Gundah

Suamiku Membenciku

Author: Linda Mardiana

Waktu begitu cepat berlalu, tidak terasa sudah satu minggu berlalu semenjak hari lamaran di malam itu.

Lebih tepatnya besok Aisyah akan resmi di persunting oleh Tommie untuk menjadi istrinya.

Momen paling membahagiakan bagi seluruh pasangan pengantin itu, malah menjadi momen paling menyedihkan dan menyakitkan bagi Aisyah dan juga Tommie.

Seberapa keraspun Aisyah mencoba untuk menerima Tommie, tetapi bayang-bayang menakutkan dari Tommie di masa lalu, selalu saja menghantui dirinya.

Dirumah Aisyah

Aisyah terus menatap dingin keluar jendela kamarnya, tampak ia sedang memikirkan sesuatu. Entah apa yang sedang gadis itu lamunkan.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, sayang. Mengapa terus saja melamun sedari tadi?" tanya Putra, yang baru saja masuk ke dalam kamar Aisyah.

Gadis itu tersentak dari lamunannya dan seketika menoleh untuk mencari sumber suara.

"Ah, tidak ada apa-apa Ayah, Aisyah hanya grogi saja," kata Gadis itu, sembari tersenyum sendu menatap Ayahnya.

Aisyah kemudian menutup jendela sebelum akhirnya berjalan menghampiri sang Ayah yang tengah duduk di samping ranjang tempat tidurnya.

Putra hanya tersenyum lembut menatap wajah Aisyah dan kemudian membelai rambut panjang Aisyah yang selalu terbalut jilbabnya.

"Ayah mengapa menangis? Jika tidak ingin Aisyah pergi, tunda saja pernikahannya," kata Aisyah, sembari menatap sendu kearah Ayahnya.

Putra segera menyeka air matanya, dia tak mau melihat putrinya sedih karena dirinya.

"Ayah hanya terharu sayang, putri kecil yang selalu Ayah timang-timang, kini akan menjadi milik pria lain," ucap Putra kepada Aisyah.

Gadis itu kembali menatap sendu kearah Ayahnya, kemudian ia menyandarkan tubuhnya pada pundak sang Ayah.

"Aisyah harus pintar jaga diri ya sayang, jika ada masalah jangan ragu untuk menceritakannya kepada Ayah," sambung Putra mendengar tidak ada jawaban.

Aisyah kemudian hanya mengangguk pelan dan semakin mengeratkan rangkulannya pada lengan sang Ayah.

"Ayah, tidak bisakah pernikahan ini ditunda terlebih dahulu? Aisyah masih ingin menemani Ayah." Aisyah mengangkat kepalanya dan menatap dalam ke arah mata sang Ayah.

Putra hanya tersenyum lembut, kemudian menggelengkan kepalanya, ia kembali mengelus kepala putrinya.

"Apakah Ayah begitu menginginkan Aisyah segera pergi? Padahal Aisyah masih ingin bersama Ayah lebih lama lagi," Sambungnya.

"Bukan begitu sayang, hanya saja memang kewajiban seorang Ayah untuk melepaskan Putrinya kepada pria lain." Putra berusaha menjelaskan.

Aisyah sudah kehabisan kata-kata untuk membantah sang Ayah. Gadis itu hanya bisa menunduk sembari menganggukkan kepalanya.

"Sudah malam sayang tidurlah, Besok akan menjadi hari yang sangat melelahkan." Putra mencium puncak kepala putrinya dan keluar dari kamar tersebut.

Aisyah masih menatap punggung sang Ayah yang semakin menjauh dari pintu.

"Aisyah takut akan apa yang terjadi setelah pernikahan besok, ayah," bisik gadis itu lirih sembari merebahkan tubuhnya.

Sementara itu di rumah Tommie****

Hari ini, Vano mampir ke kediaman Tommie setelah selesai menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan anaknya itu besok.

Karena bosan menunggu Tommie yang tak kunjung keluar menemui dirinya.

Vano memutuskan untuk menghampiri Tommie di dalam kamarnya.

Kamar Tommie

Vano memasuki kamar putranya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan langsung melenggang menghampiri anaknya.

"Dasar anak ini, aku dari tadi menunggumu untuk turun dan menemuiku. Namun, dengan santainya kau mengabaikan aku dan lebih memilih memaikan game, dasar keterlaluan," ucap Vano panjang lebar, tetapi tidak di perdulikan oleh Tommie.

Vano terlihat cukup kesal karena ulah Tommie yang seakan menganggapnya sebagai angin lewat saja.

"Dasar kau! Aku sedang berbicara kepadamu, jangan mengabaikan aku," ucap Vano sembari merampas ponsel Tommie.

"Aish, Pah cepat kembalikan ponselku. Mengapa kau terus saja menggangguku," ucap Tommie yang kesal karena ulah Papanya.

Namun Vano tidak menghiraukan kata-kata Tommie barusan, ia malah merebahkan dirinya di atas ranjang Tommie.

"Sudah larut malam, Tommie. Waktunya untuk tidur, jika tidak kau akan terlambat bangun di hari pentingmu besok," ucap Vano menasehati Tommie.

Namun, Tommie malah semakin kesal mendengar ucapan Papanya barusan.

"Aku sudah besar Pa! Tidak perlu mengaturku seperti anak kecil lagi!" Tommie mendengus kesal, kemudian bangkit dan duduk di samping ranjangnya.

Vano kemudian ikut bangkit dan duduk di samping Tommie. Ia hanya menepuk-nepuk pundak anak kesayangannya itu.

"Jagoan papa sudah besar ya sekarang, sebentar lagi sudah memiliki beban dan tanggung jawab yang harus kamu pikul sendiri di atas pundak mu. Tommie, seorang pria memiliki tanggung jawab yang sangat besar, apalagi setelah." ucap Vano panjang lebar membuat Tommie hanya terdiam.

Sesekali ia mengelus rambut putranya, yang sedang duduk malas mendengarkan ocehannya.

"Apaan sih pa, gak usah drama deh." Tommie langsung menyingkirkan tangan papanya.

Vano hanya tersenyum menatap dalam kearah mata Tommie.

"Tommie, sedari kecil papa sering mendidikmu dengan keras. Papa hanya tidak ingin kamu menjadi pria yang lemah!" ucap Vano.

Tommie tersentak saat tiba-tiba saja Vano merangkul tubuhnya.

"Maafkan papa Tommie, jika selama ini sering mengekangmu dan papa berharap kamu bisa menjadi seorang pria yang bisa bertanggung jawab atas semua yang kamu lakukan," sambung Vano, sembari menepuk-nepuk pundak Tommie.

"Terima kasih Pa, atas semua yang Papa ajarkan dan yang Papa berikan selama ini buat Tommie Maaf jika Tommis sering membantah semua ucapan papa," ucap Tommie. Pria itu sedikit terharu mendengar ucapan papanya barusan.

Tommie dan Vano larut dalam haru, mereka masih berpelukkan sangat erat.

Tommie juga tidak sanggup menahan air matanya, saat sang papa mengucapkan kebanggaan terhadap dirinya.

"Lho, Bad Boys kok nangis?" ejek sang papa, sembari melepas pelukan saat menyadari punggungnya basah akibat air mata Tommie.

"Aish, tau' ah pa! Baru juga terharu." Tommie menyeka air matanya, sembari mendengus kesal.

"Udah malam, tidur gih. Besok adalah hari pernikahanmu," ucap Vano dan di angguki oleh Tommie.

"Papa juga pulang gih, istirahat." jawab Tommie.

Ada raut penyelasan yang tergambar jelas pada wajah Tommie saat membayangkan betapa seringnya ia membantah sang ayah.

>>>

Malam semakin larut. Namun, Tommie masih terjaga di kamarnya, matanya seakan enggan untuk terpejam.

"Ah sialan! Besok aku sudah menikah dengan gadis ninja itu. Kenapa dia sangat nekat tetap melanjutkan perjodohan, aku sudah mengancamnya. Namun, gadis itu sangat keras kepala." Tommie mengomel tanoa henti dan terlihat sangat emosi.

"Lihat saja nanti, aku akan membuat hidupmu menjadi sangat menderita." Senyum Pria itu seketika mengembang, saat sebuah ide licik muncul di kepalanya.

Dia akhirnya bisa tidur dengan tenang, walaupun hatinya sangat gusar saat ini.

•Sementara itu, dikamar Aisyah

Tak jauh berbeda dengan Tommie, Aisyah juga masih terjaga di atas ranjangnya. Matanya sangat sulit untuk di pejamkan.

Wajahnya terlihat sangat gusar, ancaman-ancaman Tommie terus terngiang di pikirannya, hingga membuatnya tidak tenang.

"Ya Allah, Aisyah masih takut sama ancaman kak Tommie. Bagaimana jika dia benar-benar akan menyiksa Aisyah?" Gadis itu sudah bergidik ngeri membayangkan perlakuan Tommie kepadanya, nanti.

"Astaga, Aisyah tidak boleh berburuk sangka dulu kepada kak Tommie. Semoga saja, Kak Tommie hanya sekedar bercanda." ucap gadis itu berusaha menenangkan hatinya yang tengah gunda.

Sekian lama ini bergulat dengan batinnya, ia akhirnya tertidur lelap karena kelelahan. Dalam tidurpun ia terlihat sangat tidak tenang.

Bersambung...

Support Author dengan like, vote and comment💕

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!