Pembicaraan dua keluarga
Gelap sudah merata mewarnai langit malam. Aku terduduk dengan tubuh gemetaran di bawah tatapan pasang mata tajam itu. Mataku tertunduk menatap sepasang jemari yang saling *******.
"Huhh" Kudengar bapak mendesah
"Kalau sudah begini pernikahan Adam dan Najira kita batalkan saja" Ucap bapak kemudian. Dan itu berhasil membuatku terkejut
Gara gara aku pernikahan kak Jira sampai batal. Maafkan Kania kakak. Batinku saat itu, aku merasa bersalah
Aku mendongak sedikit, dan aku melirik dengan ekor mataku. Aku melihat kak Jira mulai meneteskan air mata. Jemarinya saling *******. Tubuhnya gemetaran. Tapi sungguh, itu hanya akting guys. Kak Jira adalah pesandiwara yang berbakat.
Sesenggukan mulai lolos dari bibir kak Jira, ada air yang pecah dan membasahi pipinya. Aku melihat, ada tepukan tangan hangat yang coba menenangkan kak Jira. Dan itu tangan mamanya Mas Adam.
"Kalau ini keputusan terakhir. Mama, Adam. Ayo kita pulang" Papa mas Adam yang sedari tadi diam, hanya duduk sambil melipat tangan. Mulai membuka suara. Mendengar itu, Mas Adam dan mamanya hanya diam. Mereka belum beranjak dari tempat duduknya.
"Tunggu pa. Bagaimana dengan nasib adikku Kania" Ucap kak Jira tiba tiba.
"Aku tau Kania salah. Tapi.. tapi keperawanan adikku juga sudah hilang pa" Ucap kak Jira dengan suara lirih
"Jira, di sini kamu yang disakiti. Tapi kenapa kamu masih memikirkan adikmu? " Ucap mama mas Adam. Ia melayangkan matanya menatap tajam ke arahku. Hei hei nyonya, bukan Najira yang korban disini. Tapi aku, aku. Bahkan Najira sendiri yang menjadi dalangnya. Huh! menyebalkan
"Terus apa yang kamu inginkan nak" Ucap papa mas Adam. Ia mendekat dan menepuk hangat punggung tangan kak Jira
Aku melihat, Kak Jira memejamkan matanya. Ia menarik napasnya dalam. "Nikahkan Adam dan Kania" Ucap kak Jira kemudian, dan diikuti bulir air yang mengalir dari pelupuk matanya
Mas Adam yang duduk di sofa, samping sofa panjang tempat aku dan ibu duduk. Langsung berwajah masam, ia melirik ke arahku dengan tajam. Siapa yang sudi menikah dengan mu. itu yang terbaca dari lirikan Mas Adam.
"Sungguh mulia hatimu nak" Ucap Mama Mas Adam. Ia menyeka bulir air yang ada di pipi kak Jira
"Ya pak ya. Nikahkan Kania dan Adam" Ucap kak Jira dengan suara serak dan mata sembabnya
"Jira mohon pak, Kania tidak lagi perawan bapak" Ucap kak Jira memohon kepada Bapak. Memohon seolah olah membelaku. Tapi ayolah wahai orang tua. Dia itu hanya menjilat
"Kamu seharusnya berterimakasih pada Najira Kania. Dia masih memikirkan keadaanmu walaupun kamu sudah menggoda calonnya" Ucap Bapak kepadaku. Tatapan Bapak sungguh tidak bersahabat. Seakan ia ingin merobek habis tubuh ku saat itu juga
"Papa Jira mohon. Dam nikahilah adikku" Kak Jira menggenggam erat jemari Papa Mas Adam. Matanya memelas
"Huhh" Papa Mas Adam mendesah dalam
"Baiklah Jira" Ucapnya lagi. Dia mengelus rambut kak Jira
"Jadi bulan depan di akhir tahun. Pernikahan Adam dan Najira akan menjadi pernikahan Adam dan Kania" Ucap Mama Mas Adam. Ia menatap tajam ke arah ku. Terlihat sangat kalau dia tidak menyukaiku
"Tidak! Aku tidak mau" Mas Adam berbicara. Ia yang sedari tadi hanya diam akhirnya membuka suara.
"Dam"
"Jira, Kumohon. Jangan Jira" ucap Mas Adam dengan suara lirih. Ia mentap kak Jira dengan tatapan nanar
"Dam, adikku juga sudah ternoda. Minimal nikahi dia demi aku"
"Jira" Aku melihat pria itu menatap kak Jira nanar. Ia berkata dengan suara lirih
"Dam aku mohon. Minimal lakukan demi aku" Mendengar itu. Mas Adam hanya diam. Ia melayangkan matanya menatap ke arah lain
Kau berkata seperti itu tanpa memikirkan perasaanmu Najira. Sungguh kau sangat baik Najira. Mas Adam
"Huhhh... Oke. Baik Jira" Ucap Mas Adam setelah menghembuskan napas panjang
" Tapi ingat. Ini semua demi kamu"
Jangan meminta lebih dari itu! . Mas Adam
"Iya Jira. Baiklah, Kami akan menikahkan Adam dan adikmu" Ucap Papa Mas Adam.
"Terima kasih Pak Rahardian" Ucap Bapak
"Terima kasih karena mau menyelamatkan muka keluarga saya" Ucap Bapak lagi. Aku melihat, Bapak ingin sujud dan bersyukur di kaki Papa Mas Adam. Tapi Rahardian, Papa Mas Adam. Menghentikannya dengan menggenggam erat jemari Bapakku
"Pak Kusuma. Tidak apa. Bapak tidak usah sampai bersujud begitu" Ucap Papa Mas Adam sambil mempererat genggamannya
"Saya sangat berterimakasih Pak. Kalau Kania sampai hamil saya tidak tau dimana saya taruh wajah saya. Terima kasih bapak mau menyelamatkan muka keluarga saya" Ucap Bapak menyampaikan rasa kekhawatirannya
"Jadi bulan depan pernikahan kalian" Ucap Mama Mas Adam
"Huhh" Ia mendesah dalam
"Sudah pa, ayo kita pulang" Ucapnya lagi kemudian
Mas Adam. Papa dan Mamanya sudah beranjak dari tempat duduknya. Bapak juga, ia berjalan hendak mengantar calon besannya itu sampai di depan pintu
"T.. tanggu" Ucapku saat itu yang membuat langkah mereka berhenti. Mereka melirik ke arah ku. Ibuku yang duduk di samping ku juga ikut menoleh
"A.. aku ada satu permintaan" Ucapku ragu. Karena tidak ada sahutan dari mereka, aku meneruskan kalimatku
"Aku..aku punya syarat pernikahan" Ucapku ragu ragu
Ibu yang duduk di samping ku. Langsung meremas pergelangan tanganku. Ia mencengkramnya kuat. Seperti berkata. Cukup, Kau sudah sangat membuatku malu. Di liriknya aku dengan ekor matanya
Aku juga melihat Mas Adam, papa dan mamanya menatapku tajam. Mereka terlihat jijik padaku saat mendengar perkataan ku tadi
"Jangan pukul. Jangan pukul aku. Jangan ada kekerasan fisik. Itu saja yang kumau" Ucapku dengan kepala tertunduk. Mataku menatap pada kedua jemariku yang saling *******
Suasana hening, tidak ada yang menggubris perkataan ku. Mas Adam, mama dan papanya keluar hingga lenyap di telan pintu yang tertutup. Mereka pergi tanpa merespon apa yang aku katakan tadi
Dari situ langsung dapat kusadari. Kalau keberadaan ku tidak dianggap oleh mereka semua. Aku hanya dilihat sebagai benalu yang telah membatalkan bubungan keluarga mereka dengan calon menantu kesayangan mereka
Sekarang di ruangan ini hanya ada aku, bapak, ibu dan kak Jira. Aku melirik dengan ekor mataku. Kulihat ibu menggenggam lengan kak Jira dan mengantar putrinya itu kekamarnya. Bapak beranjak dan melangkah masuk ke dalam kamarnya.
Aku melirik lagi, dan kupastikan kalau hanya aku yang tinggal sendiri di ruangan ini. Aku langsung tersungkur lemas di atas sofa. Aku menatap langit langit dengan mataku. Pikiranku melayang. Air yang sedari tadi berusaha ku bendung kini mulai pecah
Sudah kubilang aku di jebak. Kartu kamar itu juga Merlin yang beri. Tapi tetap saja tidak ada yang percaya padaku. Sudahlah,,,, apa yang kau pikirkan Kania. Mas Adam yang ingin Menikahimu saja itu sudah bagaikan mujizat. Minimal aku tidak terlalu mempermalukan keluarga ku dengan cara menikah bersama sama Mas Adam
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
mega keyna
ngk ada yg mulia,hanya hayalan aja bisa bilang mulia hati mu,,, prettt,,, mohon maaf bukan aku sok suci,tp baru bab ini aku udh ngra kurang sependapat,kesannya perempuan itu hanya barang,habis di pakai trs di buang,dlm kisah nyata jg laki2 itu bertanggung jawab dgn apa yg dia perbuat,tp ini kesannya kyk perempuan tdk ada harganya,dan sptri barang,,,🤬🤬🤬🤬🤬
2022-05-28
0
Dwi Hartati
kania semangat sayang
2022-02-25
0
Marita
kenapa najira jahat sama kania, padahal najira dalang semua itu
2021-09-07
0