Suamiku Membenciku
Author: Linda Mardiana
Tommie yang ingin menaiki tangga tiba-tiba saja menghentikan langkah kakinya dan berbalik ke hadapan Aisyah lagi setelah menyadari sesuatu.
"Mengapa kau mengenakan hijab di dalam rumah? Aku suamimu, jadi aku berhak atas dirimu. Lalu mengapa kau tetap saja mengenakan itu, cepat lepaskan!" Suaranya kembali meninggi hingga mengagetkan Aisyah.
"Aisyah sudah terbiasa, tidak nyaman rasanya jika tidak mengenakan hijab," ucap gadis itu spontan.
Tommie mengernyitkan dahi dan menatap tajam mata gadis itu.
"Kau tahu banyak tentang hal itu, lalu apakah kau tidak tahu dosa seorang wanita yang membantah suaminya?" tanya Tommie seakan menjadi tamparan keras bagi Aisyah.
Gadis itu hanya terdiam dan memikirkan sejenak tentang perkataan Tommie barusan.
"Baiklah, Aisyah akan melepasnya. Aisyah tidak ingin membantah Kak Tommie," jawab gadis itu lirih.
Dengan berat hati, Aisyah mulai melepaskan hijab yang membalut kepalanya di hadapan Tommie. Namun, tiba-tiba terhenti di saat Tommie memegangi tangannya.
"Sudahlah, jangan lakukan jika kau memang tidak ingin. Bisakah sesekali kau tidak terlihat begitu rapuh seperti ini? Dasar gadis bodoh," ucap Tommie sebelum akhirnya meninggalkan Aisyah dan kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga.
Aisyah masih diam mematung di tempatnya berdiri tadi, sembari terus menatap punggung sang suami yang perlahan semakin menjauh dari dirinya.
"Aisyah tahu, Kak Tommie sebenarnya adalah orang yang baik. Hanya saja, egomu lebih besar dari hatimu Kak," ucap Aisyah, setengah berbisik kepada dirinya sendiri.
Gadis itu dengan segera mengikuti Tommie yang lebih dulu pergi ke dalam kamar.
Sesampainya di dalam kamar, Aisyah mendapati Tommie sedang berbaring di tengah-tengah ranjang sembari merentangkan kaki dan tangannya hingga hampir memenuhi ranjang tersebut.
"Kak, bisa bergeser sedikit? Jika Kakak tidur seperti itu, lalu Aisyah tidur di mana?" ucap gadis itu selembut mungkin, agar Tommie tidak memarahinya lagi.
Tommie kemudian duduk dan menyandarkan tubuhnya di atas tempat tidur tetapi masih merentangkan kakinya, sembari menatap Aisyah yang tengah berdiri di sampingnya.
"Siapa bilang kau boleh tidur di atas kasurku? Kau tidur di lantai saja," ucap Tommie dengan entengnya.
Aisyah tampak tidak terkejut mendengar perkataan Tommie barusan, sepertinya gadis itu sudah menduga dari awal bahwa Tommie pasti tidak akan mengizinkan dirinya untuk tidur di samping pria itu.
Aisyah hanya mengangguk, gadis itu seolah pasrah dan tidak ingin di marahi oleh sang suami lagi.
Dengan segera, gadis itu berjalan mendekati Tommie dan mengambil bantal yang berada tepat di samping pria itu.
Aisyah kemudian berjalan membuka kopernya dan mengambil baju gamisnya untuk di jadikan alas tidur. Gadis itu tidur tepat di samping kiri ranjang Tommie.
"Aish dasar gadis bodoh, mengapa ia tidak memohon untuk tidur bersamaku dan malah lebih memilih untuk tidur di lantai? Menyebalkan sekali," ucap Tommie yang masih terus memperhatikan tubuh Aisyah dari samping.
Malam semakin larut, Aisyah sepertinya sudah tertidur dengan nyenyak karena kelelahan seharian.
Sementara Tommie masih terjaga karena tidak bisa tertidur lelap akibat suara Aisyah yang menggigil.
"Ingin sekali rasanya aku tenggelamkan gadis bodoh ini ke dalam sungai amazon, seharian membuatku kesal saja, bahkan dalam tidurnyapun masih saja membuatku kesal," batin Tommie yang terus mengomel tanpa henti.
Pukul 04.00
Aisyah terbangun dari tidurnya tepat waktu, seperti biasa untuk menjalankan rutinitas paginya.
Gadis itu memegangi pinggangnya yang terasa sangat sakit karena tidur di atas lantai. Sesekali juga memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing karena tidur yang tidak cukup.
"Sejak kapan selimut ini di tubuh Aisyah?" Matanya tertuju kepada seimut yang membalut tubuhnya.
Gadis itu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah sang suami yang tengah tertidur lelap.
"Ini selimut Kak Tommie? Kasian, dia sepertinya kedinginan," batin Aisyah.
Gadis itu segera beranjak dari duduknya dan berdiri menghampiri Tommie kemudian menyelimuti pria itu.
"Wajahnya sangat teduh dan ia juga sangat tampan. Seandainya saja, pertemuan kami tidak seperti ini mungkin aku sudah jatuh hati kepada dirinya dari awal," bisik Aisyah kepada dirinya sendiri.
"Wah, alisnya tebal sekali, bulu matanya panjang, dan hidungnya sangat mancung. Benar-benar terlihat tampan saat sedang diam seperti ini. Kak Tommie, jangan galak-galak ya. Aisyah janji akan menjadi istri yang baik," bisiknya pelan sembari meraba setiap inci dari wajah suaminya.
Gadis itu begitu terpana oleh ketampanan sang suami, hingga tidak henti-hentinya menatap wajah sang suami.
"Dasar gadis bodoh, sampai kapan kau akan mengagumi ketampanan diriku? Awas saja jika kau jatuh cinta kepadaku," ucap Tommie secar tiba-tiba hingga membuat Aisyah kaget.
Tommie berbicara dengan mata tertutup, rupanya pria itu sudah lama terbangun dan mendengar kata-kata yang di ucapkan oleh Aisyah tadi.
"Ma ....maaf Kak, Aisyah tidak sengaja." Gadis itu sangat malu ketika menyadari hal itu dan segera berlari menuju kamar mandi untuk menjauhi Tommie.
Hal itu membuat Tommie tersenyum sendiri, melihat tingkah konyol istrinya.
"Ya, seandainya saja pertemuan kita tidak seperti ini. Mungkin aku juga akan jatuh hati kepadamu, gadis bodoh." Tommie kembali tersenyum dan kembali memejamkan matanya.
Di dalam kamar mandi
Aisyah masih terdiam di dalam kamar mandi, sembari memegangi dadanya yang terasa berdebar tidak karuan.
Ia juga memegangi kedua pipinya yang terlihat sangat merah di dalam kaca.
"Aish, Aisyah malu sekali," batin gadis itu, sembari berusaha menenangkan hatinya yang sedang tidak karuan.
10 Menit Kemudian
Aisyah keluar dari kamar mandi dan telah berganti pakaiannya di dalam kamar mandi.
Gadis itu berjalan secara perlahan melewati Tommie yang tengah tertidur lelap, ia tidak ingin mengganggu waktu tidur suaminya itu.
Dengan segera Aisyah mengeluarkan mukenah dan sajadahnya di dalam koper. Seperti biasanya, ia selalu menjalankan rutinitas paginya dan menjalankan kewajibannya kepada tuhan.
15 Menit Kemudian
Setelah selesai sholat, Aisyah melirik Tommie yang masih tampak tertidur dengan pulas. Ada rasa tidak tega jika mengganggu waktu tidur sang suami.
Namun, ia tetap memutuskan untuk membangunkan sang suami untuk menjalankan ibadah wajib.
"Kak Tommie, ayo bangun. Sholat dulu," ucapnya selembut mungkin agar tidak mengagetkan sang suami.
Lama menunggu jawaban, tetapi tidak kunjung di jawab oleh Tommie. Pria itu masih terlelap dalam tidurnya.
Dengan langkah yang penuh keraguan, Aisyah memutuskan untuk mendekat kearah pria itu kemudian menepuk pundaknya secara pelan.
"Kak, bangun! Sholat dulu," ucap gadis itu sembari menepuk pelan pundak sang suami.
Tommie menggeliat, ketika sentuhan sang istri menyadarkannya dari alam bawah sadarnya. Ia mengucek pelan matanya yang terasa perih seakan enggan untuk terbuka.
"Aish kau berisik sekali, menyingkirlah! Aku masih mengantuk dan masih ingin tidur," ucap Tommie dan langsung menepis kasar tangan Aisyah.
Gadis itu menghela nafas panjang dan berusaha tetap sabar untuk menghadapi tingkah sang suami.
"Kak Tommie mengapa begitu kasar kepada Aisyah? Padahal niat Aisyah baik, untuk mengingatkan Kak Tommie," ucap Aisyah lirih dan menundukkan kepalanya.
Melihat hal itu, Tommie merasa sedikit bersalah kepada gadis itu. Namun, tetap saja sikap egonya tidak membiarkannya luluh terhadap gadis itu.
"Berisik sekali, aku bisa sholat tanpa di suruh. Jadi, berhentilah mengganggu diriku," ucap Tommie, kemudian langsung beranjak dari kasurnya menuju ke kamar mandi.
Aisyah hanya tersenyum melihat hal itu sembari terus menatap punggung sang suami yang semakin menjauh dari dirinya.
Bersambung....
Jangan lupa support author dengan like dan komen.
Mohon kritik dan sarannya juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments