Rencana Bulan Madu
Kami bertiga sedang makan malam. Semenjak kak Jira menikah dengan suamiku, Mas Adam jadi makan di rumah. Kak Jira menyendokkan nasi ke piring Mas Adam, lauk ikan sambal dan tauge tumis juga mendarat dipiringnya.
"Terima kasih sayang" Mas Adam tersenyum begitu juga dengan kak Jira
Sayang?. Sayang adalah kata-kata yang mustahil bisa kudengar dari bibir Mas Adam. Jangankan panggilan sayang, menyebut namaku layaknya manusia normal pun tidak pernah.
Aku melirik dengan ekor mataku. Terlihat kak Jira sedang menyuapi suami kami. Ahh, mereka terlihat sangat manis
"Telan dulu baby" Ucap kak Jira, sembari tangannya menggantung di udara. Memegang sendok didepan mulut Mas Adam
"Lahi(Lagi)" Ucap Mas Adam belepotan, mulutnya penuh dengan makanan
Aku berpura-pura tidak melihat drama manis rumah tangga mereka, bahkan sangat manis bak drama korea. Ku habiskan makananku dengan cepat. Seolah lagi lahap makan, padahal nyatanya tidak. Mataku berkali-kali melirik, kemanisan tingkah Mas Adam yang sangat manja saat disuapi kak Jira.
"Mas, kita jadikan bertemu dengan kakek? Aku akan menunggu di kamarku" Ucapku setelah makanan dipiringku sudah habis
"Kenapa makanmu sedikit Kania?" Kak Jira yang menjawab. Sedangkan suamiku itu, terlihat tidak peduli dengan yang aku katakan tadi
"Kania udah kenyang kak" Ucapku, dengan sedikit senyum yang aku beri
"Yasudah" Kata kak Jira, dia senyum dan aku juga senyum
"Kamu gak apa-apa kan tinggal di rumah sendirian" Kata Mas Adam pada kak Jira. "Kalau kamu takut, aku akan pergi besok saja" Katanya lagi
"Jangan, kakek pasti sudah menunggu"
"Beneran nih?"
"Iya Adam, beneran, aku gak takut sendirian dirumah"
Sepenggal percakapan itu yang kudengar, perkataan Mas Adam yang perhatian pada maduku itu. Aku mendengarnya sebelum menghilang di balik pintu kamar yang tertutup. Aku melangkah ke kamarku, tanpa menutup pintu. Aku duduk di ranjang, sambil bermain hanphone. Jariku saja yang fokus pada layar ponsel itu, tapi pikiranku berlarian entah kemana
Mas Adam sudah menikah dengan kak Jira, terus apa gunanya lagi aku disisni. Aku udah gak tahan, memang aku tidak mengharapkan agar ia mau mencintaiku, tapi aku tidak tahan jika diperlakukan seperti ini terus. Aku tidak dianggap ada. Aku akan segera minta cerai, dan untuk bapak ibu, nanti akan kuakali saja. Pokoknya aku udah muak.
***
Aku dan Mas Adam sudah berada di dalam mobil. Sebelum berangkat tadi, Mas Adam mengecup lembut kening kak Jira. Seolah-olah ia tidak rela meninggalkan maduku itu sendirian di rumah.
Aku bermain facebook di ponselku. Berusaha tidak terlalu tertekan dengan atmosfer yang terasa berat saat berada di dalam mobil ini. Aku menurunkan sedikit kaca mobil, dan terlihat rembulan cantik di langit malam. Malam ini langit sangat indah, tidak hanya bulan, bintang pun turut ikut serta dalam menghiasi langit yang gelap itu
Cahayanya sedikit merembet dan masuk ke dalam mobil. Menerpa wajah Mas Adam. Saat itu kusadari, bahwa suamiku itu sangat tampan. Sebentar tadi aku merasa detak jantungku tidak beraturan. Aku gugup. Ku lirik dia dengan ekor mataku. Dan yang aku lihat masih sama. Kalau suamiku itu ternyata sangat tampan
Segera kualihkan pandanganku, menatap ke luar jendela. Kusapu apa yang bisa Kusapu dengan mataku. Berusaha menghilangkan bayangan tampan dari wajah suamiku itu
***
Kami sudah sampai di rumah sakit. Selama perjalanan, Mas Adam sedikitpun tidak mengeluarkan suara dari mulutnya. Ternyata memang benar, kalau pria yang menjadi suamiku itu sangat irit dalam berbicara. Tapi hanya padaku ya, pada orang dia tetap menjadi Adam yang biasanya
Mas Adam melangkah lebih dulu, aku mengikutinya dari belakang dan berusaha menyamai langkah kakinya yang panjang.
Sekarang kami sudah sampai dikamarnya kakek. Kami masuk dan aku meletakkan keranjang buah yang tadi dibeli oleh Mas Adam di atas nakas dekat ranjang kakek.
"Adam udah datang kek" Kata Mas Adam, tangannya terjulur ingin memeluk kakek
"Kamu udah datang cucuku" Ujar kakek gembira dan langsung memeluk diriku
Iya, dia memeluk diriku, karena tadi kakek menepis tangan Mas Adam. Saat kakek memelukku, aku sekilas melirik ke arah Mas Adam. Ia memanyunkan bibirnya sebal, dan sambil beracak pinggang. Kakek sangat sayang padaku, ia memperlakukan aku seperti cucunya sendiri.
Kakek hanya mempunyai satu anak, yaitu Rahardian, mertuaku. Dan bapak mertuaku itu hanya memiliki satu anak juga, yaitu Mas Adam suamiku. Mungkin itu sebabnya kakek sangat sayang padaku, bahkan kasih sayangnya padaku lebih besar dari kasih sayangnya pada cucu kandungnya sendiri.
Lamalah aku bercerita dengan kakek. Bukan pembicaraan yang berat, hanya guyonan yang ku ucapkan untuk menghibur sang kakek
Aku membuka kulit jeruk, dan menyuapi buah jeruk itu pada kakek. Di ruangan itu hanya ada aku, kakek dan ibu mertuaku. Sedangkan Mas Adam, tadi dia keluar. Entah kemana aku tidak tau
"Apa kamu tidak ingin memberi cicit pada kakek" Ucap kakek sambil mengunyah buah jeruk
Eh, mendengar itu aku langsung terkejut. Bukan hanya aku, tapi ibu mertuaku yang sedang duduk di sofa sambil bermain hanphone sontak melirik ke arah kami. Aku menatap bingung pada kakek, aku tidak tau harus menjawab apa. Ingin sekali bibirku ini berkata, supaya kakek jangan berharap banyak, tapi aku tidak tega. Aku rasakan kakek begitu menyayangiku, aku tidak ingin menyakiti hatinya. Akhirnya aku memilih tersenyum untuk menjawab pertanyaan kakek tadi
"Kakek ingin cicit, katakan pada Adam. Bujuk dia supaya kalian cepat memberi cicit ke kakek"
Astaga.. kakek malah minta cicit dariku lagi, padahal kan aku mau minta cerai. Gimana ini, apa yang harus ku jawaban nih
"Kakek tidak tau seberapa lama lagi kakek akan bertahan. Kakek harap kalian cepat "membuatnya". Karena kakek capek selalu cuci darah"
Nyut, mendengar itu rasanya hatiku terasa sakit dan berat. Kakek sangat berharap padaku, sedangkan Mas Adam tidak terharapkan.
Tidak lama kemudian, Mas Adam masuk. Ia menyimpan ponselnya di dalam saku celananya. Sepertinya ia baru selesai telponan. Mas Adam mendekat dan mengambil satu buah pir dari dalam keranjang buah kakek
"Sudah larut, kami pulang dulu ya kek" Kata Mas Adam sambil menggigit buah pir itu
"Tunggu Adam, ada yang ingin kakek bicarakan pada kalian berdua" Ucap kakek
Aku yang sedang membersihkan sampah kulit jeruk langsung tertegun. Apa kakek akan membahas soal cicit lagi ya? Pikirku saat itu
"Ada apa kek" Ucap Mas Adam sambil duduk di bibir ranjang
"Kalian kan baru menikah" Kata kakek. "Jadi kalian pergilah bulan madu, satu bulan" Kakek mengutarakan isi hatinya
"Okhok" Mas Adam tersedak buah pir. Ia menatap bingung ke arah kakek
"Tidak bisa kek" Kata Mas Adam. "Sekarang ini perusahaan baru ganti presedir. Jadi masih banyak yang harus Adam urus" Ucapnya lagi mencoba mengelak
"Kan ada Adi, jadi buat apa dia bekerja sebagai sekretaris kalau tidak untuk itu. Pokoknya kalian harus bulan madu, harus!" Keinginan kakek yang sulit untuk dielakkan
"Pa, benar kata Adam. Perusahaan saat ini sangat sibuk. Jadi untuk rencana bulan madu bisa diundur saja" Ucap ibu mertua ikut campur. Karena ia memang tidak suka padaku, dan sudah jelas dia tidak akan terima jika aku yang melahirkan keturunan bagi keluarganya
"Harus!" Kata kakek. "Kakek akan meminta Adi untuk mencarikan tempat yang bagus untuk kalian bulan madu. Dan dalam minggu ini kalian perginya" Sungguh keinginan kakek tidak bisa dielakkan
Mas Adam menghembuskan napasnya panjang, "Kalau gitu Adam pulang dulu" Ucap Mas Adam kemudian
Saat Mas Adam berkata seperti itu, aku langsung bangkit dari tempat dudukku. Mas Adam menatapku dengan tajam, lalu segera ia memutar tubuhnya dan berjalan cepat meninggalkan ruangan kakek.
Hei Adam Rahardian, jika kamu sebal dengan permintaan kakek. Kamu jangan melampiaskan kemarahanmu padaku dong. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa tau! Pikirku, dan aku mengikuti langkah kaki Mas Adam yang panjang.
Huh! Kakek kenapa bisa meminta hal gila seperti itu sih. Jangankan untuk menyentuhnya, melihatnya saja sudah membuatku jijik. Mas Adam
Kakek, Aku mohon kakek jangan berharap banyak dong. Itu sama aja kakek menaruh beban dipundakku yang tidak mungkin bisa ku angkat sendiri. Aku
Kami masuk ke mobil, tidak lama-lama Mas Adam segera menghidupkan mesin mobil dan melajukannya dengan kecepatan kencang. Dan itu membuatku takut didalamnya. Aku memegang kuat sabuk pengaman yang melingkar di tubuhku. Dan kugigit bibir bawahku, mencoba mengurangi rasa takut atas ngebutnya mobil ini
Kulirik ke arah Mas Adam. Aku bisa melihat kemarahan ada dimatanya. Ia marah dengan keinginan kakek yang sangat sulit untuk dielakkan.
Urgh apa dia ingin membunuh ku? Hei, Mas Adam pelan-pelan sedikit dong, aku takut!
***
Saat aku dan Mas Adam baru meninggalkan rumah tadi, kak Jira langsung masuk dan ia menutup pintu itu rapat. Tak lupa ia juga menguncinya. Karena saat itu hanya dia yang berada dirumah. Pembantu rumah tangga? Masa rumah sebesar ini tidak punya pembantu rumah tangga? Ya memang tidak. Kenapa? Entahlah, tanyakan sendiri pada suami kami itu
Setelah mengunci pintu, kak Jira masuk ke kamarnya dan Mas Adam yang berada di lantai dua. Ia menghidupkan lampu dikamar itu, karena jika Mas Adam dirumah, lampu tidak dihidupkan. Karena dia tidak suka tempat yang terlalu terang. Ia lebih suka kamar yang remang remang
Kak Jira naik ke atas ranjang, ia bersandar sambil merentangkan kakinya lurus. Kak Jira mengotak atik ponselnya. Ia mendekatkan ponsel itu ke kupingnya
"Oh, apa suamimu tidak di rumah?" Kata seseorang dari Sebrang telepon
"Tidak, kemarilah cepat. Aku rindu" Ucapnya dengan suara sangat manja. Kak Jira berbicara sambil menggigit jari telunjuknya
"Oke, aku meluncur" Ucap seseorang itu, dengan suara menggebu
"Cepat, jangan lupa bawa "pengaman" ya" Kata kak Jira lagi. Dan ia mematikan teleponnya
"Ini masih pukul 7, Sedangkan Adam pulangnya sekitar pukul 10 atau 11. Oke, aku dan "dia" punya banyak waktu" Ucap kak Jira, Ia segera turun dari ranjang dan berjalan ke arah lemari. Mengambil ligeria warna hitam, dan segera memakainya
- - -
Tidak lama kemudian, seseorang itu datang. Kak Jira membuka pintu utama dan segera menguncinya lagi setelah seseorang itu masuk.
"Kamu rindu ya" Ucap seseorang itu dan langsung memeluk kak Jira dan menenggelamkan wajahnya di leher Najira
"Ayo cepat" Bisik kak Jira
Seseorang itu sudah ingin menggendong tubuh kak Jira dan membawanya ke kamar kak Jira dan Mas Adam di lantai dua. Sepertinya dia sudah sering ke rumah ini. Dan sangat hapal dengan letak kamar Najira dan Mas Adam
"Di sofa aja" Kata kak Jira dan memasukkan tangannya ke dalam celana jins seseorang itu
"Cctv udah kumatikan" Katanya lagi
Seseorang itu segera menindihi tubuh kak Jira di atas sofa. Dan terjadilah yang terjadi. Ia main gila di belakang suami kami
"Aku sudah lama menahan diri sejak kita pacaran" Katanya, ia mulai menarik ligeria yang kak Jira kenakan
"Dulu kamu bilang nanti Adam tau kalau kamu tidak perawan. Jadi aku menahan diri" Ucapnya, ia membuka pengkait bra kak Jira
"Aku biarkan Adam yang membobol mu lebih dulu. Tidak apa. Karena baru atau bekas, aku akan tetap menerimamu" Seseorang itu memakai pengamannya, dan akhirnya mereka melakukannya untuk yang kesekian kalinya
Saat pertengahan hasrat mereka menggebu, Tring telepon kak Jira berbunyi. Seseorang itu memberhentikan aksi juniornya sebentar. Ia membenamkan wajahnya di dada Najira
"Siapa? "
"Adam, dia ini ganggu saja" Kata kak Jira sebal. Ia mengangkat telepon dari suami kami itu
"Iya sayang" Kata kak Jira. "Aku tadi sudah tidur, tapi kamu malah Telpon" Katanya lagi. Dan kak Jira mengelus elus rambut seseorang itu yang berada di atas tubuhnya
"Maaf kalau tidurmu teeganggu, tapi aku rindu" Ucap Mas Adam lembut. Dan Mas Adam melanjutkan pembicaraannya hingga lewat 10 menit
Seseorang itu merasa tidak tahan lagi, ia merasa kalau suami pacarnya ini sangat mengganggu. Ia mulai menggerakkan pinggangnya walaupun kak Jira masih telponan dengan suaminya
"Urgh" Desah yang berusaha kak Jira sembunyikan. Ia mencubit lengan seseorang itu kuat. Tapi seseorang itu tidak menggubrisnya, ia tetap menggerakkan pinggangnya
"Kamu kenapa baby, kok napasmu begitu. Kamu sakit? " Mas Adam khawatir.
Hei Mas Adam kau tidak usah khawatir, istrimu tercinta itu kini sedang bertempur bersama seseorang tau. Aku sangat geram jika mengenang kejadian itu. Hedeh, kalian saja yang baca cerita hidupku ini pasti ingin mengulek kak Jira pake cabe kan? Ya kan? Apa lagi aku, yang menjalaninya sendiri. Rasanya ingin mengubur kak Jira hidup hidup ke kerak bumi paling dalam! Huh. seandainya aku mengetahui sifatnya yang berengsek ini lebih awal.
"Tidak, tadi hanya cicak jatuh" Kata kak Jira mencari alasan "Hoamm, udah ya, aku ngantuk sayang" katanya lagi, tak lupa dengan menguap agar terlihat meyakinkan
"Oke, aku akan pulang sekitar 1 jam lagi" Kata Mas Adam. Ia mematikan teleponnya
"Ahh Hosh ka..kamu ini gak sabaran banget si" Ucap kak Jira, ia mencengkram rambut seseorang itu
Kak Jira melempar asal ponselnya ke atas meja kecil di samping sofa ruang tengah. Dan kini tidak ada lagi yang mengganggu mereka yang lagi bergelut dalam hasrat.
"Siapa yang bisa tahan pada pesonamu ini Najira" Ucap seseorang itu. Ia tambah cepat menggerakkan pinggangnya
Dan malam itu, hanya terdengar decitan sofa ruang tengah, serta desahan dan deru napas mereka yang saling kejar kejaran.
Bersambung...
...Like, Rate, komen. Vote juga ya, biar saya juga tambah semangat menuangkan kisah Kania dalam bentuk Tulisan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
aku siapa
gak mudeng blas
2023-07-22
0
RahardianHari
ganti prov jadi prop author sja,tdak usha prov kania,jdi bingung baca nya
2022-02-25
0
RahardianHari
ganti prov jadi prop author sja,tdak usha prov kania,jdi bingung baca nya
2022-02-25
0