamu jangan terlalu dingin pada Kania" Suara kak Jira yang terdengar. Entah apa lagi yang ia rencanakan, hingga ia berkata seperti itu
"Jira, jangan menuntut lebih" Saat membicarakanku, suara Mas Adam langsung berubah menjadi dingin. Seakan lidahnya sangat anti jika berbicara tentang diriku
"Dam dia juga istrimu" Kata kak Jira lembut
"Jira, pernikahan ku dengannya hanya sebuah kecelakaan!" Katanya "Aku tidak akan pernah bisa menerima dia disisiku" Kata Mas Adam lagi
Mendengar itu, aku menggigit bibir bawahku. Aku memang sadar diri, dan tidak mengharap banyak. Tapi haruskah dia sebenci itu padaku
"Kalau begitu ceraikan dia, supaya dia tidak terlalu sakit hati" Ucap kak Jira, suaranya berubah serius
Ahh, sekarang aku tau maksud dari pembicaraan kak Jira. Dia merendah untuk meroket. Berpura sedang membela dan perhatian akan isi hatiku, tapi tujuan sebenarnya untuk menendang aku dari rumah itu.
Aku yang dulu, tidak tau akan keberengsekan sifat kak Jira. Jadi saat mendengar itu, aku dengan bodohnya malah terharu. Haha aku adalah orang bodoh yang terharu saat maduku merayu suamiku untuk menceraikan diriku.
"Aku juga ingin. Tapi kalau sekarang tidak bisa" Kata Mas Adam
"Kenapa?"
"Nanti keadaan kakek tambah parah. Kakek tau kalau aku dan dia sebagai suami istri pada umumnya. Kakek juga sangat sayang padanya" Ucap Mas Adam
"Nanti, kalau saat kakek tidak ada lagi. Disitu aku segera menceraikan dia. Supaya tidak ada lagi yang mengganggu kita" Katanya lagi
Aku merasa sudah cukup mendengarnya. Jadi aku segera naik ke atas ranjangku. Membenamkan wajahku ke atas sprei. Kata-kata Mas Adam yang menyebutku sebagai pengganggu, terngiang iang di kepalaku. perkataannya sungguh menyayat dan berbekas dihatiku
Aku melihat, ada sepasang kaki yang memakai sepatu sekolah berdiri di depan ku. Itu membuat aku tersadar dari lamunan. Aku mendongak, dan melihat seorang laki-laki berdiri di depan ku
"Adik, kenapa menangis" Ucapnya
Hah? Apa? Dia memanggilku adik? Hei aku ini sudah umur 23 tahun. Dan dia hanya anak bau kencur yang masih memakai seragam sma
Aku melihat penampilannya. Seragam sma melekat ditubuhnya. Seragamnya basah kena hujan. Lengan baju yang ia gulung, baju yang ia keluarkan, dan tanpa memakai dasi. Dia itu anak sma atau pereman si. Pikirku saat itu
Dia duduk di ayunan sebelahku. Matanya menatap kearahku. "Ini hujan, kenapa adik bisa keluar, sambil menangis, lagi" Katanya. Sambil kakinya mengayun diudara untuk menggerakkan ayunan besi itu
Ini kan masih pukul 11 pagi, apa dia bolos?. Sudah jelas! dia ini hanya anak nakal. Pikirku
"Aku tidak apa-apa" Ucapku, tanpa melirik. Berharap supaya dia segera pergi
Aku melihat tangannya terulur di depanku, sapu tangan warna hitam, berada ditangannya. Aku sekilas melirik
Apa maksudnya ini? Dia berencana untuk memberi sapu tangan ini padaku.
"Tidak, makasih" Kataku, sambil melihat sekilas kearahnya
"Bagus"
Eh, kok bagus? Dia ini siapa si? Aku tidak menerima apa yang dia beri kok malah bagus katanya? orang aneh!
"Adik ternyata sangat pintar. Lain kali juga harus seperti itu ya. Kalau ada orang asing memberi sesuatu, jangan diterima. Kalau bisa, langsung lari aja" Katanya. Dan itu membuat ku tercengang
Dia ini kenapa si, aneh banget. Hei aku tidak mengenal dirimu. Jangan ganggu deh. Geramku, aku tidak menatap ke arahnya. Berharap supaya dia sadar, kalau aku tidak ingin diganggu. Eh, tapi dia malah gak sadar
"Adik tau, kalau kakak adalah seorang cenayang?"
Aku menatap sekilas, karena orang ini sangat aneh
"Aku akan terawang" Katanya
"Terawang?" Tanyaku
"Iyah" Katanya "Aku terawang, kalau kita akan bertemu lagi"
Aku tidak menggubrisnya, bahkan tidak melirik ke arahnya. Karena aku menganggap, kalau dia hanya orang aneh, dan hanya asal bicara
"Aku juga bisa baca pikiran" Katanya dan aku tidak menggubris perkataannya itu. Tidak penting! Pikirku
"Adik pasti menganggap ku orang aneh ya kan"
Sontak Aku menoleh, kutatap dia bingung. Apa benar dia seorang cenayang? Bisa meramal dan baca pikiran? Aku semakin merinding didekatnya
"Ini hujan, adik pulang lah. Kakak duluan ya" Ujarnya, lalu ia menaiki motornya, dan pergi melaju
Hei aku bukan adikmu!
Aku melihat ke arahnya, baju sekolah yang ia keluarkan, terbang kelebatan ditiup angin. Perkataannya tadi kalau kami akan bertemu lagi, muncul dipikirkan ku
"Ahh, dasar orang aneh " Kataku. Aku tetap melihat sampai dia hilang di telan jarak
Tapi, anehnya. Berkat sang cenayang, suasana hatiku sedikit menjadi lebih baik. Sejenak aku lupa dengan masalah poligami rumah tangga ku
Angin berhembus, aku merasa dingin. Aku pun pulang ke rumah. Dirumah, aku membuka pintu utama. Dan melangkah masuk kedalamnya
Eh, sial. Aku lupa tentang mereka
Aku melihat, Mas Adam dan kak Jira masih di sofa ruang tengah. Kak Jira tidur di dalam pelukan suami kami. Aku berjalan seolah tidak melihat apa-apa
"Tadi kakek menelepon" Kata Mas Adam tiba tiba. Aku memberhentikan langkahku dan menatap learahnya
"Dia mencari mu" Katanya "nanti kita kesana"
"Iya" Ucapku, dan pergi ke kamarku sendiri
Jelas jelas dia melihat bajuku basah, dan aku pulang entah dari mana saat hujan. Tapi dia malah tidak menanyai aku dari mana, layaknya seorang suami pada umumnya. Ahh, sadarlah Kania, memang siapa dirimu. Pikirku
Dikamar, aku segera masuk kekamar mandi. Bersiap siap untuk berjumpa dengan kakek. Aku senang berjumpa dengannya, karena hanya kakek yang sayang padaku
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
MaiiDavi
cabut ajaa sih 😌 ngeselinn
2020-12-27
2
Butterfly💞💞
terlalu bodoh makanya GK dianggap orang
2020-12-23
1
Butterfly💞💞
terlalu bodoh makanya GK dianggap orang
2020-12-23
0