Suamiku membenciku
Author:Linda Mardiana
Tommie dan Vano tiba tepat waktu di lokasi yang akan menjadi tempat pernikahan Tommie dan Aisyah.
Di sana juga sudah tampak Putra, Ayah kandung dari Aisyah yang sedang berdiri dengan tampannya.
Dengan segera Tommie dan Vano turun dari mobil untuk menghampiri Putra.
Semua mata tertuju kepada mempelai pria yang terlihat sangat tampan dalam balutan jas bewarna hitam yang di padukan dengan warna merah muda.
"Wah, lihat itu mempelai prianya sangat tampan," bisik salah seorang tamu, saat melihat Tommie turun dari mobil.
"Lihat, Ayahnya juga sangat tampan. Pantas saja wajah mempelai pria sangat tampan," bisik salah seorang tamu lainnya.
Terlihat jelas dari raut wajahnya, bahwa Tommie terlihat sangat grogi.
Walaupun pernikahan ini hanyalah sandiwara bagi dirinya, tetapi bagaimanapun ia juga tetap menikah seperti pasangan pengantin lainnya.
Jadi, wajar saja ia akan merasa sangat grogi seperti mempelai pengantin pada umumnya.
"Assalammualikum," ucap Tommie dan Vano secara serempak saat memasuki ruangan.
Dengan serempak pula para tamu undangan menjawab salam dari Vano dan Tommie.
"Wah, menantu Ayah sangat tampan," puji Putra kepada Tommie.
"Tentu saja. Lihatlah wajahku, sangat tampan bukan? Wajah bocah ini menurun dariku, hahaha." Vano membanggakan dirinya di hadapan semua orang.
"Oh tuhan, mengapa aku mempunyai Ayah yang benar-benar tidak mempunyai malu seperti ini." Tommie berbicara pelan terhadap dirinya sendiri.
"Dasar anak ini, aku bisa mendengar apa yang kau ucapkan barusan." Vano menatap tajam ke arah Tommie.
Putra hanya terkekeh melihat tingkah ayah dan anak itu, jika bertengkar mereka sangat mirip seperti anak kecil.
"Sudah, sudah. Jangan berdebat lagi, lihatlah semua tamu menatap kalian. Kalian jangan seperti anak kecil," ucap Putra menasehati.
"Ya maklum saja, Tommie memang terkadang masih bersikap kekanakan, hahaha." Vano kembali mempermalukan Tommie.
Tommie hanya mengelus dada sembari menarik nafas dalam melihat tingkah konyol sang Ayah.
Mereka berbincang-bincang cukup lama, sembari menunggu penghulu yang belum juga tiba.
Terlihat sesekali Tommie melirik dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru gedung yang akan menjadi saksi pernikahannya bersama gadis yang di bencinya.
Puas matanya menyapu ruangan, tetapi tetap saja tidak kunjung menemukan sosok mempelai wanitanya.
"Dimana gadis itu, apakah dia sudah kabur? Baguslah jika begitu, aku tidak perlu repot untuk mengusirnya, nanti," batin Tommie.
"Aisyah sedang menunggu di ruang hias pengantin, setelah selesai akad baru akan keluar. Ini memang sudah menjadi tradisi di keluarga kami," ucap Putra, saat menyadari Tommie melihat ke sekeliling.
Putra baru saja menyadari mata Tommie yang sedari tadi tidak fokus dan mengedarkan pandangan ke segala arah.
Tommie menjadi salah tingkah karena perkataan Putra barusan, yang seakan bisa menebak isi pikirannya.
10 Menit Kemudian
"Assalammualikum. Hallo everybody, panghulu tampan nan rupawan sudah datang menerima undangan, untuk mengesahkan calon mempelai," ucap seseorang dari arah pintu dengan sedikit berteriak.
Sontak saja para tamu undangan beserta sanak keluarga langsung menoleh ke arah orang tersebut.
"Waalaikumsalam." Dengan kompak semua para tamu undangan menjawab salam dari sang penghulu sembari menatap heran.
"Putra, perkenalkan ini adalah Dadang teman sekolahku waktu SMA," ucap Vano memperkenalkan temannya kepada Putra.
Penghulu bernama Dadang itu langsung menjabat tangan Putra, seolah mereka sudah saling kenal sebelumnya.
"Hahaha, aku tidak menyangka kau akan menikah lagi, bukankah kau mengatakan tidak ingin menikah lagi? Hahaha," ucap penghulu tersebut sembari mencolek lengan Vano.
"Hahaha, aku sebenarnya ingin begitu. Tapi sepertinya aku sudah tidak cukup kuat untuk mempunyai istri lagi," ucap Vano kepada sang penghulu.
"Itu anakku, dia yang akan menikah hari ini," sambung Vano.
"Ya Allah, mengapa aku harus mempunyai Ayah yang tidak punya malu. Aku benar-benar malu hari ini," batin Tommie ketika melihat sang Ayah menunjuk ke arahnya.
Vano mengobrol cukup lama dengan sang penghulu yang merupakan teman SMAnya itu. Hingga membuat tamu menjadi bosan menunggu.
Sadar akan hal itu, Putra segera meminta penghulu untuk menikahkan Tommie dan Aisyah terlebih dahulu.
"Maaf mengganggu pembicaraan kalian, tetapi sebaiknya kita menikahkan mereka dahulu, baru melanjutkan pembicaraan ini," ucap Putra dengan selembut mungkin.
"Ashiyap. Mempelai prianya sudah siap? Saya akan mulai ya," ucap Penghulu.
Sang penghulu memulai dengan ucapan basmallah kemudian membacakan kalimat ijab khobul.
"Saya terima nikah dan kawinnya Aisyah Ananda Putri dengan mas kawin tersebut, di bayar tunai," ucap Tommie dengan lantangnya dalam sekali tarikan nafas.
"Alhamdulillah," semua tamu serempak mengucapkan hamdallah di selingi dengan air mata Putra yang tumpah karena sudah melepas putri kesayangannya bersama pria lain.
"Sekarang, silahkan bawa mempelai wanita kemari untuk di sandingkan dengan mempelai pria," ucap sang penghulu kepada keluarga mempelai.
5 Menit Kemudian
"Assalammualaikum," ucap Aisyah dengan suara lembutnya.
Semua tamu undangan dengan serempak langsung menjawab salam tersebut.
"Wah, menantu papa cantik sekali," ucap Vano memuji Aisyah.
Gadis itu hanya menundukkan kepalanya karena tersipu malu.
"Cantik dari mananya? Wajahnya saja tidak pernah terlihat, paling wanita itu memiliki wajah yang buruk rupa sehingga ia malu untuk memperlihatkannya," ucap Tommie di dalam hatinya.
"Mempelai wanita silahkan duduk di samping mempelai pria untuk bersalaman," ucap sang penghulu.
Aisyah di tuntun oleh beberapa pelayannya untuk duduk di samping Tommie.
Aisyah mencium punggung tangan Tommie sesuai ucapan sang penghulu barusan.
"Cih, aku sangat tidak suka wanita ini menyentuh diriku," batin Tommie.
"Aduh, tangan Aisyah sakit," rintih gadis itu di dalam hatinya, ketika Tommie dengan sengaja mencengkram erat tangan gadis itu.
"Mempelai pria, silahkan mencium mempelai wanita," ucap sang penghulu lagi.
Tommie dengan malas menuruti perintah sang penghulu dan perlahan mendekatkan bibirnya di atas puncak kepala Aisyah.
"Nekat sekali dirimu, kau seharusnya tahu betul jika ancamanku tidak pernah main-main," bisik Tommie di telinga kanan Aisyah.
Gadis itu kembali menundukkan wajahnya seakan tidak berani menatap wajah Tommie.
"Kalian duduk di pelaminan terlebih dahulu, sampai acara selesai," ucap Putra.
Para pelayan membantu Aisyah untuk bangkit dan berjalan menuju ke arah pelaminan
Di pelaminan
Tommie kembali mendekat ke arah Aisyah dan berbisik di kuping gadis itu.
"Bersiaplah menderita," bisiknya lagi.
Aisyah semakin gemetar ketakutan karena ancaman Tommie barusan.
"Woy, main nyosor aja kau. Jangan terlalu bersemangat, ini masih siang." Vano berteriak mengejek Tommie.
"Aish, punya papa kok selalu bikin malu," batinnya.
Aisyah dan Tommie duduk di atas pelaminan hingga acara selesai.
Sepanjang acara Tommie tampak terlihat menyunggingkan senyum sinis ke arah Aisyah yang terus menunduk ketakutan.
Sementara Aisyah lebih memilih untuk bungkam, ia tidak berani menatap bahkan tidak berani berucap sepatah katapun kepada Tommie.
Bersambung....
jangan lupa like, vote dan tinggalkan jejak di kolom komentar.
Terima kasih,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments