Persetujuan kedua belah pihak

Suamiku Membenciku

Author: Linda Mardiana

•Beberapa tahun kemudian****

Aisyah telah lulus dari Universitas ternama di Amerika, dengan nilai paling tinggi. Wajar saja, karena ia memang gadis yang sangat pintar.

Hari ini Aisyah akan pulang ke Indonesia, sebenarnya dia ingin tinggal lebih lama di Amarika.

Namun, dia mendapat kabar bahwa ayahnya sedang sakit, jadi ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk merawat ayahnya.

Sekarang gadis cantik ini belum genap berumur 20 tahun. Ia terlihat semakin cantik dalam balutan hijab panjang dan cadar yang selalu menutupi kecantikannya itu.

Aisyah juga berubah sekarang, dia menjadi lebih percaya diri dan lebih membuka diri untuk berteman.

Gadis itu akhirnya bisa bangkit dan melupakan bayang-bayang pembullyan yang selalu di alaminya saat SMA.

Dia juga terlihat sangat dewasa sekarang dan masih sama seperti dulu masalah perjodohan selalu menghantui dirinya.

Ayah Tommie selalu menghubungi dirinya semenjak keberangkatannya ke Amerika dan memintanya untuk tidak jatuh cinta kepada pria lain di Amerika.

Memang kedengaran sangat konyol, tapi itulah yang di alaminya. Ia juga merasa sangat tertekan karena desakan ayah Tommie.

Gadis itu tampak masih ragu, untuk melanjutkan perjodohan itu.

Tommie adalah pria yang paling sering membully dirinya dan berperilaku kasar terhadapnya, hingga membuat dirinya trauma karena tekanan batin.

Meskipun sudah memaafkan Tommie, tetapi jika untuk bersama seumur hidup dengan pria itu, Aisyah tampaknya masih ragu, apakah dia akan sanggup atau tidak.

Siang dan malam, ia di desak untuk menikah dengan Tommie.

Namun, Aisyah tetap mencoba berfikir jernih dan memikirkan dengan serius pilihan mana yang tepat untuk hubungan mereka berdua nantinya.

Satu Minggu Kemudian

Satu minggu telah berlalu semenjak Aisyah kembali ke Indonesia. Kondisi Putra juga semakin membaik semenjak ke datangan Aisyah.

"Selamat pagi, Ayah." Aisyah menyapa Putra yang tengah asik membaca koran sembari menyeruput secangkir kopi di ruang tamu.

"Selamat pagi juga, sayang," jawab Putra.

Putra dengan segera melirik ke arah Aisyah yang baru saja menuruni tangga dan langsung meletakkan korannya di atas meja.

Mereka berbincang-bincang cukup lama, sekedar melepas rindu karena sudah sangat lama tidak berjumpa.

"Ayah ....tentang perjodohan itu, Aisyah sudah memikirkannya," ucap Aisyah di tengah-tengah pembicaraan.

Putra beralih duduk di samping Aisyah, ini pertama kalinya Aisyah berbicara serius tentang perjodohan itu.

"Apakah kamu sudah memikirkan hal ini baik-baik sayang? Apapun keputusanmu nanti, ayah akan menerimanya," ucap Putra dan dengan segera di angguki oleh Aisyah.

Topik pembicaraan mereka menjadi sangat serius sekarang, bagaimanapun ini menyangkut masa depan Aisyah.

"Aisyah, menerima perjodohan ini Ayah. Insha Allah Aisyah sudah siap untuk menikah," jawab Aisyah.

Senyum Putra seketika mengembang, Pria itu berulang kali mengucap syukur atas persetujuan Aisyah.

Putra memeluk dan mengecup puncak kepala Putri kesayangannya itu, Aisyah juga membalas pelukan sang ayah dengan erat.

"Mungkin ini yang terbaik bagi kami dan mungkin Kak Tommie adalah jawaban dari setiap doa panjang Aisyah. Walaupun, Aisyah masih tidak yakin Kak Tommie sudah berubah," Batin Aisyah.

Tampak raut wajah keraguan yang terlihat jelas dari tatapan matanya.

•Tommie Dirgantara

Tommie sekarang sudah genap berusia 20 tahun dan telah lulus dari Universitas ternama di Paris saat berusia 19 tahun.

IQ-nya memang di atas rata-rata. Dia juga terkenal sangat pintar, meski banyak yang tidak menyukai dirinya karena kesombongannya.

Dia sekarang menjabat sebagai CEO di perusahaan Papanya.

Meskipun ia memiliki beberapa perusahaan yang di dirikannya, ia lebih memilih untuk membantu sang Ayah dalam mengelolah beberapa perusahaan.

Hubungannya dan sang Ayah juga perlahan membaik, dia sudah bisa memafkan segala kesalahan ayahnya di masa lalu.

Dia juga selalu menuruti perintah Ayahnya sekarang dan tidak pernah membangkang lagi.

"What's up bro, jangan kerja terus napa. Sok sibuk amat lu. Makan siang bareng kuy," sapa seseorang yang baru saja memasuki ruangannya.

Tommie memutar bola matanya saat sang Ayah datang berkunjung keperusahaan dan masuk keruangannya tanpa izin.

"Pah, sudah berapa kali aku mengatakan, untuk menjaga image papa, jangan bersikap seperti anak gaul di perusahaan, itu sangat menjijikan!" balas Tommie.

Tommie menatap tajam ke arah Ayahnya dan hanya di balas dengan tawa sang ayah yang seketika pecah.

"Papa sudah malas bersikap dingin semasa muda. Sekarang papa ingin mencoba sensasi baru menjadi seorang anak muda," balas Vano.

Vano semakin mendekat dan merangkul anaknya, Tommie hanya mendengus kesal mendengar jawaban sang Ayah.

"Sudahlah jangan kerja terus, nanti kau bisa stres. Ayo temani papa makan siang," ajak Vano.

Vano mengajak Tommie untuk makan siang di luar, mereka menuju sebuah caffe yang menjadi langganan bagi mereka.

Brugh ....

Tommie tidak sengaja menabrak seorang gadis yang berjalan sangat terburu-buru, hingga membuat gadis itu jatuh tersungkur.

Ini sebenarnya juga kesalahan Tommie, karena sangat berfokus pada layar hpnya saat berjalan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Tommie, pria itu segera mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri.

Namun, gadis itu tidak menghiraukan tangan Tommie dan lebih memilih berdiri sendiri.

"Maaf, saya tidak sengaja. Saya sedang terburu-buru." Suara lembut wanita itu, seakan membuat Tommie terlena.

Dia bahkan menatap punggung wanita yang berjalan semakin menjauh darinya itu.

"Woi, kenapa kau melamun? Hati-hati kesambet setan jomblo," ejek Vano.

Ia heran karena sedari tadi memperhatikan Tommie yang terus menyunggingkan segaris senyum di wajahnya.

Tommie hanya menggelengkan kepala dan kembali melanjutkan langkahnya menuju caffe.

Mereka memesan banyak makanan, seperti biasanya dan sesekali mereka bersenda gurau.

Tommie memang sangat dingin, tapi jika sedang bersama ayahnya ia seakan lupa imagenya sebagai CEO kejam.

Ia juga dapat tertawa lepas hanya saat sedang bersama sang ayah.

Mereka sangat lama berbincang-bincang, membahas masalah kehidupan pribadi, pekerjaan bahkan masalah percintaan, semuanya mereka bahas.

"Aku dengar Aisyah sudah kembali, apakah kau sudah siap untuk menikah sekarang?" Suapan terakhir Tommie berhenti saat mendengar nama Aisyah di sebut oleh Ayahnya.

Dia sebenarnya sangat bosan membahas masalah perjodohan ini.

"Ayah, bukankah kita sudah sepakat tidak membahas hal ini lagi sebelum ada persetujuan di antara kami?" jawab Tommie, berusaha menghindari pertanyaan ayahnya.

"Justru itu, Putra bilang Aisyah sudah memberikan persetujuannya, sekarang makanya aku bertanya kepadamu," balas Vano.

Tommie tersentak mendengar pernyataan Ayahnya barusan.

suasana hatinya seketika berubah, saat mendengar kabar itu.

Dia masih membenci gadis itu dan belum bisa memafkannya atas kejadian beberapa tahun silam yang mempermalukan dirinya, meskipun itu tidak sepenuhnya salah Aisyah.

"Oh, gadis sialan itu ingin menikah denganku? Baiklah akan aku kabulkan," batin Tommie.

Pria itu tiba-tiba menyunggingkan senyum penuh arti saat memikirkan sebuah ide licik di otaknya.

"Baiklah, jika dia sudah setuju aku tidak punya alasan lagi untuk menghindari perjodohan ini," jawab Tommie.

Pria itu kembali tersenyum penuh arti menatap kearah Vano, hingga membuat pria itu keheranan melihat putranya.

"Apa yang sedang kau pikirkan? Mengapa tiba-tiba tersenyum mengerikan seperti pria mesum?" ejek Ayahnya, Tommie hanya menggelengkan kepalanya.

Vano sangat senang mendengar persetujuan dari Tommie.

Akhirnya setelah sekian lama mendesak anaknya, ia bisa meluluhkan hati Tommie.

Vano segera menghubungi Putra untuk memberi tahu mengenai kabar yang sangat menggembirakan ini.

Keesokan harinya

Vano mengajak putra untuk bertemu hari ini, mereka bertemu di caffe untuk membahas lebih lanjut mengenai masalah perjodohan kedua anak mereka.

"Tommie sudah memberikan persetujuannya tentang perjodohan ini," ucap Vano.

Putra tampak menghela nafas lega mendengar pernyataan sahabatnya iu.

Cukup lama mereka berbincang-bincang mengenai kelanjutan dari perjodohan kedua anak mereka, hingga vano memberikan sebuah ide yang membuat Putra cukup terkejut.

"Bagaimana jika kita menikahkan mereka bulan depan? Aku takut Tommie akan berubah pikiran lagi," saran Vano.

Putra terdiam sejenak sembari memikirkan kata-kata sahabatnya dengan serius.

"Apakah tidak terlalu cepat? Anak-anak kita masih terlalu muda, sejujurnya aku juga masih belum siap melepaskan Aisyah bersama pria lain," jawab Putra.

Putra tertunduk saat menceritakan isi hatinya.

"Tenanglah, Tommie akan menjaganya. Aisyah juga bisa menemui dirimu setiap saat," ucap Vano.

Vano beralih duduk disamping putra dan merangkul sahabatnya itu.

"Baiklah, jika mereka berdua tidak keberatan, aku tidak punya alasan untuk menolak." Jawaban putra seketika membuat Vano tersenyum lega.

Bersambung ....

Jangan lupa like, vote and tinggalkan jejak untuk support Author💕

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!