Kejadian Malam itu
"Adam, apa yang terjadi, katakan" Ucap papa mas Adam sambil mencengkram kerah kemeja mas Adam
Aku melihat kalau laki laki tidak berkutik, ia mencengkram jemarinya erat. Mas Adam menatap nanar pada kak Jira, sedangkan kak Jira terlihat tidak peduli, ia memalingkan pandangannya menatap ke arah lain
"Adam...katakan pada mama, kesalahan apa yang telah kamu perbuat nak" Ucap mama mas Adam. Ada air yang sudah ingin mengalir dari pelupuk mata wanita paruh baya itu
Mas Adam melayangkan matanya menatap ke arah ku, dan itu sontak membuat semua mata juga ikut melirikku. Aku tentunya terkejut, seketika tubuhku serasa tidak bisa bergerak, aku seperti membeku dalam tatapan pasang mata itu
Mas Adam merogoh saku celananya, ia mengeluarkan ponsel kak Jira dari dalam saku celana itu. Mas Adam terlihat menarik napasnya dalam, ia mengumpulkan keberanian. Lalu jarinya mengotak atik layar ponsel Najira yang retak itu. Ia mengarahkan ponselnya ke tangan Rahardian, papanya mas Adam
Papa mas Adam menerima ponsel itu, dan ia melihat apa yang coba mas Adam ingin katakan lewat video yang ada di ponsel itu. Dan betapa terkejutnya papa mas Adam melihat video itu, Matanya membulat sempurna bahkan pupil matanya sampai bergetar sankin terkejutnya. Ia membanting ponsel itu ke lantai hingga pecah menjadi puing
"Apa itu Adam! Katakan apa itu benar!" Ucap papa mas Adam emosi sambil menarik kerah kemeja mas. Sedangkan mas Adam ia terlihat tidak berdaya, ia hanya diam dan menerima perkataan kasar yang keluar dari mulut papanya
"Adam tidak bersalah pa" Kak Jira membuka suaranya, ia membela calonnya itu
"Yang salah itu kania" Ucapnya lagi dan menyalahkan diriku. Sudahlah, kejadian malam itu sudah pasti akan di ketahui, bukan hanya keluarga ku saja, tapi keluarga mas Adam juga akan mengetahui nya
"Maksudnya apa sih, pa.. apa isi video yang di hanphone itu" Ucap mama mas Adam bertanya, ia bingung dengan suaminya yang tiba tiba meledak sehabis melihat isi dari ponsel itu
"Anak mu, dia.. dia telah berbuat serong dengan kania" Ucap papa mas Adam, ia juga memberikan lirikan tajam ke arah ku
Mendengar itu sontak membuat semua orang yang ada di situ menjadi terkejut. Baik mama mas Adam, bapak dan ibu ku, bahkan aku juga ikut terkejut, dan raut wajah pias pucat tergambar di wajahku
Bapak berjalan ke arah ku, ia mencengkram lengan ku kuat. Untuk pertama kalinya, bapak berbuat kasar padaku hanya karena kesalahan pahaman ini. Sungguhlah wahai orang tua ku, aku di sini yang menjadi korban nya, aku yang di jebak
"Pak.. pak sakittt" Ringis ku
"Jawab Kania, apa itu benar hah" Ucap bapak dingin di depan wajahku
"Bapak... maafkan Kania pak, Kania di jebak...hiks hiks" Aku mulai menangis. Aku takut, aku tidak tau apa lagi yang harus kukatakan. Aku saaangat takut, aku takut kehilangan keluarga ku, aku takut di buang dari keluarga hangat seperti keluarga bapak Kusuma
"Mama gak habis pikir Kania, kenapa kamu setega itu dengan kakak mu " Mama mas Adam mulai menangis, ibu angkat ku berjalan mendekat dan menepuk hangat punggung wanita paruh baya itu yang bukan lain adalah mamanya Mas Adam
"Bu.. Kania tidak bersalah bu" Aku sekali lagi berusaha membela diri, tapi sekali lagi tidak ada yang percaya kepadaku
"Saya kecewa dengan keluarga anda pak Kusuma" Ucap papa mas Adam dingin, ia menatap tajam ke arah bapak
"Maafkan kelakuan putri saya ini ya pak, mungkin, mungkin dia iri pada kakaknya" Ucap bapak, dan ia mempererat cengkraman yang mencengkram lenganku
"Saya akan memberi pelajaran pada Kania pak" Ucapnya lagi. Ia melirikku dengan tajam
"Bapak, jangan memutuskan secara sepihak begitu, kita belum tanya pada nak Adam kan, jangan melimpahkan semua kesalahan itu pada Kania pak" Ucap ibu membelaku, yahh saat itu hanya ibu yang berusaha agar pikirannya tetap dingin sih, ia berusaha menyelesaikan masalah ini dengan tenang, walau sebenarnya hatinya tercabik saat mendengar pernyataan itu
"Nak Adam, coba jelaskan kronologi kejadian itu pada kami ya" Ibu berjalan mendekat ke arah mas Adam, ia menepuk hangat punggung mas Adam
"Bu.. malam itu, sehabis pesta, aku kembali ke kamarku. Aku melihat seseorang wanita di dalam kamar ku bu. Aku tidak suka tempat yang terlalu terang bu, jadi aku meredupkan penerangan di kamar ku, dan aku tidak bisa melihat siapa wanita itu pada kejadian malam itu" Ucap mas Adam, Ia menatap nanar pada ibu
"Lalu..? " Ibu bertanya lagi
"Aku kira kalau wanita itu adalah Najira, karena hanya aku dan Najira yang bisa masuk ke dalam kamar ku bu. Kamar itu hanya punya dua kartu, sama aku satu dan sama Najira satu. Jadi saat itu aku benar benar tidak tau kalau wanita itu adalah Kania bu" Ucap mas Adam, ia menggenggam erat jemari calon ibu mertuanya itu
"Apa Kania tidak memberi tahu kalau itu adalah dia?" Ibu bertanya lagi, dan kini matanya menatap ke arah ku
"Tidak bu, Kania tidak ada mengeluarkan suaranya sedikit pun, ia bahkan mendekap dan duluan menciumku. Jadi aku kira kalau itu adalah Najira" Ucap mas Adam membela diri
"Saat itu Kania tidak sadar bu, ada yang menaruh obat dalam minuman Kania" Aku berjalan mendekat ke arah ibu dan ku genggam jemari ibu erat, berusaha supaya ibu percaya kepadaku
"Jangan coba mengelak lagi Kania! " Bentak bapak, ia berjalan ke arahku dan Plak, Bapak menampar pipi ku kuat di depan semua orang. Aku merasa rasa sakit dan nyeri menjalar di kulit pipi ku, meninggalkan rasa sakit dan bekas memar
Papa dan mama mas Adam terkejut melihat kejadian itu, ibu memalingkan pandangannya menatap ke arah lain, Mas Adam menatapku dengan tajam, dan kak Jira, dia melirikku dan mengeluarkan senyum samar yang tidak terlihat oleh mata kami semua. Sungguh saat itu tidak ada yang berada di pihak ku, tidak ada yang membela dan percaya pada ku. Aku terjatuh dan tersungkur ke lantai, ku pandangi semua pasang mata yang sedang menatapku tajam itu
"Terus, bagaimana caramu bisa mendapat kartu kamarnya Adam kania? " Kak Jira bertanya, ia berbicara tidak melihat ke arah ku, matanya menatap ke arah lain. Kak Jira mencengkeram selimutnya, seolah olah sedang menahan geram dan amarah. Tapi sungguh, satu hal yang ku sadari saat itu, kalau seorang Najira sangat pandai berakting
Pikiran kak Jira melayang lagi berlarian ke kejadian semalam, saat ia sendiri di dalam kamarnya. Saat itu kak Jira masuk ke kamarnya sehabis dari kamar ku, ia melangkah masuk ke dalam kamarnya dan di tutupnya pintu itu rapat rapat.
Kak Jira bersandar di balik pintu yang tertutup itu, tangannya terjulur menutup mulutnya, ada gelak tawa kecil yang lolos dari bibir kak Jira
"Heh... Kania bodoh" Ucap kak Jira, ia berjalan dan menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Ia tak henti hentinya mengeluarkan gelak tawa kecil dari bibirnya
"Maaf kan kakak ya Kania, bukan aku yang salah, tapi kau yang terlalu bodoh"
"kau terpaksa harus menjadi kambing hitam adikku sayang hihihihi" Kak Jira tertawa lagi, ia membenamkan wajahnya di bantal guling
Kak Jira bangun dan merangkak sedikit mendekati nakas. Ia meraih ponselnya yang ada di atas nakas samping tempat tidur. Kak Jira terlihat sedang mengotak atik ponsel itu, dan lagi lagi gelak tawa lolos dari bibirnya
Dengan video ini aku akan bisa menjalankan rencanaku, Sebentar lagi aku bisa mendapatkan apa yang ku mau. Maaf kan kakak mu ini ya Kania, kau yang akan terlihat sebagai pemain dalam rencana ku yang besar ini, tapi sebenarnya aku lah yang mengendalikan semuanya dari belakang layar
Besok aku akan ke rumah calon suami ku Adam... Aku akan menunjukkan Videonya dan Kania saling beradu desahan pada malam itu.
Aku benar tidak tau dimana salah ku, tapi mengapa kak Jira begitu tega terhadap ku. Jadi apa maksud dari semua sifat baik mu padaku selama ini Najira. Katakan! Katakan Najiraaaa
Satu hal yang masih mengganjal di hati ku, mengapa kau menjebak ku dengan calon suami mu sendiri. Apa maksud dari rencana mu, sehingga kau membuatku menjadi kambing hitam.
Dari semua hal menyebalkan yang terjadi dalam hidup ku, satu hal yang paling membuatku jengkel. Yaitu aku yang terlalu bodoh untuk menyadari sifat berengsek kak Jira lebih awal. Aku terlambat menyadarinya
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Rina
maaf ya thor... sudut pandang ceritanya rada aneh.
seharusnya kelakuan fajira ya di pov nya fajira, bukan di pov nya kania.
kalau begitu kania tahu dong thor thor setiap gerak gerik semua tokoh di novel ini kalau semua dr sudut pandang kania...
kenapa ga pakai sudut panfang othor saja. tp ceritanya bagus kok....
2022-12-21
1
mom chimohay
bingung bet dah klo ada flashback tulisin dong ini digabung semua..
2021-07-13
1
Lovesekebon
Lanjutkan lagiihh😊🥰👍👍👍💪💪💪
2021-06-11
0