Pertengkaran
Mulai dari sini, pov adalah author ya, bukan lagi Kania. Maaf, atas ketidak nyaman nya. Selamat membaca ^ _ ^
...----------------...
Pagi sudah tiba, matahari sudah dari tadi memancarkan sinarnya dengan perkasa. Kania membuka matanya perlahan, mencoba mengumpulkan kesadaran. Ia duduk dan bersandar di sandaran tempat tidur. Sudah pagi, gumamnya. Ia turun dari ranjang dan berjalan menuju jendela. Ia membuka jendela kamar, dan menarik tirainya lebar lebar. Membiarkan cahaya matahari bebas merembet masuk kedalamnya.
Saat ia mau mengambil handuk, tiba tiba Adam mengetuk pintu kamar dan mendorongnya sedikit.
"Bersiap siaplah, kita akan pergi" Katanya
"Kemana Mas?" Kania nanya
"Gak usah banyak tanya, pokoknya kau harus cepat!" Ucap Adam, setelah itu ia menghilang di balik pintu yang tertutup
Kenapa si?
Saat itu, Kania tidak mau mempersulit diri dengan kejadian pagi ini. Ia tidak menghiraukannya. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, ia segera menyelesaikan ritual mandinya , dan keluar dari kamar mandi.
Ia mengambil pakaian dari dalam lemari, semalam semua pakaian, baik pakaiannya ataupun pakaian Adam sudah ia lipat dan dimasukkan ke dalam lemari. Setelah memakai pakaiannya, ia keluar kamar. Kania mengedarkan pandangannya, dan ia tidak melihat suaminya ada disana.
Kania mendengar ponsel Adam berbunyi, sepertinya ada telepon masuk. Ia mendekat ke arah meja kecil depan sofa ruang tengah, tempat ponsel Adam berada. Dan ia melihat siapa yang memanggil itu. Pak Gugun, nama panggilannya.
Ia melirik sekitar, tetap tidak menemukan keberadaan Adam. Entah kemana dia pergi, aku tidak tau. Ponsel itu berbunyi lagi, Kania bingung harus mengangkatnya atau tidak. Dan ponsel itu berbunyi untuk yang ketiga kalinya. Dan Adam masih belum datang juga. Akhirnya gadis itu mengangkat panggilan itu, siapa tau penting, pikirnya.
"Tuan, saya sudah membawa gigolonya. Alamatnya desa Kayu embun, penginapan no 25" Itu yang didengar oleh Kania, tanpa sadar ia langsung memutuskan teleponnya, tubuhnya gemetaran
Apa maksudnya itu, giigolo? penginapan? Apa Mas Adam bermaksud agar aku bermalam dengan ****** itu! Pikirnya menerka nerka
"Sedang apa kau!" Kata Adam yang tiba tiba muncul, sontak Kania langsung terkejut.
"Berani sekali kau memegang ponselku!" Adam mendekat
"Kemarikan!"
"Ti.. tidak" Kania menyembunyikan ponsel itu di belakang tubuhnya
"Aku bilang kembalikan ya kembalikan!" Bentak Adam, suara memenuhi sampai ke langit langit ruangan
Saat mendengar bentakan Adam, bukan rasa takut yang hinggap di hati Kania. Tapi ia merasa kalau hatinya panas, menggebu, dan ada suatu dorongan yang muncul untuk membela diri.
"Apa maksudnya ini mas" Katanya, sambil menunjukkan layar ponsel ke depan wajah Adam
"Kau berani menyentuh ponselku sialan!" Bentak Adam, ia ingin menangkap ponsel itu. Tapi terlambat, Kania lebih dulu menyembunyikannya dibalik punggungnya
"Kembalikan Kania, kalau tidak, kau akan mati ditanganku!" Ucap Adam mengancam, ia menatap tajam ke arah Kania
"Apa kau ingin menyerahkanku pada giigolo, iya!" Gadis itu membentak, bahkan suaranya tak kalah kuat dari suara Adam. Dan yang lebih gilanya lagi, ia tak menghiraukan ancaman yang Adam katakan tadi
"Menurut mu, kenapa kau merasa keberatan hah! Bukankah dulu kau tidak tau malunya masuk ke kamar ku, ya kan. Dasar Pelacurr" Ucap Adam tepat didepan wajah istrinya.
Mendengar itu, Kania menjadi sangat marah, ia menatap tajam kepada suaminya. Plak ia menampar wajah Adam kuat, bahkan sangat kuat. Perkataan Adam yang menyebutnya sebagai pelacurr terngiang-iang di kepalanya
"Berani sekali kau, apa kau sadar dengan apa yang kau perbuat ini hah!" Bentak Adam dingin, ia menatap tajam ke arah Kania sambil memegang pipinya yang tadi ditampar
"Diam! Diam kau, Apa karena selama ini aku diam jadi kau pikir aku takut denganmu hah" Wah wah, sungguh saat itu Kania begitu berani. Entah keberanian dari mana yang muncul, tapi sungguh saat itu ia tidak bisa mengontrol emosinya
"Kemarikan ponselku" Kata Adam dengan tatapan tidak bersahabat
"Gak mau!" Bentak gadis itu, ia bahkan membanting ponsel Adam kelantai hingga hancur dan pecah
"Apa yang kau lakukan Kania" Bentak Adam, ia mencengkeram lengan istrinya kuat. Tatapan matanya seperti akan merobek tubuh gadis yang ada di depannya ini
"Seharusnya aku yang nanya mas, kenapa kau tega berbuat itu kepadaku!" Ucap Kania, suaranya meninggi dan memenuhi langit langit ruangan
"Kau sungguh tidak tau diri" Katanya. Ia menatap tajam ke arah Kania
"Kau tidak tau gimana parahnya penyakit kakek?! Dokter bilang kakek gak bisa sembuh lagi Kania! Apa kau tidak mau menyenangkan hatinya!" Ucap Adam, ia mencengkram dagu istrinya
Tentu saja aku mau, karena hanya kakek yang menganggap aku ada. Sedangkan kau, kau tak terharapkan mas
"Lakukan ini untuk kakek, beri dia cucu" Ucap Adam
"Kakek ingin cucu darimu mas, bukan dari pria lain. Kalau kau melakukan ini, bukankah sama artinya kau membohongi kakek" Kania menjawab, ia memukul kuat dada Adam
"Heh" Adam tertawa
"Kau jangan berharap Kania, melihatku saja sudah membuatku merasa jijik" Ucapnya kemudian.
"Ayo, katakan dimana alamatnya tadi?!" Kata Adam, ia meremas kuat lengan istrinya
"Le..lepaskan mas, sakit" Kania meringis
"Katakan Kania" Adam membentak
Enteng sekali mulutmu berkata seperti itu, gak akan kubilang mas, aku gak mau kau serahkan pada giigolo
"Lepas mas, aku mau pulang" Kania mulai menangis, ia takut.
"Gak, kau harus hamil sialan. Lakukan ini demi kakek!" Ucap Adam, ia mempererat cengkramannya
"Demi kakek katamu, apa kau gak Memikirkan perasaan kakek jika ia tau kebenarannya" Ucap Kania, ia berusaha lepas dari cengkraman Adam
"Dia gak akan tau kalau kau gak bilang!" Bentak Adam, ia menarik paksa lengan Istrinya
"Gak mau mas, aku akan tunggu pak Guntur, dan pulang ke kota" Kania memberontak, tangis mulai pecah dari bibirnya
Adam merasa kalau Kania sangat sulit dibawa pergi. Akhirnya ia menggendong Kania dipundaknya. Dan dengan cepat, ia melangkah keluar dari villa kayu.
"Massss, turunkan aku mas, aku gak mau hamil anak pria lain" Kania memberontak, ia memukul punggung suaminya
"Jadi kau berharap aku yang mengahamilimu? Iya! " Bentak pria itu
"Bukankah itu wajar, kau suamiku"
"Aku bukan suamimu!" Ucap Adam dingin. Mendengar itu, Kania tidak bisa menahan tangisnya lagi. Air mulai mengalir dan membasahi pipinya
Diluar Villa, Adam mengedarkan pandangannya, ia mencari apa yang bisa ia pakai sebagai kendaraan. Karena mobil dibawa pergi oleh pak Guntur sebagai kendaraannya mengantar makanan untuk tuan dan nonanya
Adam melihat disitu ada sepeda nganggur. Ia menurunkan Kania sebentar, dan segera mengambil sepeda itu.
"Naik" Kata Adam, ia menyuruh Kania agar naik didepannya
"Gak mau mas" Ucap gadis itu dengan suara lirih. Ia ingin melarikan diri masuk lagi ke dalam Villa, tapi Adam mencengkeram pergelangan tangannya
"Naik Kania"
"Enggak mas!"
"Aku bilang naik ya naik!" Suara Adam meninggi. Ia menatap tajam ke arah istrinya
"Kalau gitu aku duduk di belakang" Ucapnya sambil melirik kursi belakang
"Biar kau bisa lompat dan melarikan diri? Iya!" Bentak Adam
"Cepat naik Kania" Ucapnya dengan suara dingin
Ia menarik lengan istrinya dan memaksa Kania agar duduk di depannya. Setelah Kania duduk, Adam menggoes sepedanya, dan melaju melewati jalan setapak. Diperjalanan Kania tak henti hentinya menangis, ia menangis bahkan sampai sesenggukan
"Mas, aku gak mau mas" Ucap Kania dengan suara lirih, ia memohon pada Adam
Adam tidak menggubris apapun yang dikatakan istrinya, ia tetap menggoes sepedanya. Hingga mereka sampai dipermukiman penduduk. Saat melihat seorang bapak tua sedang memikul ranting, Adam memberhentikan sepedanya. Ia berhenti tepat disamping bapak itu
"Maaf pak, mau tanya jalan" Adam bertanya sopan. Ia mendorong pelan kepala Kania agar terbenam di dadanya, agar si bapak tua tidak tau kalau istrinya itu sedang menangis
"Diam. Atau kupukul kau" Bisiknya ditelinga Gadis itu
"Iya den?" Ucap sang bapak, ia berkata tanpa menurunkan seikat ranting yang ia pikul
"Apa ada penginapan yang dekat-dekat sini pak?" Adam bertanya sambil tersenyum
"Oh, ada den" Katanya. "Tapi didesa sebelah den" Kata sang bapak lagi. Dan Adam mengangguk serta terseyum
"Didesa kayu embun, penginapan no 25" Kata sang bapak sambil menunjukkan arah desa kayu embun dengan tangannya.
"Baik, terima kasih pak" Ucap Adam, ia tersenyum dan bapak itu juga membalas senyuman Adam tadi
Adam menggoes sepedanya. Sedangkan Kania, ia masih menangis
Bagaimana ini, apa yang harus ku lakukan. Aku gak mau diserahkan sama gigolonya itu. Aku takut. Kania meremas jemarinya, ia takut
Kania mengedarkan pandangannya, ia melihat dibawah jalan setapak yang mereka lalui, ada sungai yang mengalir. Sankin takutnya, Kania berpikir nekat. Ia membelokkan secara paksa setang sepeda, hingga belok dan meluncur bebas ke arah sungai
"Bodoh! Apa yang kau lakukan ini hah" Suara Adam meninggi, ia berusaha mengendalikan setang sepeda. Tapi sayang, ia tidak bisa mengendalikannya. Adam dan Kania tercebur kesungai, dan terseret oleh arus sungai yang deras
***
Entah sudah sampai mana mereka diseret arus. Hingga akhirnya Adam sadar dan membuka matanya, pengelihatannya masih kabur, ia terbatuk akibat terlalu banyak menelan air sungai.
Adam melihat kebawah, ternyata ia diselamatkan oleh batang kayu yang tumbang yang melintang di sungai itu. Ia mulai mengatur napasnya, sambil mengedarkan pandangannya, mencari dimana Kania berada. Ia melihat, Kania terdampar di atas pasir, tepi sungai. Adam berenang, dan mendekat kesitu
Ia mendekat ke arah Kania berada. Ia melihat, kalau gadis itu masih pingsan, dan ada batu yang berukuran sedang yang menindihi kaki kirinya. Adam mengangkat dan menggeser batu itu, ia melihat kalau kaki Kania lecet dan memar.
"Bodoh" Katanya. Ia memegang tengkuk Kania, dan belakang lutut gadis itu. Adam menggendong istrinya ala bridal Style. Ia berjalan tertatih tatih, sambil menggendong istrinya
Lama dan entah kemana ia telah berjalan. Hingga akhirnya Adam sampai di sebuah gereja tua yang sekelilingnya adalah pohon besar. Bangunan gereja itu terlihat sangat tua, tapi keadaannya masih bagus dan terputus. Sepertinya gereja itu masih dipakai.
Adam melangkahkan kakinya menuju teras gereja itu. Ia mendorong pintunya, bermaksud membuka. Tapi pintu besar itu ternyata dikunci. Akhirnya ia memilih beristirahat di terasnya saja. Adam meletakkan tubuh Kania, tergeletak di lantai. Ia duduk dan menyandarkan punggungnya ke dinding. Tanpa sadar ia juga tertidur. Karena ia berjalan cukup jauh.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
SariRenmaur SariRenmaur
gilaanya si adam ini tegaa. sama istri sendiri
2021-05-18
0
Putra
baru enak thor bacanya
2021-01-10
0
Inkhe Rayyan
semoga aja Kania cepat sadar dan kabur
2020-12-27
1