CH 2

Jam pelajaran telah berakhir, Aisyah dan teman-temannya sudah keluar dari kelas beberapa menit yang lalu.

Mereka mengantar Aisyah sampai di depan gerbang sekolah karena gadis itu berniat untuk menunggu supirnya terlebih dahulu.

"Kamu yakin tetap nunggu? Pulang bareng kita aja, kasian kamu berdiri lama di sini." Nurul berujar dengan ekpresi cemas yang tersirat di wajahnya.

Tentu saja keempat teman gadis itu merasa cemas meninggalkan Aisyah sendiri karena kondisi kaki gadis itu yang masih belum pulih, bahkan sudah tampak membengkak sekarang.

Aisyah bahkan terpaksa nyeker dan melepas sepatunya agar pembengkan yang terjadi tidak semakin parah nantinya.

"Udah, gak apa .... Sebentar lagi supir aku dateng, kok. Kalian duluan aja, nanti malah dicariin ortu," jawab Aisyah, berusaha menolak tawaran temannya secara halus.

Gadis itu benar - benar tidak ingin merepotkan teman - temannya. Cukup di sekolah saja Aisyah merasa menjadi beban, tapi tidak untuk diluar sekolah.

Mereka berempat mau menjadi teman Aisyah saja gadis itu sudah merasa sangat senang. Baru kali ini ia merasakan memiliki sahabat yang begitu perhatian dan baik terhadapnya.

Satu jam telah berlalu, satu per satu murid maupun guru telah pulang dan meninggalkan sekolah tersebut. Kini, hanya tersisi Aisyah seorang diri yang berjemur di tengah teriknya matahari.

Gadis malang tersebut bahkan duduk bersandari di depan gerbang sekolah karena kakinya semakin sakit saat ini. Lengkap sudah penderitaannya.

"Duh, Si Mamang ke mana, sih? Dari tadi gak keliatan batang hidungnya. Mana panas lagi ..., " keluh Aisyah dengan raut wajahnya yang kesal.

Sudah berulang kali dia mencoba untuk menghubungi sopirnya, tetapi pria paruh baya tersebut sangat sulit dihubungi. Nomornya tidak aktif sama sekali.

Lelah dan panas yang menyengat membuat kerongkongan Aisyah turut mengering. Dia merasa sangat haus saat ini. Botol air minumnya pun sudah kosong melompong.

Sepertinya hari ini benar - benar tidaklah mudah.

"Haus banget, ya Allah ... Bisa jalan gak, ya? Mau beli es."

Aisyah terus memaksakan langkah kakinya ketika melihat penjual es keliling berada di seberang jalan. Semoga saja kakinya bisa digerakkan dan mau bekerja sama.

Ponsel pintar Aisyah tiba - tiba bergetar ketika gadis itu baru saja berjalan beberapa langkah ke tengah jalan raya, hingga membuat fokus gadis itu hancur.

Dia bersusah payah berusaha meraih telepon genggamnya yang berada di dalam tas. Namun, baru saja berhasil menyentuh benda berbentuk persegi panjang tersebut, tangannya tergelincir hingga membuat ponsel itu jatuh ke aspal.

Mungkin sekarang sudah rusak karena sudah tidak lagi berbunyi.

"Tck ...! Kenapa banyak banget cobaan hari ini?" gerutunya sembari mendecakkan lidah dengan kesal.

Dengan susah payah ia membungkuk untuk merain ponselnya, kakinya pun tidak mau bekerja sama dan terus berdenyut nyeri.

"Aduh ... Kakiku sakit banget ...," rintih gadis itu.

Baru saja berhasil meraih ponselnya, gadis itu dikejutkan dengan kehadiran mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke arahnya.

"Aakkhh ...!"

Jeritnya melengking memenuhi jalan raya, membuat seluruh atensi beralih menatap gadis itu. Jantung Aisyah berpacu kian cepat ketika menyadari jika beberapa senti lagi mobil itu akan menabranya.

Dadanya bergerak tidak beraturan, nafasnya menderu dengan ribut, kakinya turut lemas seketika. Mungkin tuhan masih menyayangi gadis itu, makanya dia selamat hari ini.

Gadis itu masih terduduk di jalan aspal yang panas karena sangat kaget, wajahnya tampak pucat pasi saat ajal hampir saja menyapa dirinya tadi.

"Woy, dasar orang gila ... Kalau mau mau jangan di mobilku! Atau kau sengaja berbuat seperti ini supaya aku masuk penjara dan kau dapat uang jaminan?"

Seorang pria yang baru saja keluar dari mobil tersebut langsung menghampiri dan membentak Aisyah, ia terlihat amat murka ketika melihat siapa sosok gadis yang menyebrang dengan ceroboh tadi.

Kaget, Aisyah berusaha menetralkan nafas dan memicingkan matanya, agar dapat melihat dengan jelas siapakah sosok pria yang baru saja keluar dari mobil yang nyaris merenggut nyawanya tadi.

"Ish, ya Allah ... Sampai kapan cobaan hari ini berakhir?" gerutunya pelan, ketika memandang sosok di depan sana.

Ternyata itu adalah orang yang sering membully dirinya, siapa lagi? Sudah pasti Tommie.

Yah, Tommie adalah pria yang baru saja hampir menabrak Aisyah yang tengah jongkok di tengah jalan saat sedang mengambil ponselnya

"Maaf, aku gak liat ada mobil tadi ...."

Aisyah masih berusaha menjelaskan baik - baik tentang kesalah pahaman ini kepada Tommie yang tengah naik pitam. Bisa bahaya jika dia cari gara - gara lagi dengan pria menyebalkan itu.

Merasa jika Tommie tidak menggubris permintaan maafnya, Aisyah segera mengalihkan pandangan, kemudian berusaha untuk bangkit.

"Awh ...!" rintihnya, pelan.

Gadis itu kembali meringis kesakitan, saat beberapa kali mencoba bangkit. Namun, tidak berhasil.

Maklum saja, kakinya yang terkilir tadi saja belum sepenuhnya sembuh dan sekarang gadis malang itu terjatuh lagi dengan lutut yang terkikis oleh aspal kasar.

Tommie hanya memandangi kaki gadis itu yang membengkak, bahkan telapak kakinya tampak memerah karena berjalan di aspal panas tanpa alas kaki.

"Aku heran kenapa manusia bodoh dan aneh sepertimu bisa menjadi juara kelas dan menjadi murid kesayangan guru," sindir Tommie, sebelum akhirnya berjalan untuk semakin mendekati Aisyah.

"Cepetan berdiri, aku gak mau dituduh nabrak lari orang. Bisa - bisa masuk penjara," ucap Tommie sembari mengulurkan tangan kepada Aisyah. Namun, gadis itu menolak dengan tegas.

Kesal karena diabaikan, Tommie langsung mencengkram erat pergelangan tangan gadis itu dan menariknya dengan paksa, supaya gadis itu segera bangkit dari duduk.

Aisyah yang kaget, sontak langsung memukul tangan Tommie yang tengah melingkar erat di pergelangan tangannya, beberapa kali agar pria itu bergegas melepasnya.

"Kak, tolong lepasin," pinta Aisyah.

Namun, justru hal tersebut membuat Tommie semakin kesal dan langsung menatap murka ke arah gadis itu.

"Memang orang sepertimu gak bisa dibaikin sedikit, ya? Masih untung ditolong, bukannya terima kasih malah kayak gini ...."

Dengan geram, Tommie langsung melepaskan genggamannya pada tangan Aisyah hingga membuat gadis malang itu kembali jatuh terhempas.

"Maaf, kita bukan mahram ... Lagian, aku cuma minta lepasin aja tadi."

Aisyah yang merasa bersalah hanya tertunduk dan berusaha menjelaskan, agar Tommie tidak salah paham terhadap dirinya.

Tetapi Tommie tidak menggubris Aisyah lagi kali ini dan dia segera meninggalkan gadis yang masih duduk ditengah jalan itu tanpa menoleh sedikit pun.

Pria itu langsung masuk kembali ke dalam mobilnya dan dalam sekejap sudah melesat di jalan raya. Perlahan semakin menjauh dari Aisyah, yang hanya bisa memandangi kepergian pria itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!